34

1.8K 158 7
                                    

Awas banyak typo

****

"Kamu jangan merusak kepercayaan saya Mel!" Ujar Raynand sedikit membentak. Mella hanya tertunduk, tak berani menatap, apalagi menyahut ucapan Raynand. Saat ini Mella benar-benar merasa bersalah. Mella akui, untuk menjadi seorang istri ia masih labil, dan kekanakan. Tapi ya mau gimana lagi, ini sudah takdir, untuk membangun rumah tangga di usia belia juga bukan keinginannya.

Sebenarnya Mella sangat ingin menjalani peran sebagai istri yang baik. Namun jiwa remajanya masih sering muncul, mungkin karena itu lah ia sering lalai akan status dan kewajibannya.

"Kenapa diem, hemm?" Tanya Raynand menuntut jawaban.

"Maaf," Cicit Mella lirih.

"Janji nggak di ulangi?"

"I--iya mas," Jawab Mella takut, apalagi ketika Raynand sudah menggunakan kata ganti 'saya' hal tersebut membuktikan jika Ray benar-benar murka.

"Jika iya maka buktikan! Saya suami kamu, mau pergi izinnya harus ke saya, jangan ke yang lain. Jangan buat saya khawatir. Apalagi membuat saya berprasangka buruk Mel."

"Setelah kejadian kamu dan Elkan tadi siang, pikiran saya kacau, di tambah kamu tidak menuruti perintah saya untuk pulang. Saya frustasi hanya karena memikirkan ituu!" Lanjut Raynand merasa muak dengan tingkah Mella.

Hati berdenyut nyeri? Jelas Mella terlah merasakan hal itu pada saat ini. Wanita yang anti dengan bentakan kini telah mendapatkan nada tinggi berkali-kali.

Tapi di lain sisi, Raynand juga merasa sesak, sebenarnya ia tak tega mengeluarkan bentakan untuk istrinya. Melihat Mella menunduk saja, hatinya terasa ngilu. Akan tetapi jika Mella tak di peringatkan seperti itu, Ray hanya takut Mella benar-benar lalai akan kewajibannya.

"Maaf mas, a--aku janji nggak ngulangin lagi, a--aku juga bakal buktiin."  Mella meremas jari-jarinya satu sama lain sambil menguatkan dirinya agar tidak rapuh.

Raynand tak menjawab ia hanya menghela nafas panjang kemudian melenggang pergi keluar kamar. Sungguh Raynand merasa tak kuat melihat istrinya yang terlihat hampir menangis.

Sudah cukup Ray memberi peringatan untuk Mella. Tadi, ketika Mella baru sampai rumah, Raynand langsung memarahinya. Untung saja El sedang main di rumah Deo. Sehingga El tidak melihat pertengkaran orang tuanya.

****

Setelah kejadian sore tadi, Mella baru keluar kamar. Ia tadi menangis merasa bersalah sampai tertidur. Dan ia baru terbangun ketika di bangunkan Bik Ratna karena makan malam telah tiba.

Sesampainya di meja makan, disana sudah ada Elandra, si bocah hiperaktif yang sudah menanti orang tuanya untuk makan.

"Mama, ayo cepatt... El udah laper," Ajak Elandra antusias.

Mella hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian mengambil duduk di samping Elandra.

Mella mengamati piring di hadapan El yang sudah tersaji satu porsi. Mella menyerngit heran, siapa yang mengambilkan? Pasalnya Bik Ratna selalu Mella larang untuk melayani El ketika makan.

"Tadi Papa mah yang ambilin, tapi pas Papa udah ambilin makanannya El. Papa langsung bawa makanan milik Papa ke ruang kerja, katanya Papa mau makan di sana sambil menyelesaikan pekerjaannya Mah." Ucap El panjang lebar seolah mengerti apa pikiran Mella.

Mella tersenyum getir sambil mengangguk. Sedih? Tentu. Segitu bersalahnya kah dirinya, hingga makan saja Ray tidak mau bersama. Akhirnya pun Mella hanya makan berdua dengan El dengan porsi makanan yang sedikit.

Raynand's WifeWhere stories live. Discover now