48

713 55 2
                                    


Sore sebelum keributan Chika dan Rani.

"Kau ingin mengatakan apa?"

"Jangan terlalu tegang begitu, aku di sini bukan untuk menghakimi mu" Chika tersenyum manis. Tapi terasa menjengkelkan bagi siapapun yang melihatnya.

"Bisa kita persingkat?"

"Wah..! Respon mu membuat ku kecewa, padahal aku kesini karna ingin berada di pihak mu" Chika memasang wajah kecewa dengan kedua tangan di dada seolah memperjelas kekecewaan yang ia dapatkan. Jelas sekali di buah-buat.

"Maksudnya?"

"Cik..kau ini! Apa tidak ada kalimat yang lebih panjang. Aku tidak mengerti mengapa Rani menyukaimu" Chika berujar ketus.

"Jadi Rani menyukai ku.!? "

"Ya..! Kau.! Bukan itu seharusnya poin yang kau tangkap, ah sudahlah. Bagaimana bisa sepasang suami istri membuat ku naik darah terus" Chika mengerutu panjang mengabaikan wajah penuh penasaran Daryan.

"Hei.! Aku sedang bertanya?"

"Apa menurutmu aku akan menjawab pertanyaan tolol mu itu? " Balas chika bengis nyaris ingin menggaruk wajah datar Daryan.

"Ok.. Baiklah, apa tujuan pertemuan ini" Ucap Daryan pada akhirnya, meski ia masih penasaran dengan apa yang di katakan chika tadi.

"Jadi.. Ini tentang kau dan Rani, tapi aku ingin mendengar cerita dari mu dulu. Ku dengar kau menolak bercerai? Bisa kau katakan apa yang membuatmu tidak ingin bercerai dari Rani"

Daryan memandang jauh kedepan. Mencari kalimat yang tepat untuk memulai ceritanya.

"Dulu aku bahkan tidak pernah menyangka akan melelui sebuah pernikahan, hal yang seharusnya di rasa normal untuk orang lain tapi terasa sulit untuk ku. Tapi kini aku bahkan membayangkan akan ada anak di antara aku dan Shafa. Shafa membuat ku berani membayangkan masa depan"Daryan tertunduk, terlalu malu untuk menatap Chika.

"Aku tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti ini" Chika merasa bingung untuk merespon.

"Meski Shafa menginginkan perceraian, aku akan tetap memperjuangkan pernikahan kami. Shafa yang membuatku berani memimpikan masa depan ini, maka harus dengan Shafa juga aku melalui nya" Ada senyum tipis di wajah Daryan seolah membayangkan masa depan yang dia maksud.

"Tapi penolakan yang terus dilakukan Shafa membuatku ragu. Dia terlalu sul--"

"Kau tak perlu ragu, sebagai sahabat Rani. Aku jelas tau bagaimana istri mu itu, aku berani bilang Rani juga menginginkan mu. Tapi Rani memang sedikit lain. Kau diam dulu, Biarkan aku melanjutkan cerita ku" Tegas Chika saat daryan terlihat ingin mengatakan sesuatu.

"Rani ini harus di beri pukulan yang sedikit keras, maksud ku kau harus lebih agresif. Jika kau memulainya hanya dengan penjelasan. Itu hanya membuat Rani akan sibuk menebak apakah kau sungguh-sungguh atau tidak. Jelas itu tidak akan membawa sebuah kemajuan"Chika tersenyum penuh semangat.

" Jadi aku harus bagaimana? "Tanya Daryan penuh rasa penasaran.

" Kau bilang, kau menginginkan anak. Kalau begitu mari membuat semua orang tahu kalau rani sedang hamil anak mu "

Chika tersenyum puas, seolah baru saja menjabarkan ide yang luar biasa. Sementara Daryan nyaris saja membenturkan wajahnya ke meja.

" Tapi Shafa tidak sedang hamil "

"Tapi kau jelas bisa membuatnya hamil "balas Chika berapi-api.

Daryan nyaris menjatuhkan dagunya.

" Apa.? Kau meragukan ide cemerlang ku! Dengar ini akan sangat menguntungkan bagimu. Jika keluarga mu dan keluarga Rani tau kalau dia sedang hamil, akan sangat mustahil Rani masih berani meminta cerai"Chika seperti spg yang sedang menyakinkan konsumen baru.

"Tapi, bagaimana kalau Shafa membantah keham--"

"Oleh karna itu kau harus bertingkah lebih meyakinkan lagi. Buat semua orang lebih mempercayaimu dari pada Rani. Ku dengar orang tuh mu sungguh menginginkan anak dari mu. Bayangkan wajah bahagia mereka, Rani tentu tidak akan berani membuat orang tua mu kecewa dengan mengatakan kebenarannya" Chika terus meyakinkan Daryan. Seolah dialah yang paling ingin pernikahan konyol sahabatnya itu bertahan.

"Tapi Shafa tidak benar-benar hamil, bagaiaman jika ketahu--"

"Ya.. KAU!! jangan membuat ku membenturkan kepala mu pada meja ini ya. Kan aku sudah bilang kau bisa membuat dia hamil. Kau masih suaminya jika kau lupa" Chika menghembuskan nafas panjang meredakan emosi juga niat ingin menghantam kepala suami sahabatnya itu.

"Sepertinya aku harus pergi atau aku akan benar-benar membuat kepala mencium meja ini. Kau pikirkan lah dulu. Tapi aku tetap berharap kau mengikuti saran ku, jangan lupa bayarkan pesanan ku. Anggap saja bayaran atas ideku yang cemerlang ini" Chika bergegas pergi meninggalkan Daryan yang sedang mempertimbangkan ide gila sahabat istrinya itu.

* * * *

"Lihat! Dia melamun lagi" Zeea menunjuk Rani dengan dagunya.

Chika yang melihatnya langsung mendengus jengkel.

"Apa perlu aku menyiramnya dengan satu ember air es. Dia benar-benar tak tertolong lagi"

"Lupakan saja, itu tidak akan membantu"Ucap Zeea.

" Lalu kita akan membiarkanya begitu terus, bisa-bisa dia kesurupan"jawab chika masih menatapi Rani yang tak bergerak sama sekali.

"Setan pun seperti nya sudah menyerah dengan Rani" Balas Zeea tertawa kecil.

"Kau ada benarnya juga"

Lalu keduanya tertawa kecil.

"Apa yang kalian ceritakan?"

Rani menghampiri kedua sahabatnya.

"Memang nya apa lagi! Tentu saja dirimu" Jawab Chika terdengar tengil di telinga Rani.

"Yang benar saja, hidup ku tidak semanarik itu" Balas Rani sedikit kesal.

"Apanya yang kurang menarik? Pernikahan kontrak? Suami yang ternyata gay! Hidup mu kurang drama apa lagi"

"Chika! Demi Tuhan aku ingin merobek mulut mu" Rani sepertinya sudah di batas sabarnya.

"Bisakah kalian diam. Ini terlalu pagi untuk ribut. Itu akan membuat rezeki kita akan berkurang hari ini" Zeea menyela perdebatan Rani dan chika.

"Cik.. Kau ini, apa hubungannya coba"
chika mendelikan mata pada Zeea.

"Apa yang dikatakan Zeea ada benarnya juga. Mulut mu yang asal bunyi itu terkadang membawa sial bagi toko ini" Rani segera berlalu, meningalkan Chika yang tampaknya akan membalas perkataan Rani.

"Cukup Chika.. Kau yang memulai lebih dulu tadi" Lerai Zeea.

"

Vote nya jangan lupa ya...

Bersuami GayWhere stories live. Discover now