33. 💋 Just let it go 💋

5.5K 275 43
                                    

Menjelang pukul sepuluh malam, Rean belum berniat tidur sebab Viona tak kunjung pulang. Wanita itu mampir ke tempat kost Yuji sejak pagi dan membalas pesan Rean sangat singkat tadi siang, Rean berniat ingin menjemputnya, tetapi Viona menolak tidak mau banyak merepotkan.

Terus berdiri di dekat pembatas melepas sepatu sambil terus menatap pintu yang masih tertutup membuat pria jangkung itu mendadak gundah. Akibat peristiwa kemarin dia masih kepikiran takut Viona lagi-lagi ke-trigger dan pergi tanpa pamit.

Rean agak trauma akan hal itu. Saat pagi baik-baik saja, tetapi saat malam berubah dan itu sangat mengganggu pikirannya.

Mendengar nomor pin pintu dipencet seseorang, Rean langsung fokus menatap benda persegi itu tak sabar kekasihnya masuk dan dia ingin sekali memeluk tubuh wanita itu dalam dekapan.

Saat pintu terbuka, Rean menjumpai Viona masuk dan mereka bertemu tatap dalam sepersekian detik.

"Re, kamu ngapain di sini?" tanya Viona sambil melepas sepatu.

Sementara pria itu tidak menjawab dan maju melangkah untuk memeluk tubuh Viona. Dia merengkuh secara tiba-tiba lalu membenamkan wajah cantik wanita itu dalam dadanya. Tangan kanannya mengelus belakang kepala wanita itu secara lembut, kini dia benar-benar lega wanita itu sudah sampai dalam pelukannya.

"Aku kangen kamu," cetus Rean sendu. "Hari ini aku kepikiran kamu terus."

"Astaga, aku cuma ke tempat Yuji bahas naskah."

"Tetep aja. Aku kangen." Pria itu mengeratkan rengkuhannya sambil menghela nafas. Dia benar-benar menyayangi Viona, menganggap wanita itu separuh jiwanya, kemudian merasa sebagian kebahagiaannya berasal dari wanita itu. Tidak terbayang hidup monoton yang dijalaninya tanpa Viona akan bagaimana? Selama ada wanita itu, Rean akan baik-baik saja dan terus bersemangat.

Mengendurkan rengkuhan itu, jari jemari Rean mengelus wajah kekasihnya yang teramat cantik. Dia menatapnya begitu dalam, merasa hanyut akan rasa rindunya yang membuncah.

"Aku sayang banget sama kamu," ucap Rean pada wanita itu. "Setiap hari rasanya aku khawatir kamu akan pergi. Peristiwa kemarin bener-bener mempengaruhi aku, Vi."

"Don't worry. Aku di sini."

Rean menangkup rahang wanita itu kemudian memiringkan kepala dan melumat bibir Viona penuh cinta. Rean ingin menyalurkan rasa cinta dan rindunya yang seharian ini membuat energinya habis, dia ingin memeluk wanita itu semalaman dalam tidurnya, kemudian bercengkerama membicarakan masa depan yang tinggal sedikit lagi akan mereka capai.

Merasa ciuman itu semakin intens, Viona melepasnya dan menatap wajah Rean dengan alis bertaut. "Bener. Kamu kangen banget sama aku sampe bibir aku disedot kayak vacum gitu. Bentar deh..." Viona bersidekap saat pria itu tertawa dan memundurkan langkah. "Kamu tau teknik ciuman gitu dari mana? Perasaan dulu aku nggak bilang."

"Ck. Masih aja ditanya. Umur kita berapa sih, Sayang? Kamu naif banget kalau mikir aku oon nggak ngerti apa-apa."

"Iya iya, Tuan Modus." Viona mencubit pelan pipi pria itu lalu masuk ke dalam untuk meletakkan tas berisi tablet miliknya. Dia menuju dapur untuk menuangkan air minum, dan langkahnya itu diikuti oleh Rean.

"Kamu ngapain ngikutin aku?" tanya Viona setelah selesai meneguk air.

"Kamu udah makan?" tanya Rean. "Aku tadi beli bola-bola tahu kesukaan kamu."

"Sama ayam pedas manis?" Viona membulatkan mata bahagia saat Rean mengangguk dan wanita itu berjingkrak kesenangan. Menu makanan itu adalah favoritnya dan Rean sepulang kantor pukul delapan tadi membelikannya. Viona menangkup kedua pipi Rean dengan gemas lalu maju untuk memeluk pria itu sambil tersenyum bahagia.

How to kiss?Where stories live. Discover now