1. 'Sal'

1.1K 44 0
                                    

'Hosh' 'hosh' 'hosh'

Deru napas beradu dengan kecepatan langkah kaki seorang gadis yang tengah menuntun motornya. Sesekali melirik arloji kecil di tangan kanannya, "Sial! Masih jauh, mana gue capek banget?!"

"Woy Salwa! Ngapain lu?" Teriak seseorang di seberang jalan

Bak angin segar, Salwa menarik napas panjang. Dilihatnya Fanny mendekat menepikan motornya,

"Ban gue bocor Fan!" Jelas Salwa sembari mengerucutkan bibirnya.

"Buru naik! Lu kan ada meeting sama pak Devan pagi ini Sal?!" Fanny mendengus melihat jarum panjang pada arlojinya, menandai bahwa waktu masuk kantor tersisa sedikit.

"Tapi motor gue gimana?" Sahut Salwa

"Taroh depan swalayan ini aja, nanti balik kantor kita ambil. Gue bantu dorong ke bengkel deh." Saran Fanny

"Oke, 15 menit lagi masuk. Yuk jalan Fan" Salwa bergegas menaiki motor Fanny dan mereka pun melaju ke kantor.

---

"Selamat pagi, pak Devan"

Beberapa pegawai menunduk menyapa seorang pria berkemeja putih dengan jas hitam di tangannya, Rony Devandra. Pria itu tersenyum, berjalan gagah menuju lift.

Pintu lift Devan baru saja akan tertutup ketika seseorang menekan tombolnya kembali dari luar,

"Salwa?"

Gadis tersebut terperanjat, dan memekik kecil

"Maaf pak, silahkan.. Saya naik tangga saja" ucapnya sambil menunduk setelah melihat Devan yang sedang berada di dalam lift.

"Hey, jangan sungkan. Silahkan naik" Devan tersenyum.

"T-tidak usah pak, tidak apa-apa", jawab Salwa.

"Kali ini saya memaksa" balas Devan

Salwa membeku. Dalam sekian detik, langkah kakinya perlahan memasuki lift. "Sekali lagi saya mohon maaf pak", bisiknya.

"No need, Salwa." Lagi-lagi Devan tersenyum, "saya kira dengan proyek baru ini kita bisa lebih akrab? Panggil Rony saja, jangan sungkan."

"Pak, tapi itu tidak sopan untuk saya?!" Salwa terperangah. Bagaimana mungkin ia bisa memanggil direktur perusahaannya dengan nama panggilan se-santai itu?

"Oke baik, alasan demi kesopanan di kantor bisa saya terima." Rony terkekeh, "di luar kantor janji jangan panggil pak atau Devan ya?" Pintanya.

"Kalau boleh tau kenapa pak?"

"Karena dipanggil Rony lebih nyaman, Sal.."

Tingg

Bunyi lift menghentikan perbincangan dua insan ini. Lift berhenti di lantai 10, menandakan perjalanannya selesai. Salwa bergegas berjalan mendahului Devan menuju meja kerjanya yang terletak di depan ruangan Devan, bertuliskan 'sekretaris'.

"Selamat pagi, pak" sapa Salwa canggung. Devan melambaikan tangan tanda setuju. Entah mengapa, gadis di hadapannya tadi terasa 'sangat lucu'.

---

Jari jemari Salwa sibuk mengetik laporan dan progress pesta amal yang akan diadakan oleh Delima International Publishing, perusahaan milik Devan.

"Semuanya bagus, aman ya. Saya minta kalian semua tetap laporkan progress acara kita. Meskipun ini acara internal, tapi kita juga punya tamu dari rekanan dan pesaing. Semoga kita bisa maksimal ya." Devan menutup meeting kali ini dengan percaya diri. Batinnya sibuk merapalkan harapan baik untuk keberhasilan acara ini.

"Laporan progress tiap divisi sudah saya kirimkan via email pak" ucap Salwa sembari menutup laptopnya.

"Good job, Sal. Terima kasih" Devan tersenyum dan berjalan masuk ke ruangannya.

"Sal.. Sal.. Sal.. Sal terus!" Gerutu Salwa pelan, seperti merasa dihantui oleh suara-suara Devan, yang kerap kali memanggilnya 'Sal'

---

KesempatanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu