24. 💋 Make Out 💋

14.9K 333 10
                                    

Sstt little bit 🔞🔞🔞 kalo warningnya 3 bar berarti agak hot, harap bijak sobat 🛐

Menjelang sore setelah puas berkemah dan menikmati waktu, kini mau tidak mau Rean harus kembali ke rutinitasnya sebagai seorang pekerja. Setelah bersiap-siap dan mengobrol lebih intens lagi kepada kedua orang tua wanita itu membuat Rean semakin semangat untuk serius pada hubungannya. Mereka membicarakan pasal rencana lamaran dan masa depan seperti apa yang Rean juga Viona inginkan.

"Mah lihat," unjuk Viona pada sang mama, lalu mengulurkan tangan dan memamerkan benda yang Rean berikan kemarin kepadanya.

Ibunya lantas mendelik tidak percaya, wanita itu menutup mulut dengan kagum saat melihat cincin berlian yang teramat berkilau menghiasi jari manis anak gadisnya dengan sangat anggun. "Cantik banget," puji Eliane takjub. "Jadi dilamar?"

"Ini hadiah, sebelum minta restu ke Mamah sama Papah, Rean tanya dan memastikan aku nerima atau enggak. Makanya dia ngasih ini. Kalau buat lamaran nanti beda lagi." Viona tersenyum bahagia, lalu mengangkat tangannya ke atas untuk kembali memerhatikan permata yang bertengger anggun pada cincin itu.

"Ini mahal pasti, Neng. Terus jawaban kamu apa?"

Viona memanyunkan bibir, kemudian menjawab sang mama, "Aku terima. Tapi aku nggak mau buru-buru nikah. Masih banyak hal yang pengen kita lakuin. Selama ini Rean cuma mentingin kebahagiaan aku doang, sekarang gantian aku yang ingin bahagiain dia."

"Iya, Mamah setuju sama kamu. Meski kalian udah kenal selama 9 tahun, tapi perlu adaptasi baru sebagai pasangan. Mamah akan dukung apa pun yang Neng putuskan. Selamat anak Mamah yang paling cantik!" Eliane maju selangkah lalu memeluk erat putrinya yang tampak begitu ceria di sore ini. Setelah membicarakannya panjang lebar dengan kedua orang tuanya, dan mendapat izin untuk kembali ke Jakarta, Viona tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini dalam hidupnya.

Wanita itu menyeret koper miliknya, lalu satu tas berisi perlengkapannya kemudian berjalan menuju teras depan rumah.

"Neng, nanti kalau ada waktu jangan sungkan main ke sini lagi. Nanti kita nobar One piece ya." Ibunya memeluk sekali lagi, kemudian mengelus punggung anaknya dengan gerakan memutar. Dia benar-benar lega anaknya menemukan tambatan hati, lalu bisa memutuskan sesuatu yang baik untuknya tanpa keraguan lagi.

"Iya, Mamahku. Di Jakarta ada Yuji juga, kalian nggak perlu khawatir."

"Nak Rean, tolong jaga Viona baik-baik ya." Soni Elardi yang biasanya membanyol dan menistakan anaknya sendiri, sore ini tampak sendu saat putri satu-satunya itu akan kembali ke Jakarta.

Rean mengangguk patuh pada sang calon mertua. "Iya, Om. Saya akan jaga Viona, saya nggak akan bikin dia nangis dan kesusahan. Untuk acara lamaran resminya, saya segerakan nanti lalu datang bersama kedua orang tua saya. Saya berharap semuanya lancar dan sesuai sama apa yang Om harapkan."

Soni mengangguk mengerti lalu bangkit dari kursi dan membantu putrinya tersebut untuk memasukkan koper ke bagasi mobil.

"Neng, rajin-rajin telepon Papah, ya. Papah juga pengen ngobrol sama Neng, bukan sama Ciki mulu."

Viona tertawa pada papanya tersebut kemudian berniat memeluk tubuh bugar pria itu. "Iya, Papah. Kalian adalah orang tua paling pengertian dan paling sayang sama aku. Terima kasih banyak, Papa, Mama. Viona akan bahagia seperti harapan kalian."

Saat rengkuhan itu makin erat, Soni tidak bisa menyembunyikan rasa harunya, dia mengelus kepala anak satu-satunya tersebut dengan begitu hangat. Selama satu bulan ini Viona memberi kesan baru pada pria tersebut dan dia senang anaknya lambat laun dapat menata hidupnya lagi.

"Jaga diri baik-baik, Neng. Nanti kapan-kapan Papah sama Mamah mampir ngunjungin kamu."

Viona mengangguk paham, lalu atensinya beralih kepada Ciki si anjing puddle milik papanya yang terus menatap wanita itu, dalam pelukan sang Mama Ciki menggonggong saat Viona hendak pergi.

How to kiss?Where stories live. Discover now