18. The Gift

610 31 0
                                    

Memasuki bulan November, terhitung sudah 3 bulan Salwa menjadi Nyonya Devandra. Hari-harinya disibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah tangga.

Bukan mereka tak memiliki asisten, tetapi Salwa memilih untuk mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Kecuali bagian bersih-bersih rumah istana, tentu ia akan dibantu oleh beberapa asisten rumah tangga.

Perkembangan DIP juga semakin pesat. Beberapa anak perusahaan di berbagai daerah akan segera dibuka. Membuat Rony lebih sering bepergian ke luar kota meski hanya selama dua sampai tiga hari. Sebab ia merasa tidak bisa terlalu lama untuk jauh dari Salwa.

Pagi ini, sudah 5 kali Salwa bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang tidak nyaman sejak tadi malam. Sebab untuk muntah pun perlu tenaga, sampai-sampai telinganya terasa berdenyut.

Salwa yang lemas kini terduduk di lantai kamar mandi hingga Rara menemukannya,

"Kak? Kakak sakit? Tadi aku denger suara kakak muntah-muntah makanya aku ke sini" Tanya Raisa saat mendapati Salwa yang bersandar lemas pada dinding kamar mandi.

"Kayaknya masuk angin deh, Ra.." balas Salwa seadanya. Ia pun tak tahu, apakah radangnya yang kambuh, atau memang benar masuk angin?

"Bentar, aku telfonin mas ya?"

"Jangan, Ra.. dia baru aja hari ini berangkat ke Manado. Ini juga mungkin belum landing, nanti kasian langsung minta balik ngga jadi kerja.."

"Yaudah, aku telfonin bang Dem aja ya?"

Belum sempat menolak, tangan Rara sudah menelpon seseorang di seberang sana. Tiba-tiba Salwa teringat sesuatu, bulan ini memang jadwalnya untuk check up.

Tapi Rony sedang tidak bersamanya, justru Rara yang ada. Apakah Rara akan tahu? Kali ini Salwa hanya bisa banyak berdoa, semoga hasil check up nya tidak apa-apa.

"Kakak emang ada rutinan check up ya di sini?" Tanya Rara kepada Salwa yang masih lemas. Di IGD, tangannya terpasang infus sebab tidak ada asupan yang masuk sejak tadi malam.

"Baru aja kok.. Demian bilang apa, Ra?"

"Bentar lagi mau ke sini katanya kak.. gapapa kakak tenang aja yaa.." Rara berusaha menyamankan Salwa.

Kali ini Salwa hanya bisa berharap, semoga tidak ada hal-hal aneh yang akan terungkap.

"Sal, kayaknya dari sekarang kita harus ganti dokter.." ucap Demian yang saat ini berdiri di samping Rara.

Baik Rara dan Salwa kini memicingkan matanya kepada Demian. "Maksudnya gimana, bang? Kak Salwa sakit apa?" Tanya Rara panik.

"Mulai sekarang, Salwa harus sering konsul ke obgyn yaa.. Salwa hamil, Ra.." ucap Demian sambil tersenyum.

Gadis itu melongo, lantas memekik, "yang bener bang?!", Demian hanya mengangguk.

Ada air mata yang jatuh dari pelupuk mata, Salwa tidak menyangka ia akan dianugerahi untuk mengandung pewaris utama DIP. Ia tidak sabar akan memberi tahu suaminya nanti!

Raisa yang masih begitu bahagia segera keluar IGD untuk memberi kabar kepada ayah dan Paulo. Meninggalkan Salwa dan Demian di sana. Sesuai permintaan Salwa, Rony dikecualikan dahulu sampai ia tiba di Jakarta nanti.

"Dem, tapi gapapa kan gue hamil? I mean, gue pikir radang kelenjar gue kambuh?" Salwa membuka percakapannya.

"Kamu rasa nyeri? Nyerinya di waktu-waktu tertentu atau sepanjang waktu?" Tanya Demian sembari memeriksa belakang telinga Salwa,

"Pas gue muntah aja si. Udah lama enggak kerasa apa-apa, tapi tadi pas muntah bener-bener rasanya nyut-nyutan gitu."

"Hasil lab kamu bagus kok, normal, ga ada yang aneh-aneh. Ini juga nggak bengkak. Sepertinya itu efek dari kerasnya muntah, jadi rasa tegangnya sampai ke sana.."

KesempatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang