26|dada sandar'ebel|

1.7K 109 4
                                    

Vote & komen ya..!!

Selamat membaca
💜🤗💜🤗
~~

Rani tiba di apartemen lewat jam 9 malam, ia tidak langsung pulang begitu mengantar Zeea dan Chika.

Memang di antara mereka bertiga hanya ia yang memiliki mobil. Bukan ke dua sahabatnya itu tidak mampu membeli mobil, tapi mereka tidak bisa mengemudi.

Bukan kah kedua sahabatnya itu defenisi beban yang sesungguhnya.

"apa kau baru pulang?"Rani tersentak kaget, ia segera bergerak mundur saat menyadari jarak nya yang begitu dekat dengan Daryan.

"apa harus ku jawab"ketusnya sambil memegangi jantungnya yang nyaris melompat sangkin kagetnya ia.

"apa kau sudah makan.?"

"apa ini juga harus ku jawab, jangan mempertanyakan yang bukan urusan mu"setelah mengatakan itu, Rani segera berjalan menuju kamarnya.

Meninggalkan Daryan yang terdiam di posisinya, pria itu menghela nafas panjang.

Rasa-rasanya ia tidak melakukan apa pun yang membuat Rani kesal, tapi istrinya itu seperti ingin menghunusnya dengan tatapan tajamnya.

"aku tadi keluar dan membeli beberapa snack, kau mau.?"

Rani melirik tangan Daryan yang menunjuk meja kecil yang ada di ruang tengah, lalu setelahnya ia mendengus kasar.

Ia jadi teringat pada kejadian tadi sore, pasti itu belanjaan Daryan bersama kekasih prianya.

"tidak, terima kasih. Tak perlu menawari ku apa pun"Rani berkata ketus kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya.

"blam"

Suara pintu yang di banting keras, membuat Daryan semakin mengerutkan keningnya bingung.

Gadis itu seperti bertambah benci padanya setiap saat.

Dan otak nya terus berputar memikirkan kesalahan apa yang ia perbuat.

Sementara di dalam kamar ukuran kecil.

Rani menatap barang hasil buruhannya dengan wajah penyesalan, tidak banyak memang. Hanya tiga item.

Tas, high heels dan satu stell baju. Tapi jangan di tanya berapa tolal keseluruhan belanjaanya itu.

Ternyata penyesalan selalu datang terlambat itu benar adanya, dan kini Rani sedang merasakannya.

Kini uang nya di atm jelas menipis, ia sampai tak berani melirik m-bangking'nya.

Sementara Utami benar-benar tak mengiriminya uang, ini sudah sepuluh hari dari tanggal satu.

Astaga.! Sepertinya ia akan benar-benar jatuh miskin.

"mati lah aku"makinya tiada henti.

Rani terdiam merenungi kehidupannya yang jungkir balik satu bulan ini, ibunya memang tidak lagi merecokinya dengan urusan butik.

Tapi tetap saja ia tidak merasa tenang, ia seperti lepas dari kandang buaya lalu masuk kandang singa.

Sama berbahannya juga sama mengerikan.

Syukur nya, ia sudah membayar uang makan pada Daryan hingga bulan depan, tapi tetap saja ia membutuhkan pegangan.

Lelah dengan pikirannya yang semraut, Rani berdiri dan menyambar handuk yang tergantung lalu bergerak keluar kamar.

Ia butuh mandi sekarang juga, agar otak dan tubuhnya segar kembali.

Begitu keluar kamar ia melihat Daryan yang sedang nenonton sambil mengunyah snack yang pria itu tawarkan tadi.

Bersuami GayWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu