19. Hah?

15.2K 1.1K 46
                                    

Tangannya baik-baik saja, kakinya juga baik-baik saja.

Tapi Seno yang kelewat lebay itu benar-benar melarang Shana pergi mengendarai motornya lagi. Sebagai gantinya, Septian yang sekarang dibayar oleh Seno untuk mengantar Mbaknya kesana-kemari.

"Nanti pulangnya sama saya."

Shana seperti biasa menjalankan tugasnya menemani Seno makan siang, tapi kali ini dengan diantar oleh Septian.

"Bapak nggak lama? Tadi saya udah bilang Septian nanti jemput."

"Mungkin jam tiga-an saya selesai, kamu disini saja nonton youtube."

Shana ingin protes, dia bukan balita yang akan anteng kalau disodorkan tayangan youtube. Pria itu kira dia akan betah gitu berjam-jam menonton youtube?

"Saya nunggu di sekre aja ya Pak?"

Dan seperti dugaan Shana, ide itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Seno. Entah apa yang membuat Seno benar-benar melarangnya nongkrong di ruangan itu. Selama ini alasannya selalu berputar di persoalan bau ruangan itu. Padahal Shana nyaman-nyaman saja tuh disana.

"Kamu tahu jawaban saya." Sahut Seno enteng.

"Di sekre kan saya bisa tiduran Bapak, disini nggak bisa. Iya sih kursi Bapak empuk tapi tetap aja badan saya pegal-pegal kalau duduk terus." Keluh Shana berusaha merayu Seno lagi.

Percobaannya sia-sia, karena Seno hari ini sedang tidak dalam mode bisa dirayu.

"Lima menit lagi saya nguji, habis itu ngajar. Nanti saya jemput kamu lagi kesini." Keputusan final, Seno sudah menyampir tasnya.

Bibir Shana mengerucut, berandai-andai, andai saja ada kasur di ruangan Seno, pasti nyaman sekali! Ia bisa tidur siang sambil menikmati hawa dingin ruangan pria itu.

"Kuenya buat saya ya!"

"Hmm."

Shana tersenyum puas. Belakangan ini terutama setelah resmi menyandang status kekasih Bhakti Aryaseno, Shana selalu mendapat jatah snack milik Seno setiap kali pria itu menguji. Lumayan, karena biasanya snack nya mahal-mahal.

"Semangat Bapak kesayangan Shana." Ia mendongakkan kepala dengan tangan terbuka yang terulur pada Seno yang sudah berdiri. "Berbagi energiiii." Serunya riang manakala Seno mendekat untuk memeluk tubuhnya.

"Semoga energi positif saya bisa nular ke Bapak, biar Bapak nggak galak-galak pas nguji."

"Sedikit menambah semangat," sahut Seno melonggarkan pelukan keduanya untuk bisa melihat wajah sang kekasih lebih dekat. "Semoga Shana nggak nakal lagi ya." Tambahnya usil.

Dengan bibir yang mencebik, telunjuk Shana mendorong pelan perut Seno. Kesal karena ia dibilang nakal.

"Siapa yang nakal? Saya anak baaikkk."

"Iya Shana anak baik ya?" Goda Seno mengulum senyumnya.

"Iya dong." Jawab Shana pongah, menggoyang-goyangkan tangan di pinggang Seno.

Seno ingin membalas lagi tapi ia teringat bahwa sebentar lagi jadwalnya menguji. Terpaksa Seno segera bergegas meninggalkan Shana.

"Saya nguji dulu, bye sayang." Seno menunduk untuk bisa mencium puncang kepala kekasihnya.

"Bye sayaaaanggg!!!" Balas Shana tak kalah hebohnya, tanpa mengetahui bahwa ucapannya barusan menimbulkan gemuruh aneh di dada Seno.

Tanpa Shana ketahui pula, ucapan main-mainnya itu menyelamatkan nyawa seseorang di dalam ruangan sidang. Sebab apa?

ADVOKASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang