38. Sederhana

12.8K 1.1K 103
                                    

Sederhana tapi Bhakti Aryseno ngamuk :

Menyerahkan draft skripsi h-1 jadwal sidang.

Hal yang sudah menjadi rahasia umum, tapi anehnya masih saja ada yang berani melakukan itu.

Dahulu saja saat Shana masih menjadi si paling advokasi, pasti ada saja yang melaporkan dan meminta tolong agar bisa menyerahkan draft skripsi mereka dikala Seno menolak mentah-mentah.

Ternyata hingga kini masih ada yang nekat melakukan itu!

Terutama dengan dalih Bhakti Aryaseno yang konon katanya kini sudah melunak. Tidak segarang beberapa waktu lalu hingga beranggapan harusnya Seno tidak akan marah.

Salah kaprah.

Seno mungkin memang lebih melunak belakangan ini, tapi soal teknis penyerahan draft tidak bisa diganggu gugat. Setidaknya h-3 jadwal ujian atau seminar, draft tersebut harus sudah ada di tangannya. Lagian Seno juga butuh waktu untuk memeriksa draft tersebut.

Sialnya, sama seperti kejadian saat Seno ngambek pada kelas yang memvidiokannya tanpa izin, Shana lagi-lagi menjadi tumbal. Ia juga dihubungi oleh mahasiswa yang akan seminar besok, meminta tolong agar bisa menitipkan draft miliknya. Menyebalkannya lagi, orang itu adalah teman seangkatannya sendiri!

Haish coba bayangkan ada di posisi Shana.

Teman seangkatannya, menghubungi dengan kalimat yang amat sopan seolah Shana ini posisinya sejajar dengan Bhakti Aryaseno sang dosen.

Begini pesannya,

Assalamualaikum, selamat sore Mbak Shana. Sebelumnya maaf jika mengganggu waktunya. Saya Zufilkar Adnan, yang akan sidang esok hari. Saya mendapat Pak Seno sebagai penguji saya Mbak, sekali lagi mohon maaf ini saya baru ingin menyerahkan draft tapi ditolak oleh beliau. Beliau juga saat ini sudah meninggalkan kampus dan enggan menerima draft saya.

Saya bermaksud mengantarkan langsung draft ke kediaman pribadi Mbak Shana dan Pak Seno. Mohon maaf apakah diperkenankan? Saya sendiri sudah memiliki alamatnya. Saya juga sudah menghubungi Bapak tapi pesan saya tidak dibalas, kemungkinan juga saya sudah diblokir Mbak.

Saya bingung harus bagaimana mengingat jadwal sidangnya esok hari, penguji lain sudah aman hanya tersisa Pak Seno. Mohon bantuannya Mbak, sekiranya informasi ini bisa diteruskan ke Bapak. Terima kasih🙏

Sementara penyebabnya anteng tidur di sebelah Shana sepulangnya dari kampus. Seno itu semenjak memiliki istri, pantang menunda-nunda kepulangannya. Jika saat masih sendiri, Seno sering dicap sebagai penunggu kampus karena acap kali masih bertahan di kampus saat maghrib menjelang walau tidak ada kelas setelah itu.

Shana membalas pesan temannya itu, menyuruh Zulfikar untuk langsung mengantarkan draft miliknya ke rumah. Urusan diterima atau tidak oleh Seno bisa dipikirkan nanti. Kasihan juga kalau sampai ada yang gagal sidang karena salah satu pengujinya ngambek.

"Bangun Mas, udah mau maghrib ini."

Lihat wajah tanpa dosa itu, pasti tidak akan ada yang mengira di kehidupan nyata Seno bisa semenyeramkan itu. Kalau sedang tidur, wajah garangnya hilang menjadi bak seorang bayi polos.

Tangan Shana sejak tadi ditahan oleh pria itu, dijadikan alas untuk pipinya. Sebuah siasat agar Shana tidak meninggalkan Seno di ranjang sendirian.

"Ehm ketiduran ya saya." Gumam Seno menguap lebar-lebar sampai Shana yang harus menutupi mulut Seno dengan tangannya.

"Kamu ngeblokir mahasiswa lagi Mas?" 

Seno tidak langsung menjawab, perlu beberapa waktu untuk mengumpulkan nyawanya sejenak. Di luar hujan deras mulai turun, tidak ada yang Seno ingin lakukan selain berpelukan dengan istrinya saat ini. Ranjang yang hangat, ditambah pelukan sudah kombinasi yang cocok sekali.

ADVOKASI Where stories live. Discover now