2. 💋 Essence 💋

30.8K 834 34
                                    

Viona menatap lamat pria di hadapannya dengan dahi berkerut kecil, ada banyak hal yang tiba-tiba bersarang di pikirannya. Berkonflik dengan batin sendiri itu tidak menyenangkan. Tetapi, orang yang minta diajari ini adalah sahabatnya dan kerap membantunya di masa sulit. Hal ini tidak akan menjadi susah semisal dia bisa membatasi diri. Viona mungkin hanya perlu memberikan beberapa trik saja, Rean pasti tidak akan keberatan. Berikan beberapa teori mengenai ciuman, dari dasar sampai level yang masih bisa pria itu pahami. Viona cukup berpengalaman dalam bidang ini. Dia yakin, tidak akan susah memberi pengarahan pada pria itu.

"Lo tahu apa esensi dari ciuman?" tanya Viona yang sudah melemaskan kedua bahunya yang sempat menegang. Masih dengan kedua tangan terlipat di depan dada, wanita itu menunggu jawaban lawan bicaranya.

Dan yang diajak bicara tampak kebingungan. Kelihatan sekali sedang berpikir.

"Lo tahu kenapa orang berciuman? Apa arti ciuman yang sesungguhnya menurut lo? Gue cuma mau tahu dari sudut pandang lo aja sebagai lelaki."

Rean mengembuskan nafas, lalu menerawang jauh entah berpikir apa. Kemudian menjawab, "Menurut gue, ciuman itu suatu bentuk mengekspresikan perasaan. Juga bisa sebagai bentuk tanda cinta."

Viona kemudian mengangguk paham. "Iya, betul. Secara garis besar, ciuman itu tanda bahwa lo menyayangi orang itu. Bentuk rasa cinta lo."

Rean mengangguk setuju dan kembali mendengarkan wanita itu.

"Tapi nggak selalu ciuman itu menjadi bentuk rasa cinta. Lo tahu ciuman itu juga bisa jadi bentuk dari emosi? Ciuman ada berbagai tipe. Antara benar-benar sayang, atau cuma sebatas nafsu. Bagaimana cara melakukannya, dan perasaan yang tersampaikan, cukup membuktikan seberapa jauh arti dari ciuman itu," jelas Viona panjang lebar.

Viona menyandarkan pelipisnya ke bantalan sofa dan masih memandangi Rean yang sepertinya tengah mencerna ucapan wanita itu. Bagi Viona, Rean bukan hanya baik. Dia adalah makhluk Tuhan yang sulit untuk diabaikan. Bukan hanya wajahnya yang tampak tampan dan seksi, tetapi sikap dan sifat pria itu yang terlalu hati-hati dalam memperlakukan lawan jenisnya adalah suatu hal yang jarang dia temui pada kebanyakan lelaki. Bahkan seperti sekarang, ciuman saja minta diberi penjelasan. Rean memiliki struktur wajah yang sangat unik, kedua matanya yang sipit serta sorotan matanya yang tajam, alisnya yang tebal dan tercetak simetris, serta rahangnya yang tegas membingkai wajahnya yang rupawan. Belum lagi, hidungnya sangat bangir. Pria itu senang akan perawatan dan olahraga, tubuh dan kesehatannya terjaga dengan baik.

Bicara soal postur, Rean sangat tinggi untuk ukuran pria 27 tahun. Viona tidak pernah mengukurnya, tetapi yang jelas mendekati 185 sentimeter. Rambut pria itu lurus, sedikit gondrong dan nyaris menyentuh leher. Serta alis sebelah kanannya terdapat piercing yang membuat penampilan pria itu semakin menarik. Belum lagi, tato di pergelangan tangan kirinya dan di dada— Viona sering melihatnya saat pria itu selesai mandi. Abstrak namun tercetak dengan indah. Penampilannya cukup berkesan dan trendi, agak mirip badboy malah, tetapi siapa yang akan menyangka jika lelaki itu cupu sekali soal mengencani lawan jenisnya.

"Kenapa ngelihatin?" tanya Rean yang sadar tengah diperhatikan Viona dari dekat.

"Lo ganteng. Banget malah," jawab Viona datar.

"Oh, jelas!" Rean tampak kikuk saat menjawabnya dan Viona tahu sebenarnya Rean gugup.

"Sadar nggak kalau lo secakep itu?" tanya Viona lagi. "Cewek-cewek di luar sana pasti ngira lo sering gonta-ganti pacar karena penampilan lo yang lebih mirip badboy di drama gini." Kedua mata Viona memicing dan memindai penampilan Rean dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Ya, gue ngerasa keren aja," balas Rean yang sambil menyugar rambutnya ke belakang.

Viona menjentikkan jari telunjuknya dan menyetujui kalimat itu. Benar, Rean memang keren tanpa banyak berusaha, kembali Viona melanjutkan ucapannya yang terdistrak oleh visual Rean.

How to kiss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang