35

1.8K 127 6
                                    

Maaf ya.. Karena lama up date, semoga part ini mengobati rasa rindu kalian.

Ya, kalau ada yang rindu🤣🤣

Vote dan komennya jangan lupa ya, terima kasih.

...

Selamat membaca

💜🤗💜🤗💜
...







Tiga hari berlalu sejak kejadian di rumah Fariq, Rani bersikap seolah tidak terjadi apa pun.

Tapi ia tetap mendiamkan Daryan saat mereka papasan di dalam apartemen.

Ia juga menolak semua panggilan masuk yang di lakukan ke dua abangnya, juga orang tuanya.

Bu Nur jelas merasakan
atmosfir tak mengenakan di antara kedua majikannya. Tapi Ia tak punya hak untuk bertanya, meski sangat penasaran.

Rani mengembalikan dua kartu pemberian Daryan, pria itu diam saja dan enggan bertanya apa penyebab Rani mengembalikan kartu-kartu itu.

"bu Nur, tidak usah memasak terlalu banyak. Aku makan siang di luar dan akan segera pergi"
jelas Rani menghampiri bu Nur di dapur.

Setelah mendapat anggukan dari bu Nur, Rani segera berlalu tanpa memperdulikan Daryan yang sebenarnya memperhatikan Rani sejak wanita itu keluar dari kamarnya.

Ia menghela nafas gusar, ternyata hubungan Rani dengan keluarganya sangat rumit. Pantas saja Rani selalu emosi setiap kali ia membahas soal keluarga.

Daryan belum mengetahui semuanya dengan jelas, Elqan hanya mengatakan kalau Rani dan kedua orang tuanya tak pernah akur. Bahkan Elqan dan Alqan juga begitu, hanya saja mereka sedikit terbuka dan mencoba memperbaiki hubungan yang merenggang dengan orang tuanya.

Sayangnya, Rani justru salah paham. Kepada Daryan, Elqan bercerita Rani menolak semua panggilan darinya juga dari abangnya, Alqan.

Sekali lagi, Daryan menarik nafas panjang. Ia tak menyangka acara menginap di rumah ibu Rani menjadi petaka yang membuat hubungan Rani dan kedua orang tuanya semakin runyam. Bahkan Kedua abangnya juga mendapat imbas dan ia pun juga.

Dua hari lalu, saat Rani tanpa kata menaruh dua kartu pemberiannya setelah makan siang yang mereka lakukan dalam hening.

Daryan tak bisa mengatakan sepatah kata pun, Rani masih berada dalam kekecewaan pada semua orang. Termasuk ia.

Daryan jadi menyesal dengan pertengkaran juga perkataanya tempo lalu saat di rumah ibu Utami.

Sungguh ia tidak bermaksud untuk menambah luka di hati istrinya itu, tapi semua sudah terlanjur.

Andai saja ia tau lebih dulu tau bagaimana hubungan rumit antara Rani dan kedua orang tuanya. Tentu Daryan tak akan melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati wanita itu.

Sekarang, untuk meminta maaf pun terasa sulit, ia tak punya kesempatan. Rani selalu menjaga jarak darinya, bahkan untuk melihatnya saja pun Rani tak sudi.

Terlalu tinggi tembok pembatas yang di bangun Rani.

Daryan tersentak begitu mendengar ponselnya yang berbunyi nyaring.

Ada nama Widya di layar poselnya, ia seketika ingat dengan janji Widya yang akan mempertemukannya dengan psikiater kenalannya.

Benar, Daryan benar-benar bertekad untuk berubah. Demi Rani juga keluarganya dan demi dirinya sendiri yang paling utama.

Bersuami GayWhere stories live. Discover now