41. 💋 Epilog 💋

8.2K 244 15
                                    


Awalnya Rean dan Viona sepakat ingin memesan tiket untuk bulan madu ke Labuan Bajo, tetapi rencana itu menjadi tertunda sebab beberapa jadwal kantor Rean yang tidak bisa ditinggal. Dia ada pertemuan penting dengan klien dan hal itu harus dilakukan meski dia baru menikah tiga hari lalu. Rencana cutinya selama empat hari hanya akan di-acc oleh atasannya jika dia bisa membuat si klien itu tidak lepas dari kesepakatan perusahaan.

Rean memutar otak agar dia bisa cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya dan memberikan waktu yang dimiliki sepenuhnya untuk berbulan madu bersama istrinya. Memang begini risiko jadi budak korporat, meski sudah naik jabatan menjadi senior financial planner tapi tetap saja dia bekerja di bawah perusahaan itu. Maka, Rean tidak bisa seenaknya untuk mengajukan cuti. Paling tidak barangkali akhir bulan cutinya bisa di-acc oleh atasan.

"Harusnya sih lo bulan madu ya sekarang. Malah balik lagi sama berkas laporan." Salah satu rekan kantor Rean mendatangi sambil memegang mug berisi kopi, masih ada meeting lain pukul satu siang nanti setelah jam istirahat kantor.

"Gue juga maunya gitu. Untung istri gue sabar nggak banyak nuntut." Rean kembali fokus pada pekerjaannya meski cukup pening di kepala. "Cuti gue nggak bakal di-acc sama itu lampir kalau gue nggak bisa deal sama klien yang sekarang. Mana itu klien maunya bikin plan-nya sama gue lagi. Mau nggak mau, kan."

"Hati-hati, Bro. Lo pengantin baru, jangan kegocek yah. Gue denger klien ini tuh single umur 35-an, bawel juga. Takutnya lo disikat."

Ya, mirip seperti atasan Rean. Wanita jomblo, sudah umur dan bawel sekali.

"Anjir amat, dikira gue lantai." Rean tersenyum geli mendengar celoteh temannya yang juga sama menjadi financial planner di divisi mereka. Semoga pekerjaan ini cepat selesai, maka rencana bulan madu harus sesuai target agar Viona tidak perlu lama-lama menunggu.

"Gimana rasanya nikah, Bro?" tanya temannya lagi, dia duduk di tepi meja masih mengajak Rean bercengkerama.

Rean menghentikan aktivitasnya lalu menopang pipi dengan tangan kanan. "Seru. Istri gue kebetulan lagi giat banget belajar masak meski baru nikah. Gue sih happy ya, sekarang ada dibawain bekel buat makan siang. Lo jangan tanya gue deh, mending tanya Pak Hardi, beliau udah nikah sama istrinya 30 tahun lebih. Lo nggak bakal puas dapet jawaban dari pengantin umur 3 hari. Masih anget banget ini kita, busettt!"

Pak Hardi adalah eksekutif manager di perusahaan yang terdengar memiliki keluarga cemara dan pernikahannya menjadi contoh tauladan bagi para karyawan lain.

Teman Rean itu mengangguk mengerti, lalu mengiyakan kalimat itu. "Iya juga. Ya udah, kerja lagi kita. Pusing sama nangis dikit nggak ngaruh. Doain gue nyusul nikah, barangkali jodoh gue lagi transit di gudang logistik salah satu jasa ekspedisi."

Rean menepuk tangan temannya itu lalu tertawa kencang. Ada-ada saja jawaban jomblo karatan itu.

❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥

Satu bulan kemudian...

Tidak mudah mengajukan cuti di tengah sibuknya menghadapi klien yang terus bertambah. Karena visual Rean dipakai pada halaman iklan web kantor, alhasil banyak klien wanita yang beramai-ramai ingin memakai jasanya dalam mengelola keuangan.

Sudah banyak yang menduga, selain karena pria itu pekerja keras dan hasilnya memang maksimal, visualnya bisa diperalat sedikit untuk menjaring banyak klien untuk perusahaan.

Sedikit cukup berguna juga jika memiliki karyawan yang tampangnya seperti artis.

Rean berjanji sesuai cuti yang dia ajukan, dia hanya akan memakai 4 hari dalam jatah cuti tahunannya itu sebab jatah yang diberikan kantor hanya 12 hari saja.

Dia akan memaksimalkan pekerjaannya lagi setelah pulang dari masa bulan madu bersama istrinya. Meski harus mendapat umpatan dan drama dari atasan, pada akhirnya disetujui juga. Hari ini Rean berencana memesan tiket dan akan langsung berangkat ke tempat tujuan bulan madunya.

"Kita jadi ke Labuan Bajo?" tanya Viona saat mengepak barang di dalam koper.

"Kamu mau ke tempat lain?" tanya Rean lagi yang membantu wanita itu mengepak perlengkapan seperti baju, sepatu dan beberapa pakaian dalam. "Kita bisa ke Singapura atau ke Thailand kalau kamu mau ganti. Mumpung aku belum pesen tiket."

"Ke Bali aja gimana? Aku pengen ke pantai di Nusa Dua."

"Yakin?" tanya Rean lagi, dan wanita itu mengangguk begitu antusias. Tidak ada yang dapat Rean tolak selama istrinya itu bahagia, toh bulan madu memang seperti ajang liburan saja. Di Bali ada banyak pantai yang cantik, tempat yang asri dan terdapat banyak beach club, tepat sekali Rean ingin ke sana.

"Okay, aku pesen dua tiket ke Bali nih. Nggak ada pikiran ganti tempat lain?" Rean begitu memastikan agar dia tidak kebobolan mengenai reservasi tiket dan penginapan, supaya jatah cuti yang dia perjuangkan dapat terpakai sesuai rencana.

"Iya, aku mau ke sana aja. Cari penginapan yang bagus ya, yang itu loh aku sering lihat artis sarapan di kolam gitu. Aku mau yang begitu." Viona menjelaskannya begitu antusias sebab memang sudah sejak lama dia ingin menikmati harinya di salah satu resort yang berada di pulau penuh turis itu.

"Iya, iya. Kita siap-siap cepetan ya. Biar nggak kejebak macet ke bandara."

Wanita itu mengangguk dan segera berganti pakaian untuk bersiap pergi ke tempat yang mereka akan tuju. "Makasih, Sayang. Aku benar-benar bahagia banget."

"Sama-sama. Tujuan aku memang pengen bahagiain kamu." Rean mengecup singkat bibir istrinya dan menyelesaikan packing agar mereka langsung berangkat setelah ini.

"Bulan madu, I'm coming!"

The end

How to kiss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang