23. Cemburu

17.8K 1.3K 48
                                    

Siapkan diri untuk melihat Bhakti Aryaseno versi menye-menye tapi tetep ngeselin~~~




Desas desus itu cepat berhembus, soal perubahan sikap Bhakti Aryaseno yang menurut mereka sangat tiba-tiba.

Sebagian mahasiswanya beranggapan Seno kemungkinan mengalami suatu pristiwa yang membuat pria itu taubat mempermainkan mahasiswa bimbingannya. Sebagian lainnya menduga bahwa Bhakti Aryaseno sedang memperbaiki citranya menjelang pemilihan ketua jurusan baru.

Antrean panjang mahasiswa di depan ruangan Seno sekarang menjadi pemandangan lumrah. Sepagi hari sudah akan banyak yang mengantre bahkan sebelum si empunya ruangan tiba. Sudah mirip antrean dokter spesialis saja.

Meskipun sudah berbaik hati menerima 10 Mahasiswa di setiap jadwal bimbingannya, jangan berharap Bhakti Aryaseno juga akan berubah berbaik hati dan lembut pada mahasiswa bimbingannya. Mimpi namanya.

Dengan orang yang jelas-jelas sedang menjalin hubungan dengannya saja Seno bisa sangat kejam, apalagi dengan mahasiswa bimbingannya!

Benar, niat baik Shana untuk mempermudah teman-temannya bimbingan berakhir dia yang harus mengabdi pada Seno. Benar-benar seperti babu dan pesuruh pria itu.

"Yang benar mijetinnya. Yang ikhlas Shana."

Mereka sedang ada di rumah Shana sepulang dari kampus seperti biasa. Dari masih di kampus tadi, Seno sudah ribut bahwa badannya pegal-pegal setelah membimbing 10 mahasiswa. Sudah jelas itu alasannya saja, setiap kali bimbingan pastii akan selalu mengeluh pada Shana. Kepalanya sakit lah, badannya pegal lah. Tangannya capek lah.

"Aaaa capek!" Keluh Shana, ganti menjatuhkan kepalanya di punggung Seno yang tidur telungkup.

Shana juga capek karena seharian menemani Seno di kampus, lalu pulang ke rumah dan masih harus dihadapkan dengan Seno yang sangat-sangat menyebalkan belakangan ini. Kemarin-kemarin mungkin ia masih sabar menghadapi Seno dengan tingkah menyebalkannya yang menurut Shana menggemaskan. Tapi lama kelamaan ia kesal juga. Kegiatannya jadi terhambat karena harus melayani yang mulia Bhakti Aryaseno.

Memasak makan siang untuk Seno, menyuapi pria itu makan, memijat badan Seno.

Sudah mirip seorang istri, tapi belum jadi istri hihihi.

"Kaki saya Shan."

Tuh lihat, mana ada yang namanya belas kasihan di hati Seno.

"Capekk Mas, mau tidur ngantuk." Shana mengangkat tubuhnya lagi, menyelip diantara tubuh besar Seno dan sofa. Ia ikut merebahkan dirinya disana.

"Belum selesai mijitnya kok tidur."

"Dengar nih, aku hari ini bangun jam lima pagi, masak buat Mas Seno, terus jam tujuh Mas jemput buat ke kampus. Padahal aku udah bilang aku entar dianter aja sama Septian, tapi Mas ngotot minta ditemenin. Terus aku nungguin Mas luamaaa banget di kampus, terus Mas mau makannya disuapin aku, terus ini udah pulang aku juga masih jadi babu. Capeeekk huuuu."

Ibu Shana sudah tidak lagi membuka catering setelah menikah dengan Haji Iswan. Sebagai gantinya, Shana yang harus memasak untuk si pelanggan nomor 1 itu.

Shana sudah bilang pada Seno akan mencarikan catering lain untuk pria itu. Tapi Seno malah kekeh tidak ingin makanan dari tempat lain, lebih baik Shana saja yang memasak untuknya. Sekalipun hanya dengan telur dadar, itu lebih baik ketimbang makan di tempat orang.

Seingat Shana, ia tidak pernah mencampur ramuan apa-apa dalam makanannya. Makanya ia heran melihat Seno yang semakin lama semakin menye-menye padanya. Terutama setelah Shana resmi memanggil Seno dengan panggilan 'Mas'. Semakin jinak saja pria itu, ya walau tingkah menyebalkannya memang sudah mendarah daging.

ADVOKASI Donde viven las historias. Descúbrelo ahora