33 - FOKUS SANG PENULIS

2 0 0
                                    

Sudah tiga hari sejak tawaran Hyena mengenai penerbitan, Geesa terus fokus pada tulisannya tanpa bisa diganggu siapapun. Dia hanya turun untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Itupun harus sampai dijemput salah satu sepupunya.

Masih ingat, kan, kalau Geesa adalah makhluk yang terlalu fokus dalam satu hal. Ya, begitulah jadinya.

Seperti saat ini, Aziel sudah dua kali masuk ke kamar Geesa untuk mengajaknya pergi. Tapi, Lagi-lagi Geesa menolaknya.

"Lain kali saja, ya, oppa. Aku harus menyelesaikan tulisanku, " jawaban Geesa saat Aziel mengajaknya pergi tadi pagi.

"Aku temani saja bagaimana? Oppa main PS, aku menulis," jawaban Geesa kali ini saat Aziel memintanya ikut bermain PS.

"Geesaaaaa, di rumah hanya ada kamu dan oppa. Kalau oppa main PS sendirian, enggak seru!" Aziel memprotes.

Geesa tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari laptop. "Oppa, maaf. Maaf banget, lainkali aku akan menemani oppa,"

Aziel merengut, ia memilih pergi dari kamar Geesa karena lagi-lagi tertolak. "Cih, tau begitu aku lebih baik kesal ada Orion hyung tempo hari, kalau tau Geesa akan seperti ini!" Aziel mendumal sembari memasuki kamarnya sendiri.

Aziel memutuskan untuk tidur siang saja. Daripada mengacaukan Geesa yang terus menolaknya. Entah sudah berapa ribu kata yang Geesa tulis. Ia memang tidak menulisnya 100% dari awal, karena memang hanya perlu mengubah bahasa dan sedikit merevisi. Namun merubah bahasa tulisan dengan bahasa asing juga bukan perkara yang mudah, bukan? Apalagi Geesa bukan seorang ahli bahasa.

Sampai tiba di mana tangan Geesa kebas dan kesemutan.

"Aduh tangan gua," Geesa meregangkan sejenak tangannya untuk meredakan kesemutan.

Setelah tangannya kembali baik-baik saja, mata Geesa menangkap sebuah susu kotak coklat di mejanya.

"Loh, ini sejak kapan ada di sini?" Geesa benar-benar tidak sadar kapan Aziel menyimpan susu di sana.

Tiba-tiba Geesa merasa bersalah pada sepupunya itu. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau tidak ia kejar dari sekarang, ia akan lebih kekurangan waktu luang nantinya. Lebih baik dipadatkan sekarang, bukan?

Geesa kembali menulis seperti sebelumnya dengan sesekali meneguk susu pemberian Aziel. Ingatkan Geesa untuk berterima kasih nantinya.

.

Waktu kini menunjukkan pukul setengah 5 sore, Aziel baru saja bangun dari tidurnya pasca merajuk pada Geesa.

Setelah merasa nyawanya terkumpul kembali, Aziel melangkahkan kakinya untuk keluar kamar. Sebelum ia menuruni tangga, ia melihat sekilas kamar Geesa yang masih tertutup.

"Dasar keras kepala. Awas aja kalo tiba-tiba sakit!" Aziel mendumal sembari menuruni tangga.

"Kenapa? Kesal pada siapa, eoh?" Taavi yang menaiki tangga itu bertanya saat berpapasan dengan Aziel.

"Hyung, Geesa, tuh!"

"Geesa, kenapa? Dia masih fokus pada tulisannya?" Taavi saja sampai hapal.

"Tentu saja. Dia tidak bisa diganggu sama sekali sejak pagi. Aku ajak pergi, dia menolak. Aku ajak bermain PS pun dia menolak, cih," ucap Aziel dengan wajah kesalnya.

"Hahaha coba aku yang membujuk. Tunggu saja di bawah!" Taavi berucap sembari menaiki tangga dan Aziel menuruni tangga seperti tujuan awalnya, pergi ke dapur untuk minum.

Toktoktok~~

"Geesa? Boleh oppa masuk?"

"Ne, oppa. Masuk saja!"

The Safe PlaceWhere stories live. Discover now