22. The Man Who Never Hurts Me

453 21 2
                                    

16.00

Paulo yang baru saja tiba di rumahnya mendapati pak Asep dan mobil Rony yang terparkir di halamannya.

"Pantes Rony tadi cari Salwa, dia main ke rumah kah?

-

"Salwa?" Panggil Paulo ketika memasuki rumah.

Hening, tak ada jawaban.

Paulo berniat memasuki kamarnya untuk berganti baju sebelum mengecek kamar Salwa. Namun, ia menemukan Salwa dengan mata yang bengkak tengah berbaring di atas kasurnya.

"Sal.. lo kenapa?" Tanya Paulo panik, tak biasanya ia melihat Salwa dengan raut wajah yang begitu rapuh.

Salwa yang menyadari kedatangan Paulo kini bangkit. Ia memeluk Paulo. Membiarkan tangisnya pecah di sana.

"Ada apa, Sal? Hannan sama Haneen mana?" Paulo mengusap punggung adiknya lembut.

Tanpa menjawab satupun pertanyaan Paulo, Salwa hanya berucap "Jangan bilang Rony kalo gue di sini.."

---

20.00

"Sal, makan dulu yuk?"

Paulo mencoba membangunkan Salwa yang tertidur di kamarnya. Saat mencoba menghapus keringat yang membasahi dahi adiknya, Paulo kembali dikejutkan dengan suhu tubuh Salwa.

"Sal, gila badan lo panas banget.." Paulo terus meraba wajah adiknya. "Lo masih sakit? Gue bawa ke rumah sakit aja ya?"

"Jangan.." sahut Salwa pelan.

"Lu mau cari mati apa? Lu demam panas banget anjir, Sal"

"Sans, bro.. gue minum obat biasa juga udah mendingan kok.." Salwa menepuk lengan Paulo perlahan agar kakaknya lebih tenang.

"Emang bocah satu ini yaampun.. gue telfon Rony nih?"

Mendengar nama itu disebut, pelupuk mata Salwa kembali berlinang.

"Sal, kalian kenapa si? Kasian ponakan gue. Hannan Haneen kalo lu lupa.."

"Pul..", dengan suara yang serak Salwa menghela napas, cukup panjang.

"Gue ga mau ketemu Rony kalo gue masih marah.." Terlihat jelas ia menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Tapi lo juga ga boleh lari dari masalah, Sal?" Paulo mencoba memberi nasihat

"Gue ga lari, Pul.. beri gue ruang untuk tenang ya? gue takut amarah gue nanti jadi luka buat Rony. Gue juga ga bisa ketemu anak-anak kalo gue lagi sakit.."

"Lo kalo mau nangis, nangis aja adik kecil.. jangan ditahan. Lo selalu punya gue di sini"

Mendengar itu, air mata Salwa kembali turun. Ia menghambur ke dalam pelukan Paulo.

Paulo tahu, ada yang tidak beres dengan rumah tangga adik dan sahabatnya. Namun ia enggan untuk ikut campur terlalu jauh.

Pun ia juga tidak menuruti kemauan Salwa untuk tidak menjawab pesan dari Rony. Ia tahu, Rony pasti juga mengharapkan pesan balasan darinya.

"Pul, kalo selama ini gue bohongin lo, kira-kira lo marah gak?" Tanya Salwa, membuat Paulo segera meletakkan HP-nya.

"Lo bohongin gue?" Balas Paulo serius.

"Yeuu komuknya santai aja kali. Jelek lo"

"Lagi sakit masi aja ngeledekin gue." Paulo mendorong bahu Salwa pelan. "Setelah gue lihat-lihat, lo cepet banget kurusannya abis ngelahirin si kembar?"

"Keren kan? Gue mah body goals.." klaim Salwa membuat Paulo terbahak-bahak.

"Body goals lu kejauhan. Ayo ah cepet, pertanyaan gue belum dijawab. Lo bohong soal apa?"

KesempatanWhere stories live. Discover now