27 - BUJUKAN DAN RAYUAN

1 0 0
                                    

Sekitar pukul 9 malam, pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok Aziel di sana.

"Hyung, Geesa sudah tidur belum?" Orion yang ditanya oleh Aziel pun sedikit tergugup, di sana masih ada Janoo, Yabil dan Hasbi juga.

"Hm ... Sepertinya sudah," jawab Orion dengan ragu. Ia sendiri saja bahkan tidak tau apakah Geesa sudah berhenti menangis atau tidak.

"Yah, ya sudah susunya buat besok saja," Aziel melangkahkan kakinya menuju kamar, setelah menyimpan susu-susu kotak itu di kulkas.

Saat tiba di anak tangga paling atas, Aziel melihat Laras di depan pintu kamar Geesa.

"Eomma? Kenapa eomma di depan pintu? Kata Orion hyung, Geesa sudah tidur?" tanya Aziel dengan wajah bingungnya.

"Aziel, kamu sudah pulang, sayang?"

Aziel mengangguk, "Eomma kenapa? Itu makanan punya siapa? Ada apa eomma?"

"Geesa, Ziel ... "

"Ada apa? Eomma, berbicaralah!"

"Geesa ...

"Tadi sore Geesa menelepon Mamanya, dan sepertinya bukan hal baik yang ia dapatkan. Ia pulang dengan mata sembab akibat menangis," Yabil yang tiba-tiba muncul dari bawah itu akhirnya berbicara, menjelaskan apa yang terjadi.

"Mwo? Jadi Geesa di dalam kamar sejak tadi sore? Hyung! Kenapa tadi tidak bilang? Tau begitu aku langsung pulang tadi," nada bicara Aziel sedikit meninggi.

"Aziel, tugasmu juga harus diselesaikan. Geesa akan baik-baik saja!" Yabil mencoba menenangkan.

"Baik-baik saja bagaimana? Dia saja mengurung diri sejak sore, kan? Dia bahkan belum makan, hyung!"

"Tenang, Ziel. Geesa bisa terganggu. Eomma sudah berusaha berbicara dengannya, tapi sepertinya ia masih butuh waktu sendiri," ucap Laras dengan nada pelan.

"Eomma, eomma istirahat saja. Biar aku yang berbicara dengan Geesa," Laras mengangguk mengiyakan ucapan anak bungsunya itu. Walaupun ia hanya turun bukan untuk istirahat. Bagaimana bisa ia beristirahat dengan tenang?

"Apa hyung juga tidak bisa berbicara dengannya?" tanya Aziel pada Yabil dan Yabil hanya mengangguk lemah. Yabil yang bisa tegas pun kalah?

"Dia bahkan menghapus tulisannya,"

"Apa? Yang bener?" Aziel segera membuka ponselnya untuk melihat sendiri apa benar yang dikatakan hyung-nya itu.

Aziel dan Janoo memang sengaja menginstall aplikasi orange yang bernama Wattpad itu. Tentu saja untuk membaca tulisan Geesa, apa lagi?

"Dia ... Benar-benar tidak ada hyung, hilang. Apa yang Mamanya bicarakan, ha? Apa aku perlu menghubunginya?"

"Ziel, jangan gegabah! Kami tidak ada yang tau apa yang sebenarnya dia bicarakan,"

"Tapi, hyung. Apa dia tidak bisa berlembut sedikit dengan anak gadisnya? Lalu, kemana Ayahnya? Apa Ayahnya tau?"

"Entah," ucap Yabil seadanya, ia juga tidak tau. Ia sendiri sedang sibuk dengan projectnya jadi kurang bisa fokus pada adik sepupunya.

"Aish bener-bener. Aku akan bicara dengan Geesa,"

"Pintunya terkunci,"

"Hyung, aku punya kunci cadangannya,"

"Kamu yakin? Dia mungkin ... Masih mau sendiri?" Ada apa dengan Yabil? Kenapa ia terkesan menyerah untuk membujuk? Apa ia selelah itu?

"Hyung! Ini tidak boleh dibiarkan saja. Dia harus makan dan istirahat dengan baik!" Nada bicara Aziel lagi-lagi meninggi. Kali ini masih Yabil biarkan juga. Ia memakluminya.

The Safe PlaceWhere stories live. Discover now