Bab 14

956 182 10
                                    

"Dalam kisah ini, Siti Marhamah bukanlah tokoh utama."

— Alexander The Adams —

○○○○○○○

"Sebentar lagi kalian akan bertemu dengan tokoh utama yang sebenarnanya."

— Siti Marhamah —



SELAMAT MEMBACA







   1 bulan kemudian...

   Seorang gadis masih menutup mata, alam bawah sadarnya jauh lebih indah dibandingkan dengan kisah nyata.
Alat-alat medis penunjang hidup masih melekat di tubuhnya, jika ia membuka mata nanti rasa sakit sangat dirasakan.

   Dalam ruangan itu terdapat enam orang laki-laki-laki dewasa mereka bukan orang asing, melainkan Saudara se Ayah dengan Siti. Keenam Abang Siti menatap sang Adik dengan pandangan datar, tetapi jika di lihat seksama terdapat kesedihan.

   "Sudah sebulan, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa ia akan membuka mata," kata Aiden menghela napas.

   Bibir Ariz tersenyum sendu menatap sang Adik. "Lebih baik ia tidur seperti ini atau segera pergi untuk selamanya."

   Kelima Saudara yang lain menatap terkejut sang Abang, perkataan Ariz seolah menginginkan Siti untuk meninggal.

   "Daripada Siti terus mendapatkan kekerasan dari Suaminya," lanjut Ariz dengan gigi bergelatuk, kedua tangannya tergepal erat.

   "Ya. Selama satu bulan ini, Alex, tidak pernah datang melihat kedaan, Siti," sambung Arhan dengan tangan tergepal erat.

   Setelahnya mereka langsung keluar dari ruangan itu, di pintu bagian luar ada para pengawal dan para pelayan yang berjaga.

   Keenamnya memasang wajah datar dengan aura menyeramkan, para pengawal dan para pelayan yang berpapasan langsung menundukkan kepala hormat.

   Pintu ruangan berlapis emas yang begitu kokoh terbuka, semua orang di dalam langsung berdiri menyambut keenamnya dengan sedikit menundukkan kepala.

   Ruangan berlapis emas itu merupakan salah satu ruangan meeting, ada meja memanjang dengan kursi empuk menyerupai sofa yang memiliki roda.

   Ketika keenamnya telah duduk, barulah semua orang yang berjumlah 40 orang juga ikut duduk.

   "Kami ingin bertanya, King," ujar salah satu dari para laki-laki di sana membuka pembicaraan.

   "Silahkan," balas keenamnya serentak.

   "Apakah kita tidak lagi berinvestasi, hanya membeli saham saja?" tanyanya dengan heran.

   Wajah keenam King The Adams tersebut juga heran, mendengar pertanyaan dari salah satu bawahan The Adams.

   "Tentu saja masih," jawab Arvid dengan suara rendah.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDWhere stories live. Discover now