13. Counting Days

501 30 1
                                    

Hari ketiga di rumah sakit, kondisi Salwa sudah mulai membaik. Pagi itu Rony duduk di ujung nakas Salwa untuk membantunya sarapan, sebelum nanti dokter Demian akan visit.

"Sayang mau disuapin?" Tanya Rony

"Aku bisa kok, mas.. mas makan juga gih, ga usah nunggu aku selesai"

Rony mengangguk, "oke sayang" ucapnya sembari membuka box nasi yang tadi telah ia beli pagi-pagi sekali.

"Sayang, aku mau tanya. Dokter Demian itu siapa?" Ucap Rony sambil menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Aku juga mau tanya, kamu kenapa bisa kenal sama Daniel?" Balas Salwa.

"Kok kamu juga tau Daniel? Aku kemaren nggak ada cerita loh sayang.."

Rony menghentikan aktivitas makannya. Ia memandang Salwa, "kamu dapet fotoku sama cewek itu dari Daniel ya?"

"Hehe iya, sayang.." Salwa terkekeh. "Lagian ngapain ngajak cewek lain?"

"Bentar bentar, antre dulu. Pertanyaanku belum dijawab.." Rony protes.

"Aku ceritain yaa.. kamu sambil makan aja" Salwa tersenyum, "Demian, Daniel, sama aku.. kita berteman baik, kita dulu satu panti asuhan. Orang tuaku udah nggak ada sejak umurku 5 tahun, aku ditaroh di panti asuhan yang sama dengan mereka, sampe Paulo dan Papa Ale ngambil aku.."

Mendengar Salwa menceritakan pilunya sambil tersenyum, membuat Rony merasa tidak enak. "Sayang, maaf yaa?" Rony menggenggam tangan Salwa,

"Hey it's okay, sayang.." Salwa membalas genggaman itu. "Aku udah berdamai sama masa-masa itu. Mas nggak perlu merasa bersalah ya?"

"Aku nggak tau kalau kamu simpan pilu yang sedalam itu?" Batin Rony. "Berarti Daniel mau terima tawaranku karena dia udah tau kamu sama aku.." Lanjutnya.

"Tapi kamu nggak ada apa-apa kan sama mereka berdua?" Tanya Rony kemudian,

"Maksud mas?"

"Yaaa.. siapa tau mereka suka sama kamu? Atau jangan-jangan mereka mantan kamu?" Celetuknya,

"Secantik itukah akuuu sampe jadi bahan rebutan?" Tawa Salwa pecah. "Kalau iya kenapa, mas?"

Rony terkejut mendengarnya. "Saingan mas banyak dong? Berarti nikahan kita harus dimajuin, Sal.."

"Nggak, mas. Aku bercanda" kali ini Salwa mengatupkan kedua tangannya, "bilang aja kalau emang udah nggak sabar nikah sama aku?"

"Kamu emang gemesin banget ya" Rony yang kesal karena dijahili oleh Salwa kini mencubiti pipinya. Salwa tidak menolak. Hatinya terasa hangat dengan keberadaan Rony di sisinya. Semua terasa cukup.

"Mas aku pengen pulang hari ini.." rengek Salwa,

"Iya, kita tunggu Demian visit dulu yaa. Kalau dia udah oke, kita gas"

"Ceileeeh udah Demian Demian aja.." ledek Salwa

"Dia temen kamu kan? Berarti temenku jugaa."

Tidak lama, Demian datang untuk memeriksa keadaan Salwa.

"Semuanya udah baik yaa. Salwa masih ada yang dirasa nggak enak? Telinganya gimana? Sejauh ini tidak terlihat ada bengkak.." ucap Demian sembari melihat bagian belakang telinga Salwa.

"Udah nggak sakit kok.."

"Awas jangan bohong.." sahut Rony

"Yeuuu nggak bohong yaaa mas.." balas Salwa sambil cemberut.

"Iya iya, Salwa sudah boleh pulang hari ini.." Demian terkekeh melihat tingkah Salwa pada Rony.

"Salwa harus check up tiga bulan sekali ya, mas Rony.. untuk mantau aja, biar kondisinya stabil terus. Jangan capek, jangan makan yang aneh-aneh"

"Tuh dengerin tuuh" Rony mengangkat dagunya, memberi isyarat pada Salwa.

"Ish mas nyebelin banget ih" Salwa memanyunkan bibirnya. Mengundang tawa Demian dan Rony menjadi satu.

"Dijaga baik-baik ya Salwanya" ia menepuk pundak Rony pelan.

"Siapp pak dokter"

---

Rony dan Salwa kini telah tiba di apartmentnya. Novanny telah menunggu keduanya di sana. Rony memang meminta Novanny untuk menemani Salwa selama beberapa hari kedepan.

"Sayang, nikahan kita ga pake EO punya Paulo gapapa kan?" Tanya Rony tiba-tiba,

"Iya gapapa sih, sayang." Balas Salwa sekenanya, "kan masih lama juga, gampang lah nanti biar dipikir lagi.."

"Sayang.." kali ini nada bicara Rony terdengar serius. Salwa yang tengah sibuk membereskan barang-barangnya dari rumah sakit pun menoleh,

"Kenapa mas?"

"Awal bulan depan kita nikah, sayang.." Rony menunjukkan tabletnya kepada Salwa. Terpampang jelas di sana Rony telah membuat susunan agenda setengah bulan kedepan menuju hari pernikahan.

Mata Salwa terbelalak melihat apa yang Rony sampaikan. Begitu pula Novanny yang memekik histeris sambil menggoncang tubuh Salwa,

"Gila emang kalo nikah sama sultan ga perlu banyak cincong" pekik Novanny,

"Mas nggak bilang sama aku?" Balas Salwa murung. "Nikah kan keputusan bersama, kenapa semuanya mas yang tentuin?"

Rony terdiam. Tak terpikirkan kalau Salwa akan tidak senang dengan inisiatifnya. Setelah tahu bahwa Salwa sakit, Rony memang bersegera mengambil keputusan ini. Ia tidak mau sedikit-pun menyia-nyiakan kesempatan.

"Lebih cepat lebih baik kan, sayang?" Ucap Rony polos.

"Kenapa? Mas takut aku mati duluan ya?"

Kali ini, suasana penuh tawa mendadak suram. Tubuh ringkih itu mendudukkan dirinya di samping pria yang kini tengah menatapnya tak percaya.

"Mas, kalau mas mikirnya gitu.. mending mas cari rumah lain. Mungkin bukan aku orang yang bisa mas jadikan rumah..", ucapnya pelan sembari melepas cincin pemberian Rony dan meletakkannya di atas telapak tangan lelakinya.

Rony menghela napasnya. Ia tahu saat ini kondisi wanitanya sedang tidak stabil,
"Mas nggak pernah mikir begitu.."

Diraihnya tangan wanitanya, "mas pengen lebih cepat sama kamu, karena mas udah nggak kuat nahan rindu."

"Kalau mas bisa melakukan hal yang lebih konkrit dari sekedar bilang kangen, kenapa mas harus tunda?"

"Jadi, mulai dari sekarang.. mohon terima mas apa adanya ya, sayang. Mas tau mas nggak sempurna, banyak kurangnya, banyak hal yang nggak kamu suka ada di mas, tapi mas berusaha yaa.."

Rony kemudian memasangkan kembali cincin berlian itu kepada empunya. Dilihatnya gadis itu tengah berlinangan air mata. "Mas minta maaf yaa?"

Tanpa kata, Salwa memeluk erat pria di hadapannya. Berusaha mengurai rumitnya apa yang ia rasakan dalam benaknya.

---

"Tuhan,
Jangan biarkan aku menyakiti tiap-tiap tulusnya laki-laki ini..
Sebabku hanya memiliki pilu yang tak berkesudahan
Maka aku meminta bahagianya,
Bahagiakan ia meski dengan nihilnya kemungkinan yang kupunya." - Salwa

KesempatanWhere stories live. Discover now