46. Permintaan Maaf

10.7K 1.2K 57
                                    

Hal yang pertama kali Larasati lakukan setelah mengetahui apa yang Seno lakukan pada anak dan istrinya adalah berusaha menghubungi mantan suaminya, Rakhman Januar Sastrohardjono.

Sulit untuk bisa berkompromi dengan pria keras kepala itu, tapi Larasati terus berusaha agar Rakhman bisa memahami bahwa ini adalah kesalahan mereka dan mereka harus mempertanggung jawabkan dosa-dosa mereka di masa lalu.

Setelah perceraian mereka 35 tahun silam, mungkin ini kali pertama mereka kembali berhubungan. Awalnya Rakhman jelas menolak keras karena tidak ingin ikut campur lagi atas hidup Seno.

"Kamu tahu jawaban saya Laras. Seno sudah terlalu tua untuk kita ikut campuri urusannya. Anak itu bahkan sudah melupakan saya dan tidak mengundang saya di pernikahannya. Lalu apa lagi yang perlu diharapkan?"

Sejak dulu masih sama, keras kepala seorang Rakhman Sastrohardjono masih sama menyebalkannya kendati pria itu sudah bertambahn banyak usianya.

"Apa waktu 35 tahun belum cukup untuk kamu intropeksi Mas? Apa setelah 35 tahun dari hari itu, kamu tidak pernah sedikitpun mengingat dosa-dosa kita pada Seno? Apa hidupmu bisa tenang kalau mengingat, 35 tahun lalu kita menelantarkan seorang anak hanya untuk mengejar bahagia kita masing-masing?" Larasati menjeda ucapannya, air matanya menetes memandangi foto Seno yang selalu ia simpan di dompetnya. "Kita sibuk mencari bahagia kita sendiri sampai melupakan ada bagian dari kita yang seharunya juga berbahagia. Saya egois, dan kamu jauh lebih egois Mas."

Larasati menarik nafas dalam, mengusap air mata yang jatuh membasahi pipinya. "Berpuluh tahun saya hidup dilingkupi rasa bersalah, andai bisa kembali ke hari itu saya ingin membawa Seno bersama saya, agar anak saya pun bisa merasakan bahagia yang saya rasakan. Tapi semuanya sudah terlambat. Kita nggak bisa kembali ke masa itu, untuk meminta maaf pada Seno pun saya malu Mas. Apa–apa sedikit saja di hatimu tidak ada rasa bersalah itu Mas?"

"Bhakti Aryaseno Rakhman Sastrohardjono, nama yang kamu berikan saat anak itu lahir. Yang saat itu sangat saya harapkan bisa mempersatukan kita. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri Mas, saya saksinya bagaimana kamu menatap bayi baru lahir itu dengan mata berbinar. Saya juga lihat kamu mengusap air matamu saat pertama kali Seno memanggilmu Papa. Kamu nggak pernah lupa kan?"

Bukan maksud Larasati ingin mengingatkan Rakhman kenangan itu. Larasati hanya ingin Rakhman mengingat, bahwa dahulu pria itu pernah menyayangi Seno. Walau akhirnya semua berubah setelah tekanan dari banyak pihak, terutama kehadiran wanita lain di hidup Rakhman.

Larasati hancur, saat mengetahui suaminya menjalin hubungan dengan wanita lain disaat Seno bahkan belum lancar berjalan. Menyakitkan rasanya. Rasa sakit yang kemudian membuat Larasati ingin membalaskan dendamnya juga pada Rakhman. Jika pria itu bisa berselingkuh, kenapa ia tidak?

"Jadi setidaknya, ini kesempatan terakhir kita untuk bisa menebus sedikit dari banyaknya dosa kita di masa lalu Mas. Saya tidak mau kesalahan kita akan semakin berdampak panjang. Saya tidak mau ada Seno-Seno lain–"

"Oke kamu atur saja bagaimana, saya akan ikut."

Untuk sejenak, Larasati bisa bernafas lega.

***

Setelah kemarin kehadiran mereka ditolak oleh Seno, hari ini mereka kembali mendatangi rumah Seno.

Sama seperti kemarin, Seno belum tiba di rumahnya saat mereka tiba. Larasati sedikit berbincang-bincang dengan asisten rumah tangga Seno, dari wanita itu Larasati mengetahui bahwa Seno tidak pernah makan di rumah setelah Shana meninggalkan rumah. Seno selalu menolak jika wanita itu menawarkan ingin dimasakkan apa.

ADVOKASI Where stories live. Discover now