21. Prepare for The Worst

462 20 2
                                    

07.00

Rony bersiap berangkat kerja. Ia telah berpakaian rapi dan menuruni anak tangga, menemui Paulo yang tadi malam menginap di kediaman Bagaskoro tengah menyantap sarapan buatan Salwa.

"Katanya sakit? Libur dulu lah, bro.. kantor punya sendiri juga" sahut Paulo yang mendapati Rony bergabung bersamanya.

"Udah enakan kok. Ada banyak berkas di kantor. Ditinggal dua hari udah numpuk banget. Gapapa ya sayang?" Pinta Rony kepada Salwa.

"Iya, boleh. Tapi jangan kecapean ya?" Balas Salwa sambil tersenyum.

"Kamu yang capek sayang, tuh pileknya masih belum sembuh. Badan juga masi anget." balas Rony.

"Kan tau kalo orang pilek emang lamaa.." Salwa menyikut lengan Rony agar tidak terlalu membahas kondisinya di depan Paulo.

"Yaudah kita berangkat dulu ya, Sal.. dadah abang Han sama dek Anin.." Paulo menciumi si kembar dalam gendongan Raisa.

"Aku berangkat ya, sayang? Kamu cepet sehat lagi yaa" Rony memeluk Salwa pelan, kemudian menciumi anak-anaknya,

"Yang sehat, yang pinter yaa anak-anak papi.."

"Dadah papulo.. dadah papi Rony.." balas Raisa.

Keduanya berangkat mengendarai mobil masing-masing. Salwa menunggu di teras rumah sampai kedua mobil itu tak terlihat,

Sementara Raisa berada di sisinya, Salwa pun menanyakan sesuatu

"Ra, aku boleh titip abang sama adek dulu? Rencananya mau berobat ajaa biar flu nya cepet sembuh. Ga kuat ngga gendong Hannan Haneen sehari udah kangen banget.." pintanya.

"Boleh banget mamiwaaa.."

Salwa bernapas lega. Sebenarnya bukan ia ingin mencari obat flu. Tetapi karena denyut di telinganya yang sudah membuatnya tidak tahan. Salwa segera mencari pak Asep dan meminta untuk diantarkan ke rumah sakit.

---

09.30

Salwa memasuki ruangan Demian untuk mendengar hasil medical check up rutinnya. Memang kali ini ia check up dalam kondisi yang tidak fit, tentu ia memahami jika nanti hasilnya juga tidak sebaik biasanya.

"Sal.. hasil lab mu bulan ini nggak terlalu bagus. Ada yang kamu rasain?" Ucap Demian sambil memandangi beberapa kertas di hadapannya.

"Sering capek aja sih.." jawab Salwa sekenanya.

"Bengkak di belakang telinga?" Tanya Demian lagi,

"Kadang kerasa bengkak, kalo capek.. tapi untuk hari ini, iya. Karena gue pilek juga, dia jadi nyeri banget"

"Sal.." Demian menghela napasnya. "it's not good enough.. angka leukosit kamu rendah banget. Kamu ada mimisan?"

"Ngga ada, Dem.."

"Okay, good. Besok hasil tes CBC nya keluar, Sal. Semoga aman yaa.."

"Besok buat baca hasil, ajak Rony atau Rara biar kamu semangat juga" lanjut Demian.

"Lo pengen gue ngajak Rara biar gue, apa elo yang semangat?" Sahut Salwa, ia berusaha mengubah suasana yang tidak enak di sini.

Demian tertawa, "nah itu ngerti.."

"Dem, sebenernya ga ada yang tau semua ini kecuali lo, Rony, sama Fanny. Rara cuma tau gue med-check biasa. Gue mohon jangan bocorin ke yang lain ya?" Kali ini raut wajah Salwa tampak serius.

"I can't promise." Balas Demian, yang membuat Salwa sedikit tertunduk. "Tapi karena selama ini kondisi kamu aman, kamu juga ga perlu khawatir kan?" Demian mencoba menghibur Salwa.

KesempatanWhere stories live. Discover now