13|Menyerahkan diri|

909 65 0
                                    

Selamat membaca
🤗💜🤗💜
~~

Entah untuk keberapa kali, Rani dari tadi terus berputar-putar di dalam kamarnya. Jam sudah memasuki makan siang tapi Utami dan Fariq belum juga ada tanda-tanda akan keluar dari rumah.

Padahal jam makan siang nanti Rani sudah membuat janji untuk bertemu dengan Daryan, tadi malam Rani menghubungi Daryan setelah meminta nomor pria itu dari kakaknya, Thia.

Thia tentu saja dengan senang hati memberinya walau Rani harus di buat pusing dulu dengan banyak pertanyaan yang di lontarkan Thia dengan semangat, meski Rani tak melihat wajah Thia tapi Rani mendengar dengan jelas nada semangat Thia.

Rani kembali melirik jam dingding yang berada di kamarnya, kemudian meringis entah untuk keberapa kalinya, sebenarnya Rani merasa sedikit bingung dengan keberadaan ayah dan ibunya di jam sibuk seperti ini. Terlebih saat Rani mengetahui Utami dan Fariq menghabiskan waktu sarapan bersama.

Untuk Rani itu sebuah kejadian yang cukup langkah di mana biasanya mereka melakukan sarapan di kantor masing-masing.

Meski Rani cukup bingung tapi ia tak punya waktu untuk memikirkan penyebabnya, Rani tersentak dan berlari ke arah jendela kamarnya saat mendengar suara mobil.

Dari jendela kamarnya, Rani dapat melihat mobil Fariq yang berjalan keluar di ikuti mobil Utami. Melihat itu Rani tersenyum lebar kakinya melangkah cepat untuk segera keluar dari rumah ini.

💜

Rani berjalan buru-buru, ini sudah lebih dari setengah jam dari janji yang ia buat sendiri untuk bertemu dengan Daryan.

Ia sudah sangat terlambat dan berharap Daryan tidak berpikiran buruk tentang cara Rani menyikapi waktu.

Rani memelankan langkahnya begitu matanya menankap keberadaan Daryan, sambil berjalan pelan. Rani berusaha menormalkan nafasnya yang putus-putus.

"hai..sorry aku terlambat"Rani merasa sedikit lelah, wajar saja. Ini sudah lewat setengah jam dari jam makan siang, tapi Rani belum mengisih perutnya dari kemarin malam.

Semalam Rani  lebih memilih mengurung diri di kamar dari pada ikut bergabung makan malam bersama Utami dan Fariq.

Dan kini ia merasakan akibat dari pilihannya sendiri.

"tidak masalah, kita makan dulu sebelum kau mengatakan apa yang menjadi alasan mu mengajak ku bertemu"Rani menganggukan kepalanya cepat.

Ia diam saja saat Daryan memanggil pelayan dan sibuk menyebutkan pesanannya.

"aku pasta saja, minumnya jus jeruk saja, aku juga ingin segelas air hangat"Rani menekan perutnya yang terasa melilit.

Pelayan telah pamit undur diri setelah membaca ulang seluruh pesanan Daryan dan Rani.

Hening sesaat, kepala Rani menunduk dengan ke dua tangan berada di atas perutnya. Sementara Daryan memandangi Rani yang terlihat tak nyaman di kursinya.

"kau sakit Shafa.?"tanya Daryan begitu melihat titik keringat yang tersebar di kening Rani.

Rani mendongak mencoba melempar senyum tipis sambil menggelengkan kepala pada Daryan, memberitahu kalau ia baik-baik saja walau gagal karna Daryan bisa melihat jelas wajah pucat Rani.

"kamu terlihat tidak sehat Shafa, wajah mu pucat"Tanpa sadar Daryan mengulurkan tangannya pada wajah pucat Rani. Menghapus keringat pada kening Rani.

Rani tertegun tubuhnya menjadi kaku, sepertinya, perutnya telah sembuh mendadak dan berpindah pada jantung yang berdetak tak normal.

Tanganya berpindah ke dada, merabai jantungnya yang bekerja berlebihan. Tangan Daryan masih berada di wajahnya, menyentuh lembut pipinya dan menghapus butiran keringat di kening Rani.

Bersuami GayOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz