Prolog

2.2K 52 0
                                    

Semilir angin sore menyapa lembut kedua pipi seorang gadis yang sedari tadi termenung, menghindari tatapan dari seorang pria di hadapannya.

"Tapi aku begini, Ron..."

Sebuah senyuman mengawali kata-kata indah, yang mampu meneduhkan gelisahnya gadis ini

"Sal, apapun itu aku mau kita jalani sama-sama ya? Izinkan aku menjadikanmu rumah untukku pulang, dan biarkan aku menjadi ruang untukmu tenang..."

Gadis itu menatap lekat kedua netra pria di hadapannya. Bersiap untuk menolak mentah segala ucapannya.

"Ron, kalau kamu bisa mencari rumah yang lebih indah.. kenapa harus memilih rapuhnya aku?"

"Rapuh, riuh, gemuruh, ga akan jadi alasan untuk aku menjauh. Ga akan ada alasan untuk aku pergi, Sal.."

"Ron, tapi..."

"Ssssttt"

Pria tersebut lagi-lagi tersenyum, sembari mengelus puncak kepala wanitanya...

"Ada aku, Sal.. jangan takut. Bagi sama aku ya?"

Pertahanannya runtuh.
Namun rengkuhan hangat berhasil menyelimuti gadis ringkih yang penuh dengan air mata. Sembari menepuk-nepuk pelan punggung wanitanya, ia berbisik

"Davina Salwa, izinkan aku ya?"

"Kalau kamu nggak bahagia sama aku, gimana?"

Pria itu melepaskan pelukannya. Menghapus sisa air mata yang membasahi pipi Salwa. Senyumnya tidak memudar.

"Aku selalu bahagia sama kamu"

Senja kali ini milik mereka berdua. Berbagi rasa tanpa bicara. Mengusir semua gelisah, duka, dan lara. Hanya ada peluk, suka cita milik Davina Salwa dan Rony Devandra.

KesempatanWhere stories live. Discover now