18. Tugas baru

14.6K 1.3K 58
                                    

Sekarang Shana mendapat tugas baru dari Seno, yaitu membalas pesan-pesan yang masuk ke whatsapp kekasihnya itu.

Hal itu bermula saat Shana ingin meminjam ponsel Seno untuk menghubungi Ibunya—karena ponsel Shana kehabisan baterai—, disana maksud Shana di whastapp pria itu berderet pesan-pesan yang tidak dibalas. Kebanyakan pesan-pesan itu dikirim pagi hari, sementara sekarang sudah siang. Beberapa pesan juga tampak hanya dibaca oleh Seno.

"Kenapa chat mahasiswanya nggak dibales?" Protes Shana. Bagaimanapun dia juga seorang mahasiswa, pernah juga merasakan bagaimana mendebarkannya menunggu balasan pesan dari dosen.

"Males." Sahut pria itu singkat yang membuat Shana berang.

Seno itu memang akhlaknya minus! Shana berani camkan itu. Walau pria itu sangat baik padanya, tapi tingkah mengesalkannya masih begitu parah bagi mahasiswa-mahasiswanya yang lain.

"Pesan saya aja bisa Bapak balas cepat, kenapa yang bawah-bawah ini nggak dibalas?"

Chat Shana ada di bagian paling atas. Sengaja dipin oleh Seno agar tidak tenggelam diantara puluhan chat mahasiswa yang datang di setiap harinya.

"Beda lah."

Shana berdecak memutar bola matanya malas. "Saya balesin, cepat saya bacain ini pesannya."

"Hemmm," Seno melanjutkan makan siangnya, membiarkan ponselnya diambil alih oleh Shana.

"Dari Angelina bimbingan Pak Seno, nanya kapan Bapak bisa ngunjungi penelitiannya?"

Mata Shana pedas sendiri membaca chat yang terlalu panjang, padahal intinya cuma nanya kapan Seno bisa mengunjungi penelitiannya.

"Hemm lusa sore." Jawab Seno.

"Oke, saya balas ya insya Allah lusa jam 4 sore. Gitu ya Pak?"

"Iya."

Dan pesan-pesan berikutnya yang kebanyakan menanyakan waktu senggang Seno, entah itu untuk kunjungan atau konsultasi penelitian.

"Cape juga ya," Shana meregangkan jari-jarinya. "Jangan dibiasain kaya gitu Pak, kasihan mahasiswa Bapak pasti lagi nungguin kejelasan dari Bapak." Nasehatnya berharap kebiasaan buruk Seno itu bisa berubah. "Kalau setiap ada pesan terus Bapak balas pasti nggak akan numpuk kaya gitu."

"Tugas kamu sekarang, balasin pesan." Sahut Seno enteng.

"Nggak ah males."

Seno menutup kotak makannya yang sudah habis dimakan. Kini perhatian bisa sepenuhnya ia curahkan pada Shana yang tampil sangat menggemaskan siang ini. Kendati hanya mengenakan sweater oversize berwarna abu gelap.

"Saya belum transfer gaji kamu bulan ini ya?"

Shana langsung tersenyum manis sekali, merasa rezeki sedang ada di depan mata.

Belakangan ini pengeluarannya benar-benar minim, berterima kasih pada Bhakti Aryaseno yang sering mentraktirnya.

Sudah sering ditraktir, masih dapat uang lagi. Sungguh Allah maha baik pada hamba-hambanya hihihi.

"Hehehe alhamdulillah."

"Dipotong uang skincare dan jajan di pasar malam, jadi gaji kamu cuma eh minus ini."

Shana melongo, baru saja memuji kemurahan hati Seno setinggi langit. Tahunya pria itu perhitungan, menyebalkan! Jika tahu dihitung hutang kan Shana tidak akan gegabah dengan mengambil segala macam. Duuuh menyebalkan!

"Berarti kamu hutang sama saya tujuh ratus tujuh puluh lima ribu ya."

Shana memanyunkan bibirnya. Kenapa sekarang malah dia yang berhutang?

ADVOKASI Where stories live. Discover now