6. Berubah

557 35 0
                                    

Sabtu, 20 Mei 2017
02.30

Salwa terbangun dari tidurnya, "haus" bisiknya pelan. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati Raisa sedang tertidur pulas di sebelahnya. Salwa hanya tersenyum melihat pemandangan gemas dari adik kecil satu itu.

Di sisi lain, Salwa melihat pouch obat, semangkuk air dan kain yang mungkin digunakan oleh Raisa dan mas Rony untuk mengompresnya. "Kayaknya gue udah enakan deh.." batinnya. Tangannya meraba-raba sisi wajahnya, memastikan suhu tubuhnya sudah terasa normal.

Salwa pun membereskan mangkuk dan kain tersebut dan meletakkannya di dapur, sembari mengambil segelas air untuk ditenggak. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan melihat satu notifikasi masuk.

"Nana? Tumben banget jam segini.."

Salwa terkejut membaca notifikasi selanjutnya dari Nana.

"Apa Nana tau kalo gue nginep di sini?" Salwa mengusap wajahnya kasar, "pasti dia salah paham lagi.."

---

09.00

Pagi itu, Salwa enggan membalas pesan dari siapapun. Bak menikmati akhir pekan, ia hanya berbaring menatap langit-langit apartment miliknya. Merenungi perasaan yang selama ini ia simpan. Bahwa ia sangat nyaman berada di tengah keluarga Bagaskoro. Ia senang bermain dengan Raisa. Terlebih, ia selalu nyaman berada di sisi Rony. "Apa gue salah?"

---

Senin, 22 Mei 2017
08.00

"Selamat pagi, pak" ucap Salwa yang membungkukkan badannya menyambut kedatangan Rony di kantor seperti biasa.

"Udah sehat, Sal?" Tanya Rony

"Sehat pak, aman." Jawab Salwa singkat. Pandangan ia arahkan ke bawah. Tanpa menatap Rony sedikitpun.

"Kenapa ga balas WA saya?" Tanya Rony lagi.

"Tidak ada yang perlu dibalas pak.."

"Sal.."

"Nanti jam 10 kita ada meeting untuk pematangan rundown hari H sama special performance pak", Salwa menjabarkan tugas Rony hari ini. Berharap Rony tak lebih jauh mengusik pertahanannya.

Rony menghela napasnya "Baik, terima kasih Sal.."

Salwa kembali menarik kursinya setelah Rony berlalu memasuki ruangannya. Suasana ini sangat asing. Sangat tidak nyaman.

---

10.00

Semua orang telah berkumpul di ruangan. Tak terkecuali Rony, Paulo, Salwa, Fanny beserta timnya. Belum sempat Rony membuka meeting kali ini, HP nya berdering,

"Nabila" nama itu tertulis di layar ponselnya.
Rony menoleh pada Salwa seperti memberi kode sesuatu. Salwa pun segera beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan.

Tidak lama, Salwa kembali memasuki ruangan dengan seseorang di belakangnya.
"Selamat pagi semuanya" Nabila tersenyum manis

"Selamat pagi" jawab semua yang ada di sana. Salwa mempersilahkan Nabila duduk di sebelah Rony, keduanya saling bertukar senyum.

"Saya sudah cek rundown dari Fanny and team, Paulo juga sudah sesuaikan dengan konsep kita, good job guys." Rony memuji rundown yang telah sampai di tangannya.

"Untuk guest star sudah aman?" Tanya Rony kepada Paulo

"Aman, Ron. Dari set list EO kita ada Judika dan Ari Lasso" Paulo menjawab dengan pasti.

"Okey, guest stars udah aman. Lanjut ke special performance ya?"

"Special performances di sini kita konsep kayak family karaoke.. yang nyanyi adalah keluarga DIP semua. Tapi siapa yang mau maju, harus terdaftar dulu untuk bisa kita estimasikan waktu dan musik yang diperlukan." Kali ini giliran Salwa yang menjelaskan segmen Special Performances.

"Saya bawa Nabila ke sini karena mau bahas konsep penampilan dari kita." Ucap Rony, "boleh masukkan saya dan Nabila ke list performer di special segmen ya, Sal"

Salwa begitu terkejut dengan ucapan Rony. Bagaimana bisa orang yang tadi pagi masih mencecarnya dengan perhatian-perhatian kecil, kini menjadi sangat lain?

"Baik pak". Salwa menjawab sekenanya.

"Salwa, lo tampil juga dong." Celetuk Paulo yang dihadiahi pelototan oleh Salwa

"Boleh tuh, Sal.. lo udah lama gak nyanyi" sahut Fanny sambil menahan tawanya.

"Justru kalo lama gak nyanyi, harusnya ga tampil dong" Salwa memajukan bibirnya, kesal. "Yang di ruangan ini, ada lagi yang mau tampil?"

"Gue, Sal" jawab Fanny.
"EO boleh join gak? Gue mau juga deh biar happy bareng" lanjut Paulo
Salwa mengangguk dan segera memasukkan nama Fanny dan Paulo ke dalam daftarnya.

"Oke, sementara ada 4 performer ya, duetnya Pak Devan sama Nana, Solo nya ada Fanny dan Paulo, ada lagi yang perlu ditambahkan?" Tanya Salwa

"Sementara cukup" Rony membuka suaranya. "Terima kasih semua atas kerja kerasnya." Ia pun menutup meeting pagi itu disertai riuh tepuk tangan dari setiap peserta meeting.

Derap langkah terdengar mendekati meja kerja Salwa. Benar saja, sesosok perempuan kini berada tepat di hadapannya. Nabila.

"Sal, inget kan?" Tanyanya pelan, Salwa hanya diam.

"Lo harus jaga batasan sama atasan lo." Ia menyeringai, "lagian gue lebih sering ketemu Devan sekarang, karena kita mau duet jadi harus sering latihan.."

"Good luck ya, Na!" Salwa tersenyum. Senyuman paling menyakitkan yang pernah ia berikan sejauh ini.

---

Jum'at, 2 Juni 2017
15.30

Salwa segera bersiap setelah mengirim pesan untuk Paulo. Jum'at depan adalah hari ulang tahun Rony. Wajar saja jika Raisa ingin menyiapkan kado untuk kakaknya lebih awal. Meskipun Salwa benar-benar menghindari Rony, terhitung sejak 3 minggu yang lalu. Pun, Rony juga tidak mengejar Salwa sama sekali. Lalu apa yang bisa diharapkan dari dua insan ini?

Salwa, Paulo dan Raisa kini sudah berada di mobil. Mereka memutuskan untuk pergi ke salah satu Mall untuk berburu kado di ulang tahun Rony yang ke 26.

"Kak, lagi marahan sama mas Rony kan?" Raisa yang tiba-tiba membuka suaranya membuat Salwa dan Paulo yang duduk di depan menoleh padanya bersamaan.

"Dih, enggak kok." Jawab Salwa singkat.

"Engga marahan, cuma saling menjauh aja" kini Paulo menyahut, "fufufu"

"Diem lo" Salwa segera mencubit lengan Paulo.

"Kak Sal tunggu yaa.. sebentar lagi kok" Raisa menepuk pundak Salwa pelan.

"Maksudnya gimana, Ra?" Tanya Salwa heran, ia tidak dapat memahami arah pembicaraan kali ini. Namun Raisa hanya tersenyum, dan kembali memainkan ponselnya.

Salwa kembali terhanyut dalam pikirannya. Minggu depan adalah puncak acara DIP yang memang diadakan dalam rangka ulang tahun Rony. Salwa sedang membayangkan bagaimana cara ia berinteraksi dengan Rony di hari H nanti, mengingat ia adalah koordinator acara. Ditambah hubungan karir ataupun pertemanan mereka yang saat ini jauh dari kata baik, semua semakin asing.

Salwa hanya berharap, semoga saja kedepannya tidak ada hal yang lebih menyakitkan akan datang.

"Udah lu ga usah sedih-sedih gitulah. Chill aja kita broook" Paulo menyenggol Salwa pelan, membuatnya keluar dari lamunan.

"Idiiih gue gak sedih ya brok!" Timpal Salwa.
Raisa hanya menertawakan love language dua bersaudara ini: physical attack.

KesempatanWhere stories live. Discover now