21|tanda tangan surat perjanjian|

968 90 2
                                    

Selamat membaca
🤗💜🤗💜
~~

Rani bangun sedikit kesiangan, ia bangun jam delapan lewat. Saat ia keluar kamar untuk mandi, Rani melihat bu Nur yang sedang menata makanan di atas meja.

"pagi nyonya Rani"sapa bu Nur ramah.

Rani mengernyit geli, ia merasa terganggu dengan panggilan yang di sematkan bu Nur padanya.

"pagi juga bu, panggil saja nama ku, aku merasa tua saat bu Nur memanggil ku seperti itu"Rani berlalu setelah menerima anggukan sungkan dari Nur. Ia harus segera pergi dari dapur, aroma nasi goreng yang di masak bu Nur sangat menggodanya.

Saat Rani keluar dari kamar mandi, ia mendapati Daryan yang sudah duduk di kursi meja makan. Tapi sepertinya pria itu belum menyentuh makanannya.

"kau masih lama, nasi gorengnya akan segera dingin"Daryan bertanya saat Rani akan membuka pintu kamarnya.

Apa pria itu menunggu ku, pikir Rani, ia berbalik menghadap Daryan.

"aku masih sangat lama, kau makan saja lebih dulu. Aku masih perlu mengeringkan rambut ku. Lagi pula aku sudah pernah bilang tidak biasa sarapan"inti dari perkataan Rani adalah penolakan, tapi sepertinya pria ini tak mengerti.

"kau akan sakit Shafa, kau sudah berulang kali melewatkan sarapan dan selalu mengkonsumsi mie instan"Rani mendelik, ia melipat tangan di bawah dada.

"apa kau sedang mengkhawatirkan masalah kesehatan ku, tenang saja. Meski kau suami ku, kau tidak perlu bertanggung jawab perihal kesehatan ku, aku menjelaskan agar kau tak perlu lagi melakukannya"setelahnya, Rani masuk ke kamar meninggalkan Daryan seorang diri dengan dua piring nasi goreng.

💜

Rani baru keluar kamar saat waktu makan siang segera tiba, di tangannya ia membawa mie cup rasa soto. Ia hanya perlu mengambil air panas dan kembali ke kamar.

Saat tiba di dapur, Rani melihat bu Nur yang sedang memasak, menggulai ikan gurame.

Rani menyeduh air panas dalam diam, ia tau kalau bu Nur sedang melirik ke arahnya.

"mbak Rani gak suka ya masakan saya.?"pertanyaan yang di sampaikan dengan takut-takut itu membuat Rani terdiam.

"bukan begitu bu, aku tidak bisa menjelaskannya karena apa, tapi ku rasa ibu tak perlu lagi memasak dalam porsi yang banyak. Masak untuk Daryan saja bu"Rani tersenyum kecil, setelahnya. Rani keluar daput dengan mie cup.

Saat akan membuka pintu kamar, Rani melihat Daryan yang sibuk dengan kertas-kertas yang berukuran besar.

Karena rasa penasaran, Rani menghampiri Daryan. Ia memutuskan untuk makan di ruang tengah saja.

"kau terlihat sangat sibuk"

Rani mendudukan diri di samping Daryan, pria itu tidak menyahut.Daryan hanya menoleh sebentar lalu kembali fokus pada lembaran kertas di meja.

Rani mendengus saat melihat respon menyebalkan Daryan, ia jadi menyesal duduk di sini.

Tapi ia tak mungkin pergi dari sini, Rani tak mau terlihat kekanak-kanakan.

Bersuami GayWhere stories live. Discover now