41

1.5K 127 5
                                    

Benar, prasangka Mella dan Raynand tidak meleset sedikitpun. Dokter kandungan telah menyatakan Mella positif hamil. Sudah satu bulan janin itu berada di tubuh Mella.

Setelah mendapatkan resep vitamin dari dokter, pasangan suami istri tersebut langsung keluar dari ruangan.

"Terimakasih sayang, aku sayang kamu. Semoga babynya sehat terus," Ucap Raynand bahagia, kehadiran bayi itu adalah anugerah yang Raynand tunggu-tunggu.

Sedangkan Mella, ia hanya tersenyum tipis untuk menanggapi Raynand. Dari semalam, ia merasa tidak tenang. Pikirannya bercabang tak karuan. Terutama dalam masalah pendidikan, mengingat dirinya yang masih semester 4 membuat pikirannya tak baik baik saja saat ini.

Ia bahagia, tapi ia juga sedih. Bahagia karena akan mendapat keturunan lagi, tapi juga sedih sebelum pendidikannya selesai ia sudah mengandung lagi.

Ketika El lahir, ia dan Raynand sepakat akan menambah anak lagi ketika Mella sudah lulus sarjana. Bahkan Ray selalu meyakinkan Mella untuk fokus ke pendidikannya dan juga tidak mengekang Mella tentang urusan rumah tangga beserta kewajibannya sebagai seorang istri. Dengan kata lain, Ray tidak akan benar-benar menghilangkan masa remaja Mella yang telah ia renggut.

Jika menurut kesepakatan awal, harusnya Mella saat ini bisa menikmati masa remajanya karena El juga sudah bisa bermain sendiri. Mella juga bisa menyelesaikan studinya dengan mudah.

Ingin Mella menangis, tapi ia juga ingat jika keberadaan darah dagingnya berawal dari kemauan bersama, bukan kemauan Ray saja. Mereka melakukannya dengan rasa saling suka. Jika Mella harus menyalahkan, maka dirinya sendiri yang pantas di salahkan. Mella ingat betul waktu itu ia lupa tidak mengonsumsi obat keluarga berencana. Tidak sepantasnya Mella menyesali ini semua.

Lagi pula ini adalah anugrah Tuhan, karunia Tuhan yang harus ia syukuri.

Selain itu, tanpa Ray beritahu, Mella juga peka dengan Raynand yang selalu mengodenya untuk menambah anak. Hanya saja ketika memberikan kode, Ray terlihat seperti bercanda. Maka dari itu Mella dulu tak pernah sungguh-sungguh memikirkannya. Namun ketika saat ini ia benar-benar hamil, Ray senangnya bukan main, Mella jadi sadar jika setiap kode yang Ray berikan itu benar-benar keinginannya. Hanya saja, mungkin Ray terlalu takut untuk memintanya secara sungguh-sungguh karena sudah pernah berjanji tidak akan menuntut kewajiban Mella sebagai seorang istri.

Pada akhirnya Mella mencoba berlapang dada, ia bertekad akan menjaga anak ini dengan sepenuh hati.

Fyuhh....

Mella membuang nafasnya kasar, dan langsung tersenyum lebar. Mella telah mengikhlaskan masa remajanya. Menjalani peran seorang ibu juga asyik, Mella tak akan iri dengan perempuan sepantarannya lagi yang saat ini kebanyakan masih di sibukkan main kesana kemari. Mungkin inilah takdir Mella, menjadi ibu yang baik, dan bermain dengan keluarga kecilnya.

"Dia hadir, kamu bahagia kan?"  Tanya Raynand, karena sedari tadi ia tak mendengar sepatah katapun yang keluar dari mulut Mella ketika mereka keluar dari ruangan dokter. Dan saat ini mereka sudah di parkiran memasuki mobil.

"Sangat," Jawab Mella dengan senyum lebarnya. Raynand ikut tersenyum, namun lain dengan mata Raynand yang tiba-tiba sayu, Ray dapat melihat pancaran kesedihan di netra istrinya.

Tanpa aba-aba Ray memeluk Mella, Ray memeluk Mella erat sambil mencium pipi Mella berulang kali. Raynand seolah tertampar oleh tatapan mata Mella tadi, ia baru menyadari sesuatu.

"Maaf," Suara itu terdengar lirih dari mulut Raynand. Raynand tadi sudah kepalang bahagia, ia sampai lupa jika istrinya saat ini belum siap hamil lagi. Mella bahkan dapat merasakan pundaknya basah. Apakah Ray menangis?

Raynand's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang