Bab 31

651 82 4
                                    

"Jangan pernah nampakkan kelebihan untuk menarik perhatian, sebab mereka datang karena kelebihanmu tidaklah tulus, lebih baik kekurangan yang dapat membuat orang lain menerima apa adanya."

— Siti Marhamah —



SELAMAT MEMBACA







   "Terima kasih untuk jusnya, Nyonya." Sean meletakkan gelas kosong di atas meja.

   "Sama-sama, Nak," jawab Asiyah.

   Sean bangun ia sedikit menunduk kearah Alexander juga Asiyah. "Saya permisi dulu Tuan, Nyonya."

   Laki-laki kepercayaan Alexander langsung pergi keluar dari ruang kerja, di balik kain hitam Asiyah menatap kepergian sahabat baik Putranya.

   Ayah dari Sean merupakan kepercayaan yang setia kepada Abraham, saking setianya rela mengubah rupa menjadi Abraham, hingga berakhir di tangan 6 orang King The Adams, yaitu abang-abang dari Siti.

   Sedangkan Ibu dari Sean, dulu merupakan pelayan pribadi yang setia kepada Asiyah. Ibu Sean mengakhiri hidup saat Suaminya meninggal. Walaupun begitu, Sean tidak pernah dendam akan kematian kedua orang tuanya, karena itu memang sudah peraturannya.

   Entah darimana peraturan aneh yang terjadi di sini, yang jelas ketika majikan mereka mati. Maka, orang kepercayaan sekaligus sahabat masa hidup juga harus ikut mati.

   Seperti istri Sean, membunuh dirinya saat Alexa istri Alexander meninggal sebab melahirkan Axelio. Sampai sekarang, Sean belum ingin menikah lagi, atau selamanya tidak akan menikah lagi.

   Kesetiaan dari bawahan keluarga The Adams, tidaklah main-main. Baik di dunia atas maupun di dunia bawah, mulai dari generasi pertama hingga sekarang, masih sama-sama menutup rahasia tentang keluarga The Adams dari dunia luar.

   Tidak pernah terjadi yang namanya penghianat, sebab keluarga The Adams menggap mereka para bawahan sebagai satu keluarga yang utuh, jika suatu saat ada yang berkhianat. Maka, bukan hanya menghancurkan seorang, tetapi semuanya.

   "Kenapa menyuruh membuat berita fitnah tentang perusahaan Al Hafidz, Nak?" Asiyah membuka kain hitam di wajahnya, menatap serius Alexander. "Dan, membongkar aib keluarga Al Hafidz juga."

   "Anggap saja itu ujian untuk menguji seberapa kuat perusahaan mereka bertahan." Alexander merebahkan kepala yang pusing kedalam pangkuan sang Ibu. "Mengenai aib untuk membuktikan pada orang-orang, bahwa keluarga Al Hafidz tidak setaat yang mereka bayangkan."

   "Haruskah dengan fitnah?" Asiyah menunduk menatap sang Putra dalam pangkuaannya yang memejamkan mata. "Apalagi membuka aib saudara itu tidak baik, Nak.

   "Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, karena dapat menghancurkan mereka yang terfitnah. Sedangkan membongkar aib saudara sendiri, itu sangat tidak diperbolehkah dalam islam.

   "Dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujuraat, ayat 11 sampai 12 berbunyi, wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

   "Seharusnya ketika tahu aib dari saudara kita, lebih baik kita diam saja seolah tidak tahu apa-apa. Seperti dalam salah satu Hadits riwayat Muslim, barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari Kiamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di Hari Kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDWhere stories live. Discover now