Bab 2

1.4K 311 23
                                    

"Imanku lemah, jiwaku lemah, dapat ancaman dari orang tidak kukenal sudah mampu membuatku takut. Namun, sekarang aku malah mendapatkan teror yang nyata."

Siti Marhamah



SELAMAT MEMBACA







   Istana Mutiara Al Hafidz
Jeddah, KSA.

   Di sebuah Istana putih yang terbuat dari batu mualam juga batu mulia, yaitu Istana Mutiara Al Hafidz di Kota Jeddah, Saudi Arabia.

   Sebuah Istana yang awalnya hanya dikira tidak ada dikehidupan nyata oleh seorang penulis. Tapi, ternyata itu semua nyata adanya.

   Majlis Hariim merupakan tempat dimana para perempuan berkumpul, rumah khas Arab yang ruangannya di pisahkan antara laki-laki dan perempuan.

   Seorang gadis remaja yang berusia 17, yang bernama Sheikha Alisha binti Abdul Aziz Al Hafidz. Merupakan seorang putri dari Sheikh Abdul Azis bin Abdul Malik Al Hafidz, yang merupakan kepala keluarga besar Al Hafidz tinggal di Istana Mutiara.

   Sheikha Alisha merasa tidak tenang, sedari tadi dirinya terus duduk dan berdiri, kadang juga mondar-mandir tidak jelas. Kekhawatiran itu terlihat dari kebiasaan sang Sheikha, yang menggigit kuku jari telunjuk kanannya.

   Seorang gadis yang seumuran Sheikha Alisha atau tepatnya merupakan Adik kembar non identik dari sang Sheikha Alisha, menatap jengah Kakak kembarnya.

   "Alukhti Isha, ijlas!" Dengan kesel gadis tersebut menarik tubuh Sheikha Alisha untuk didudukkan secara paksa. (Kak Isha, duduk!)

   Meskipun Sheikha Alisha sudah duduk, wajah tidak tenangnya masih saja terlihat.

   Sang kembaran menghela napas menatap lekat sang Kakak kembar. "Filwaqa'i, ma huwa khothau ma'aka?"
(Sebenarnya, ada apa denganmu?)

   Sheikha Alisha menatap balik Adik kembarnya. "Lila, ana qaliqatun 'ala salamati shakhsan ma."
(Lila, aku khawatir dengan keselamatan seseorang)

   Sheikha Aljalila atau biasa dipanggil Lila, menatap lekat sang Kakak kembar, ia jelas dapat melihat kekhawatiran dimata coklat sang Kakak kembar.

   "Apa terjadi sesuatu dengan tunanganmu?" tanya Sheikha Aljalila serius.

   Sheikha Alisha sudah dijodohkan dari kecil, tepat 2 tahun yang lalu sudah bertunangan dengan salah seorang Sheikh Al Hafidz juga.

   "Tidak. Alhamdulillah, beliau baik-baik saja," jawab Sheikha Alisha menggelengkan kepala.

   "Jangan-jangan, Kakak mengkhawatirkan rijal yang lain, ya." Sheikha Aljalila melototkan mata kearah Kakak kembarnya.

   "Jangan bicara sembarang, Lila!" Dengan kesel Sheikha Alisha memukul mulut Adik kembarnya.

   "Sakit bibirku, Kak." Sheikha Aljalila mengerecutkan bibirnya ke arah sang Kakak kembar. "Lalu siapa, yang Kakak khawatirkan?"

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang