33. Perkenalan

13K 1.2K 60
                                    

Larasati Gunawan.

Wanita yang melahirkan Seno ke dunia ini. Seno lupa kapan kali terakhir dirinya bersua dengan sang Mama. Mungkin 4 atau 5 tahun lalu? Itupun bukan pertemuan yang disengaja, karena saat itu kebetulan Seno sedang transit cukup lama di Singapura.

Lantas bagaimana dengan komunikasi mereka? Hanya sesekali saja. Jika ingat Seno akan mengirimi pesan Mama, menanyakan apakah Mamanya sehat? Mengingat wanita itu sudah berumur. Hubungan mereka terlalu kaku untuk ukuran seorang Ibu dan anak.

Sudah lama tidak berjumpa, tiba-tiba Mamanya memberi kabar bahwa akan liburan ke Jogja–tentu bersama keluarga barunya. Momen yang tidak pernah Seno harapkan seumur hidupnya. Seno sengaja menjauh dari Papa dan Mamanya, termasuk keluarga baru mereka. Seno tidak membenci mereka, terutama adik-adik tirinya. Mungkin dulu Seno pernah membenci mereka karena iri adik-adiknya mendapat perhatian dari Papa dan Mamanya, sementara Seno dibiarkan hidup bersama sang kakek.

Dari Papanya, Seno mendapat dua adik perempuan, dan seorang adik lelaki baru. Namanya Lilian, Tyas, dan Trias. Seno pernah bertemu ketiganya sekali, saat Papanya masuk rumah sakit karena kecelakaan. Sementara dari Mamanya, Seno mendapat 1 adik baru dan 2 Kakak baru–karena suami Mamanya juga seorang duda.

Rencana semula, Seno akan membawa Shana ke Singapura untuk berkenalan dengan Mamanya. Tapi berhubung Mamanya yang ke Jogja, Seno jadi tidak perlu repot membawa Shana terbang ke Singapura. Rencananya Seno hanya akan mendatangi Mamanya sebentar, memperkenalkan Shana sebagai calon istrinya dan pulang setelahnya. Seno tidak peduli jika nanti Mamanya setuju atau tidak dengan pilihannya, karena Mamanya tidak mempunyai hak untuk mengatur hidup Seno.

Sebenarnya Seno tidak perlu juga memperkenalkan Shana pada Mamanya, tapi setelah dipikir-pikir, Shana juga punya hak untuk diperkenalkan dengan keluarganya. Seno takut kekasihnya itu akan berpikiran macam-macam kalau tidak diperkenalkan sama sekali dengan keluarganya.

"Mas! Mas Seno! Bukain buru aku kebelet pup!" Teriakan dari luar rumah membuyarkan lamunan Seno. Ia bergegas membuka pintu sebelum rumahnya digeruduk tetangga karena gedoran di pintu kian keras. Shanaya ini mungkin kalau tidak ribut hidupnya tidak tenang.

"Assalamualaikum Shanaya Mahika." Sindir Seno saat membuka pintunya.

Shana menyengir mendengar sindiran Seno. Ia buru-buru meraih tangan Seno untuk salim lalu segera melesat menuju toilet. Sejak di perjalanan tadi perutnya tiba-tiba berulah, Shana tidak bisa menunggu lebih lama lagi!

Seno kembali menutup pintu rumahnya, dan duduk di tempatnya semula untuk menunggu Shana selesai dengan urusannya. Hobi baru mereka sekarang adalah pacaran di rumah Seno setiap hari libur. Shana beralasan malas kalau di rumah karena hari libur semuanya pada stay di rumah. Shana kan jadi berasa diawasi. Kalau di rumah Seno mereka bisa bebas ngapain saja–maksudnya bisa bebas nonton film bareng. Toh sepertinya Seno sudah berjanji pada Haji Iswan, untuk menjaga Shana. Walau seringkali tangannya suka usil!

Tak lama Shana keluar dari toilet dengan wajah lega. Ia langsung duduk di sebelah Seno yang sejak tadi tidak lepas memandanginya.

"Dari masih di ringroad perutku mules banget Mas. Mau minta tolong Mas ojolnya minggir dulu tapi nggak enak. Jadi aku tahan sampai sini hehehehe."

"Habis makan apa emangnya kamu?" Selidik Seno curiga.

Shana kembali nyengir, "hehehe abis makan Gacoan, level lima." Ungkapnya.

"Jangan makan pedas-pedas lah. Kamu ini sudah tahu perutnya suka nggak kuat, tapi dimakan terus yang seperti itu." Mulut Seno sampai lelah menasehati Shana agar tidak makan makanan pedas sering-sering. "Jatah makan pedas bulan ini sudah ya Shan, awas saja kamu makan pedas lagi."

ADVOKASI Where stories live. Discover now