Nazea menghela nafas. "Keanel gue sungguhan. Lo nggak ada niat nyari kerja? Lo mau liat gue menderita? Setidaknya samapi anak kita lahir. Gue bakal coba cari kerja. Gue nggak mau masa depan gue suram, dan gue nggak mau cuma karena finansial anak gue jadi korban. Gue tau lo kuliah, tapi dari pada lo nganggur mending cari kerja, nanti bisa di tabung buat masa depan. Dan gue juga bakal usaha jadi orang tua yang layak dan nggak liat anak kita kekurangan. Jadi gue mohon pikirin ini baik-baik." Tutur Nazea panjang kali lebar.

Beginilah Nazea, terlihat tidak peduli di luar tapi aslinya sangat peduli.

Dan karena itu Keanel berusaha sungguh-sungguh dan kuliah dengan benar agar masa depannya tidak suram seperti kata Nazea. Hidup dengan Nazea beberapa bulan ia menjadi belajar banyak hal. Ia mengurangi hobinya yang suka nongkrong, ngeclub bahkan merokok. Alasannya karena Nazea tidak menyukainya.

Keanel dengan tekat kuat mendirikan sebuah perusahaan meski masih kecil, Keanel ingin membuat Nazea percaya padanya. Percaya bahwa ia akan membuat masa depan mereka tidak suram.

Dan bodohnya Nazea tidak peduli dengan usaha Keanel, ia hanya butuh uang untuk kehidupan sehari-hari. Sampai anak mereka lahir dan kebutuhannya bertambah. Awalnya Nazea ingin sungguhan bekerja, tapi Keanel mencegahnya. Keanel mengatakan jika ia bekerja di perusahaan jadi Nazea tidak perlu kawatir.

Karena itu Keanel berusaha keras membangun perusahaannya agar bisa berdiri kokoh. Keanel berusaha sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk bermain dengan Kaalvian kecil dan di temani Nazea. Semua berjalan baik hingga saat Al berumur 3 tahun perusahaan mengalami masalah besar dan karena itu Keanel tidak ada waktu untuk keluarganya, ia lebih sibuk di perusahaan dan mengabaikan istri serta anaknya yang sangat membutuhkan sosok ayah.

Karena itu Nazea jadi sering mendiaminya, kadang jika ia pulang Nazea selalu bertingkah tidak peduli.

Dan inilah salah satu kepingan penyebab kehancuran keluarga Keanel. Keanel yang berniat membuat hidup mereka tidak menderita dan Nazea yang gengsi serta sifat keras kepalanya yang membuat ia perlahan mengabaikan suaminya yang seharusnya membutuhkan bantuannya.

∆∆∆∆


Kini jam menunjukan pukul 6 sore dan syukurlah pekerjaannya Keanel telah selesai.

Tok tok tok!

"Masuklah." Jawab Keanel datar.

Ajuna masuk dengan membawa Tab kerjanya. Ia membungkuk hormat pada atasannya itu. "Salam hormat Presiden."

"Hm.... Lanjutkan." Jawab Keanel. Keanel bersandar pada kursi sambil bertopang dagu.

"Saya akan melaporkan produk terbaru dari KingMate. Dan perkiraan produk ini akan di rilis bulan depan, yaitu tas dengan kualitas tinggi."

Keanel menyimak penjelasan demi penjelasan yang Ajuna katakan.

"Itu saja Presiden."

Keanel mengangguk, jika membicarakan tas, ia jadi mengingat Nazea yang dulu. Nazea dulu sangat menyukai tas.

"Buatkan satu, dengan model berbeda." Suruh Keanel.

Ajuna mengangguk. "Baik Presiden." Ajuna menegakkan tubuhnya. "Ada yang anda butuhkan lagi tuan?"

Keanel berfikir sejenak, dan dia ingat. "Pekerjaannya."

Ajuna mengerenyit, tak lama ia paham. "Dari beberapa informasi yang saya trima, sepertinya Nyonya bekerja sebagai pegawai di sebuah mini market."

Comeback ✔️ [End]Where stories live. Discover now