7. 💋 Red Lipstick 💋

22.4K 683 41
                                    

Berhari-hari selanjutnya, komunikasi yang terjalin antara Viona dan Rean kembali normal. Pria itu selalu sibuk setiap hari seperti biasa.

Saat jam makan siang tadi, Rean yang memiliki agenda meeting di luar dan tengah dekat lokasinya dengan apartemen memutuskan untuk mampir ke sana setelah membeli makanan di restoran. Rean hafal betul, meski di dalam lemari pendingin ada banyak makanan yang tersedia, tetapi Viona bukan tipe manusia yang mau merepotkan diri untuk masak—bahkan jika makanan itu untuk dirinya sendiri. Maka, Rean sedikit lebihnya memberi perhatian sebagai sahabat—ya hanya sahabat. Rean tidak mau Viona sampai sakit atau mengalami hal buruk lainnya, karena jika Rean tidak ada wanita itu akan tertatih sendirian.

Pria bertubuh jangkung itu melangkah sambil menenteng kantung plastik putih berisi makanan, setelah pintu lift terbuka, dia berjalan beberapa meter ke depan hingga sampai di depan unitnya. Kemudian, menekan nomor sandi pintu apartemen dan membukanya dalam sekali dorongan.

"Vio," panggil Rean sembari melepas sepatu. Tidak ada sahutan, kedua mata pria itu mengedar ke penjuru ruangan yang siang ini tampak masih sama seperti pagi saat dia pergi. Wanita yang sedari tadi dipanggil Rean itu ternyata sedang duduk lesehan di lantai dapur sambil memakan es krim choco mint favoritnya. Viona terlalu fokus pada laptop dan ponselnya sampai tidak mendengar jika Rean sudah berdiri di depan meja sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada menatapnya dengan alis bertaut lurus.

Rean memerhatikannya dalam diam, wanita itu masih belum menyadari keberadaannya, saat Rean berdeham kecil dan kepala wanita itu mendongak, barulah dia tercekat kecil dan menggerutu pada pria itu.

"Astaga! Lo ngapain berdiri di situ sih! Gue kira jin!" kata Viona emosi, lalu melepas kacamata yang dia kenakan. "Hobi banget ngagetin orang! Kalau gue jantungan kan repot!"

Rean memutuskan mendaratkan bokongnya di bangku, lalu melirik kantung plastik berisi makanan yang dia bawa tadi. "Gue bawa makanan. Mau nggak?"

"Lo ngapain balik? Kantor lo jauh, ngerepotin diri sendiri aja deh manusia ini," dumal wanita itu yang bangkit dari posisinya dan ikut duduk di bangku seberang Rean, penasaran dengan benda yang dibawa lelaki itu. "Bawa apa emangnya?" tanyanya sambil menilik isi plastik.

"Ada ayam pedas manis sama capcay, dan bola-bola tahu. Semuanya kesukaan lo," balas Rean. "Sekarang ambil nasi, kita makan bareng."

Raut memberengut yang semula Viona tampilkan kini berganti dengan senyum cerah seindah matahari pagi. Wanita itu lantas bangun dan berjalan menuju rice cooker untuk mengambil dua piring nasi, untuknya dan Rean. Ingat pula bahwa nasi itu Rean yang memasaknya sebelum berangkat ke kantor, saat Viona masih asyik dalam tidurnya yang nyenyak. Namun, pria itu tidak pernah keberatan akan segala hal yang dia lakukan.

"Lo habis meeting kenapa nggak makan di sana aja?" tanya Viona.

"Gue udah makan." Rean menyendok lauk yang dia letakkan di piringnya, kemudian menyendokkannya juga beberapa potong ke piring Viona. "Gue mau makan lagi nemenin lo."

Viona yang tengah mengunyah nasi kemudian menatap lurus tepat di kedua bola mata pria itu, dia heran Rean baik sekali. Aneh jika tidak ada maksud apa pun.

"Lo serius nggak mau nyaleg, kan? Sus banget," ucap wanita itu sambil memicing.

"Lo itu makhluk paling aneh. Dibaikin salah, dicuekin makin salah. Harusnya lo bersyukur ada gue yang inget terus sama lo," balas Rean datar.

Dan tidak peka tentu saja. Rean membatin dalam hati.

"Bener juga ya. Kenapa sih perempuan itu suka ribet," gumam Viona pelan. "Udah ah, bodo amat! Gue makan! Huhuhu ayam pedas maniiiisss!" Wanita itu melahap seluruh makanan yang ada di piringnya tanpa tersisa secuil pun.

How to kiss?Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon