Kian menyodok lengan Ken. "Kenapa dia tiba-tiba senang?" Tanya Kian sedikit berbisik.

Ken mengedikan bahu tidak tau, hari ini hari senin jadi Kian dan Ken akan mengikuti upacara dan harus makan yang banyak agar tidak pingsan.

"Adek kemarin ngapain saja?" Tanya Kian mulai kepo.

Baby Je menghentikan makannya. Dengan sigap Al membersihkan sisa makanan di sekitar mulut Je.

Je berfikir, jika ia menyinggung Mommy pasti Abangnya ini akan marah, jadi dengan otak cerdasnya ia mencari alasan dari otak kecilnya. "Eum.. kemalin Je makan coklat!"

Kian menyipitkan matanya kurang percaya, pasalnya biasanya mereka makan coklat bersama tapi Je tidak senang ini sampai bertahan hingga keesokan harinya.

"Kau berbohong!" Seru Kian.

"Tidak!" Seru Je tidak mau kalah.

Ken pusing, jika mereka sudah bertengkar pasti ia juga kena.

Brak!

Ken menggebrak meja kesal. "Makan!"

Semua langsung diam, bisa dilihat baby Je yang mulai berkaca-kaca, tapi tetap di tahan.

"Sudah-sudah... Kian lanjutkan makan ya..." Al menengahi, ia juga pusing menghadapi adik-adiknya. Kian dengan sifat keras kepalanya, Baby Je dengan sifat tidak mau kalah dan Ken dengan sifat pendiam tapi sekali marah semua langsung diam mirip Daddy-nya.

"Sini Abang suapi." Al mengambil alih sendok yang di genggam Je dengan kuat.

Daddy turun dengan keadaan rapi. "Pagi Boy..." Sapa Keanel dengan keadaan segar.

Bukannya menjawab semua malah diam dengan urusan masing-masing. Keanel bingung sebenarnya tapi tidak masalah, ia abaikan saja.

"Wah.. Baby duduk sendiri hm?" Keanel mengusap puncak kepala putra bungsunya yang duduk sendiri.

Baby Je menatap Daddy-nya dengan mata berkaca-kaca siap menumpahkan air matanya.

Keanel menautkan kedua alisnya. "Baby Kenapa?" Tanya Keanel. Tidak ada yang menjawab.

Al menghela nafas. "Bisakah Dad. Duo bungsu." Ujar Al santai.

Prang'

Kian meletakkan sendoknya di atas piring dengan tidak santai. "Kian selesai."

Ken menghela nafas. Ia menebak pasti hari ini ia akan di diami seharian oleh adik kembarnya. Ia ikut bangkit. "Ken berangkat Dad, Bang, Je."

Keanel memijat pelipisnya, dan mengangguk. Kenapa paginya di sambut dengan pertengkaran anak kecil? Keanel duduk di tempatnya dan mulai sarapan. "Lanjutkan makan mu Boy! Biar Daddy yang suapi."

Al menolak. "Tidak usah Dad.. Daddy sarapan dulu."

Keanel menurut saja. Dan memperlihatkan Je yang makan dengan tidak ikhlas.

"Je kenyang bang..."

Al mengerti, lalu ia melanjutkan makannya yang tertunda. Sesekali ia mengelus adiknya yang sekarang menikmati susunya.

Comeback ✔️ [End]Where stories live. Discover now