17. Another Busy Day

671 25 0
                                    

Bali punya sejuta cerita. Menghadirkan kenangan manis bagi dua sejoli yang tengah memadu kasih. Namun liburan telah usai, saatnya kita kembali menikmati sibuknya kota Jakarta..

Setelah menikah, Salwa memilih untuk tinggal di kediaman Bagaskoro daripada harus membeli rumah baru untuk berdua. Menurutnya akan lebih hangat kalau mereka berdua tinggal bersama adik dan ayahnya.

Sesampainya di Jakarta, Salwa memutuskan untuk langsung mampir ke apartemen, dan mengemasi beberapa barangnya yang masih berada di sana.

"Sayang, kalau nanti kamu ngga usah kerja lagi gimana?" Tanya Rony sembari membawa beberapa kardus berisikan barang-barang Salwa.

"Terus nanti aku ga punya uang dong, mas?" Balas Salwa polos.

"Kan uangku ada banyak.. masih kurang?" Rony tersenyum mendengar balasan dari Salwa.

"Tapi kan itu uang kamu.. masa aku pake?"

"Sayang, aku kan suami kamu.. kamu bebas lah pake uang aku.."

"Terus nanti kalo aku ngga kerja lagi, yang jadi sekretaris kamu siapa?"

"Daniel jadi gabung sama DIP, sayang. Aku kasih dia wakil direktur karena emang kinerjanya bagus. Nanti yang pegang schedule dan lain-lain aku kasih Novanny."

"Jadi mas beneran udah ngga butuh aku nih?" Salwa menghentikan langkahnya. Rony yang menyadari itu segera berbalik,

"Sayaang.. ngga gitu" Rony memegang kedua pundak Salwa, "kan kamu udah jadi istri aku, nyonya Devandra. Kamu boleh jadi apa aja tapi jangan jadi bawahan aku, okay?"

Salwa mengangguk, ia mengerti maksud suaminya. Meski sebenarnya baginya tak mengapa. Mungkin keputusan itu lebih baik dari sekedar mengikuti egonya untuk tetap bekerja.

"Mas, kalau aku mau nyanyi boleh?" Tanya Salwa ketika mereka sudah berada dalam perjalanan

"Boleh dong. Mau dibikinin studio di rumah?" Rony kini menawarkan opsi untuk mendukung passion istrinya.

"Emang boleh? Kan rumah ayah.."

"Yaudah, kita beli rumah aja, mau?" Rony terkekeh, Salwa pasti marah besar kalau ia sedang menawarkan hal-hal seperti ini.

"Mas aaah ngajakin beli rumah kayak beli cilok", Salwa merengek. Menarik-narik lengan baju Rony karena sebal.

Tawa Rony pun lepas, "Lagiaaan, rumah ayah ya rumah aku. Rumah aku jadi rumah kamu juga dong.."

"Nanti kita bikin yaaa.. desainnya juga kamu boleh pilih" Rony mengusap pipi Salwa. Rasanya gemas sekali.

Salwa menyambut tangan itu. Tangan besar favoritnya, yang meski cukup kasar namun terasa hangat.
"Maaas.. terima kasih yaa?"

---
13.00

"Welcome home kakaaaak" Rara memeluk Salwa yang baru saja tiba di pintu kediaman Bagaskoro.

"Kayak ga ketemu setaun aja", ucap Rony sewot sambil membawakan beberapa barang Salwa.

"Biarin, mas sirik ajaaaa" Rara menjulurkan lidahnya pada Rony yang kini sudah membelakanginya.

Ketiganya kini berada di depan kamar Rony. Letaknya memang tidak jauh dari kamar Raisa, hanya terletak pada ujung lantai dekat balkon. Namun menurut Salwa rasanya aneh, karena biasanya ia tidak pernah melewati area ini.

"Kenapa kak? Pasti kakak ga mau kan tidur sekamar sama kak Rony?" Bisik Raisa pada Salwa, "kenapa? Kakak ngorok ya?"

Keduanya tergelak. Rony yang sebenarnya mendengar percakapan keduanya kini melotot, "ngga usah ngomong yang aneh-aneh deh Ra"

KesempatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang