9. Girlfriend, first

625 33 0
                                    

Ramainya karyawan yang berlalu lalang menandai aktifnya kembali kantor DIP setelah cuti bersama yang Rony berikan selama 3 hari sejak pesta amal diadakan. Beberapa di antaranya menyapa Rony yang tengah berdiri di depan meja Salwa, yang sapaannya juga dibalas ramah oleh Rony.

"Mas udah sampe?" Salwa terkejut ketika melihat bos nya tengah berdiri di depan mejanya. Lantas Salwa melihat arloji di tangan, "masih 7.40 yaa, gue gak telat" ucapnya karena merasa ia tidak sopan jika sampai direkturnya lebih dahulu datang.

"Iya, enggak telat kok. Sini coba lihat?" Kini Rony menggulung lengan kemejanya. "Gue dateng cepet karena mau pamer ini.." Sebuah arloji rantai terlihat dari balik lengan kemejanya, hadiah ulang tahun dari Salwa.

"Duuuh, malu banget. Pasti jelek ya?" Salwa menutup wajahnya.

"Nggak dong. Pasti bagus. Gue suka karena style gue banget ini." Tangannya sengaja ia arahkan untuk membenarkan rambutnya sedemikian rupa agar tampak keren.

"Style bapak-bapak kan maksudnya?" Celetuk Salwa.

Rony hanya cemberut. Tak lama, ia membuka suara,
"Sal, lo ga merasa ada yang kurang gitu?"

"Waduh, apa ya? Kayaknya gue lihat di jadwal mas aman si, emang ada jadwal baru? Atau ada telpon masuk?" Kini Salwa segera membuka tas nya dan mengeluarkan tablet untuk memeriksa pekerjaannya.

"Sal..." Rony meletakkan tangannya di atas tablet Salwa

"Hmm?" Salwa mendongak untuk melihat posisi lawan bicaranya

"Gue belum dapet jawaban?!"

Mendengar itu, Salwa terbahak-bahak. "Mas, jangan bilang mas datang sepagi ini cuma buat ngomong gitu?"

"Sal, please jangan ketawa gue malu banget" Salwa dapat melihat rona merah yang muncul dari kedua pipi Rony

"Kemaren bilangnya, mas bakal nunggu gue sampe kapanpun?" Kali ini Salwa semakin meledeknya.

"Lo ga kasian sama gue, Sal? Gue udah setua ini?!"

"Ga usah banyak drama deh ah" Salwa lagi-lagi terkekeh mendengar balasan dari Rony. "Lo itu masih muda, gagah, ganteng.. berharap apa sama gue?"

"Sal, gue udah seneng banget denger pujian dari lo. Iya gue tau kalo gue ganteng. Tapi apa gunanya ganteng kalo gue ga bisa dapetin kepastian dari lo dengan semua kelebihan yang gue punya?" Raut wajah Rony berubah menjadi serius

"Mas, kita berteman aja ya?"

Air muka Rony seketika berubah menjadi layu. Matanya yang semula berbinar menjadi sayu, ia menunduk dan memutar badannya menuju ruangannya.

"Mas aku belum selesai by the way?" Salwa menggapai jemari tangan Rony. "Aku mau kita jadi teman hidup, boleh?"

Tanpa suara, Rony langsung merengkuh Salwa ke dalam pelukannya. Kini posisi wajah Salwa tepat berada di dada bidang milik pria tersebut. Pun Salwa dapat mendegar dengan jelas degup jantung Rony. "Rasanya aman.." batin Salwa

"Makasih ya, Sal?"

Salwa hanya mengangguk, tak menjawab. Ia menenggelamkan wajahnya dalam pelukan. Melingkarkan tangannya erat pada pinggang Rony.

"Sal, kalo kayak gini gue pengen langsung nikah aja? Mau gak?" Bisik Rony

Salwa langsung terperanjat, dan refleks melepaskan pelukannya.

"Eh bercanda kok, Sal.." Sahut Rony kemudian,

"Kenapa cuma bercanda sih?" Lagi lagi, gebrakan dari Salwa membuat jantung Rony tidak aman.

"Sal, lo bisa pelan-pelan gak si?"

"Salting kan lo?! Lagian kerjaannya mancing mania mulu." Salwa menepuk lengan Rony pelan. "Kalo lo serius, ngomong aja sama Paulo.." lanjutnya.

KesempatanWhere stories live. Discover now