12. I want Mommy!

Mulai dari awal
                                    

Baby Je yang semula menutup mata kini membuka mata, ia lihat Daddy yang duduk di sampingnya. "Daddy......." Baby Je merentangkan kedua tangannya minta di gendong.

Keanel dengan sigap menggendong putranya, bisa ia rasakan suhu tubuh putranya yang hangat hampir panas.

"Cup cup cup baby... Daddy di sini."

Keanel berdiri, ia mengelus punggung Baby Je. Baby je mengalungkan tangan ke leher Keanel dan menyandarkan kepalanya di bahu kokoh Daddy-nya.

"Hiks.... Daddy..... Panasss..."

"Daddy..... Hikss.."

Baby Je masih terisak. Baby Je mamang jika sedang sakit suka rewel dan tidak mau jauh dari Daddy-nya.

Si kembar menatap adiknya iba, mereka kasihan melihat Baby Je yang dari tadi tidak mau berhenti menangis, apalagi sesekali batuk yang membuat Kembar kawatir. Tadi hampir saja Kian ikut menangis gara-gara melihat adiknya yang kesakitan.

"Apa yang terjadi?"

Salah seorang pelayan menjawab dengan takut-takut. "Ampun Tuan besar, Sepertinya Tuan Muda akan segera tumbuh gigi baru makanya Tuan muda demam."

Sepertinya yang dikatakan pelayan itu benar. "Lanjutkan pekerjaan kalian." Titah Keanel.

Para pelayan yang berada di kamar Baby Je menunduk hormat dan segera keluar dari dalam kamar.

"Dad...." Panggi Kian.

Daddy menoleh melihat putranya yang sepertinya menahan tangis.

"Apakah Baby sakit parah?"

Keanel yang berekspresi datar langsung mengubah menjadi biasa saja. "Kalian jangan kawatir. Kalian segera kembali ke kamar biar Daddy yang urus Baby Je."

∆∆∆∆∆

Kini Keanel dan putra-putranya sedang berkumpul di ruang keluarga dengan Baby Je yang duduk di pangkuan Daddy-nya, si Kian yang bermain mobil-mobilan, Ken yang menyusun lego dan Al yang bermain ponsel.

Baby Je menggeliat tak nyaman. Ia memandang Daddy-nya. Daddy-nya sedang melihat ponselnya.

Baby Je melihat Abang-abang yang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Why Baby?" Tanya Keanel saat merasakan Baby Je terus-terusan menggeliat.

Baby Je menatap Keanel dan Keanel juga melakukan hal yang sama. "Daddy.... Je mau tanya."

Keanel meletakkan ponselnya di meja. "Tanyakan saja Baby.... Daddy akan menjawab."

"Lau bilang, semua anak punya Mami."

Deg'

Pernyataan yang dilontarkan Keyjen membuat semua orang memusatkan atensi pada Baby Je.

"Apa Je juga punya Dad?"

Semua diam, pertanyaan Baby Je membuat mereka beku. Bahkan si bar-bar Kian juga ikut diam.

Lidah Keanel kelu untuk menjawabnya. "Kenapa Baby bertanya?"

"Je juga ingin disayang sepelti Mami Lau ke Lau." Ungkapnya polos.

"Bukankah, Daddy sangat menyayangi Baby? Bahkan Abang-abang juga."

"Hem...." Baby Je memainkan kaos yang Keanel kenakan. "Tapi Je juga mau sepelti Lau." Rengeknya lirih

Kian, Ken dan Al menyimak. Entak kenapa ungkapan yang dikatakan Baby Je, membuat batin mereka berperang dengan realita yang mereka alami.

Keanel memijat pelipisnya, kenapa putranya ini tiba-tiba menanyakan prihal Mommy-nya. "Baby, apa baby kurang cukup dengan kehidupan Baby sekarang?"

"No Dad!" Baby Je memajukan bibirnya. "Apa Je ndak punya Mami?"

"Baby dengarkan Dad-" Ucapan Keanel terpotong.

"Baby jangan mencari Mommy! Mommy itu jahat!" Pekik Kian sebal mendengar rengekan Baby Je mencari Mommy-nya.

"Tapi kata Lau-" Keyjen berusaha menyangkal.

"Jangan dengarkan omong kosong gadis itu Je! Mommy itu jahat! Dia akan memarahi setiap hari, menghukum, dan mengurung kita Je!" Potong Kian.

Keyjen kesal jika ucapannya di potong. "TAPI JE BELUM PERNAH MELIHAT MAMI JE!" Jerit Je sangat kesal, matanya merah mulutnya bergetar, nafasnya tidak beraturan, dan-

"Huwaaaaaa....... Mamiiiiii..... Hwaaaaa Daddy!" Baby Je menendang-nendang angin.

Kian sendiri ikut kesal, ia tiba-tiba pergi ke kamarnya dengan perasaan kesal.

Brakk!

"Hwaa....." Di kamar Kian juga ikut menangis, kepalanya dibenamkan di bantal.

Keanel pusing mengahadapi kedua anaknya. Keanel mencoba menenangkan Baby Je yang menangis, ia takut jika putranya ini nanti tambah sakit.

"Biar Al lihat Kian Dad." Ujar Al lantas pergi.

"Haaa.... Daddy... Uhukk... Huk... HwaaDaaaaddd...."

Keanel mempuk-puk pantat Je agar segera tidur. "Cup...cup baby...." Keanel mengambil botol susu Je dan menyuruh Baby Je untuk meminumnya.

Tak lama Baby Je sudah tenang dan berakhir tertidur. Ken sedari tadi diam dan memperlihatkan Daddy nya. Ia tau, pasti sekarang perasaan Daddy-nya kacau.

"Dad...." Panggil Ken.

"Ya Boy?" Suara Keanel agak dikecilkan agar tidak menggangu Baby Je.

"Apa Daddy benar-benar ingin bercerai dari Mommy?"

Keanel diam, dari mana putranya ini tau. "Ken... Jangan mulai."

"Aku hanya bertanya." Ken menata mainannya. "Mommy di sini kan Dad? Mommy tidak keluar negeri." Bukan pertanyaan tapi pernyataan.

Keanel membeku, kenapa Ken jadi semakin pintar. Dari mana bocah berumur 12 tahun ini mengetahui. "Aku tau... Daddy menyembunyikan banyak hal dengan paman Ajuna dari kita."

Setelah mengatakan itu Ken memilih pergi ke kamarnya, biarkan Daddy-nya berperang dengan perasaan.

∆∆∆∆∆

Keanel perlahan-lahan meletakkan Baby Je di kasurnya. Baby Je membuka sedikit kelopak matanya.

"Dad..." Panggil Je lirih.

"Yes Baby?" Keanel memberi puk-puk di pantat Je agar kembali terlelap

"Dad..... I want Mommy...." Gummanya lirih, lalu kembali tertidur.

Keanel menatap Baby Je yang sudah tertidur dengan perasaan campur aduk, apa lagi kata-kata Ken tadi masih berputar di otaknya.

.
.
.
.
.

To Be Continue

Comeback ✔️ [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang