5. Haruskah?

611 37 0
                                    

- 13.00 -

Salwa memasuki sedan hitam milik Rony dengan membawa tas jinjing berisikan beberapa berkas untuk diserahkan kepada pihak event organizer (EO). Hari ini Rony memutuskan untuk membawa mobil sendiri tanpa bantuan pak Asep karena tahu akan pergi ke beberapa tempat memilih venue yang pas untuk pesta amal perusahaannya.

Sebelum melajukan mobilnya, Rony sengaja menyentuh pipi kanan Salwa, memastikan kondisi gadis itu baik-baik saja.

"Kok masih panas?"

"Tangan mas Rony kali yang dingin?" Jawab Salwa sambil tersenyum. Meski sebenarnya matanya terasa perih karena suhu badan yang sedang naik.

"Mau dianter pulang?" Tanya Rony sekali lagi.

"Gapapa loh ini. Ayo jalan aja kita udah ditunggu loh mas"

"Kalau ada apa-apa bilang ya, lo tidur aja biar gak pusing.." Rony menghela napasnya, menginjak pedal gas dan perlahan melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan Salwa menutup matanya, dan Rony pun tidak membuka suara. Sebisa mungkin ia berusaha membuat Salwa nyaman dengan membiarkan ia beristirahat.

"Sal, udah sampe.." Rony membangunkan Salwa dengan sangat pelan. Gadis itu mengerjapkan matanya, dan mengikuti Rony yang sudah lebih dahulu membukakan pintu mobil untuknya.

"Permisi, saya ada janji dengan pak Paulo" ucap Salwa di receptionist. Lawan bicaranya mengerti dan segera menyambungkan telepon untuk memberi kabar kepada yang bersangkutan.

Tak berselang lama, Rony dan Salwa yang sedang menunggu di ruangan seseorang dikejutkan dengan pekikan seseorang yang membuka pintu.

"Salwakk!!!"

"Anjir gue kaget woy!!!" Balas Salwa, lelaki itu memeluk Salwa kencang sekali. "Lo kok panas sih?", Salwa bergeming, tidak menjawabnya.

"Bentar. Paulo?" Kali ini giliran Rony yang terperangah

"Anjing, Rony?!" Pandangan lelaki itu masih mengamati Rony dengan seksama, "Bentar bentar, gimana si? Lo ngapain kesini sama Rony, Sal?"

"Ya lo kenapa udah kenal duluan sama dia? Dia Rony bos gue, Pul." Tanya Salwa balik

"ANJING INI KITA KERJA BARENG? SENENG BANGET GUE" Ucap lelaki yang disebut Paulo oleh Salwa.

"Mending kalian deh yang jelasin, kenapa baru ketemu kok udah peluk-peluk aja?" Kali ini Rony melipat tangannya di dada, seperti bersiap memaki dua orang di hadapannya.

"Dia adek gue, bangsat" ucap Paulo

"Gila lo punya adek? Ga pernah cerita" sanggah Rony

"Beda bapak anjir" sahut Salwa. "Dia kebagian yang bagus-bagus, gue dapet hikmahnya doang"

"Nyokap pisah sama bokap gue pas gue masih kecil, Salwa belom ada. Gue ikut bokap ke Melbourne, Ron. Nggak lama kita dapet kabar kalau nyokap punya anak lagi, dan itu Salwa. Nggak berselang lama pula, mereka meninggal dalam kecelakaan pas Salwa masih kecil.." Paulo mengusap puncak kepala Salwa, "gemes banget adek"

"Najis lo" Salwa balas meninju lengan Paulo

"Udah ga usah bahas masa lalu gue yang kelam. Mending bahas kerjaan?"

Salwa mengeluarkan beberapa berkas dari tas jinjing yang ia bawa. Rony dan Salwa sahut menyahut menjelaskan konsep acara pentas amal DIP yang telah mereka rancang kepada Paulo selaku General Manager dari Event Organizer yang menangani acara ini

"Oke, konsep kalian udah gue cocokin dengan template yang gue punya. Nanti gue kasih detailnya. Sekarang mungkin kalian bisa milih venue dulu ya.." Paulo menyodorkan sebuah tablet kepada Salwa dan Rony.

KesempatanWhere stories live. Discover now