16. 💋 Emotional Damage 💋

Începe de la început
                                    

"Bisa lo mute nggak suara ringtone berisik lo yang nyaring bunyi kambing itu? Viona, gue mau kerja." Yuji menekan kedua pelipisnya sambil memejamkan mata sebab bunyi ponsel wanita itu sangat mengganggu. Dan membuat kepalanya pening, hari ini Yuji memiliki dua naskah yang harus dia edit, tetapi gara-gara Viona datang dia menjadi tidak fokus.

"Kalau dimute nanti nggak kedengeran ada notif dari yang punya kos." Viona membalas enteng tanpa mau tahu jika Yuji benar-benar kesal padanya. "Lo bilang gue harus buru-buru dapat kamar."

"Iya, tapi berisik banget, Bangsat!" Tak sabar dengan segala keriuhan suara ponsel dan memang emosinya sudah terpendam sejak semalam, Yuji meraih laptopnya kemudian keluar dari kamar dan duduk di lorong depan kamar kosnya. Persetan dia duduk mengampar di lantai, sepupunya itu memang tidak tahu diri. Sudah datang tanpa diundang, lalu kini membuat gaduh oleh suara ringtone kambing yang sangat norak.

Itulah sebabnya Yuji menolak sekamar dengan Viona sejak dulu, mereka memang sangat kompak jika membahas naskah dan melakukan kritisi pada hal yang mereka kerjakan bersama, tetapi untuk hidup satu atap dan berbagi banyak hal, oh... tidak, Yuji sangat tidak sanggup. Sekarang saja rasanya dia mau gila.

Entah mengapa Rean sangat tahan selama dua tahun belakangan, padahal wanita penggila gorengan itu kadang tidak normal dan sering bersikap seenaknya. Efek cinta memang membuat orang waras menjadi gila, benar-benar tidak masuk akal.

Empat jam berlalu, naskah yang Yuji edit sudah hampir pada tahap akhir. Dia juga sudah mengirimkan dokumen ke penulis yang sedang bekerja sama dengannya itu bagian mana yang perlu untuk direvisi lagi.

Menggulir mouse di lantai, fokus Yuji teralih pada ponsel pintar miliknya yang bergetar dan menampilkan nomor seseorang yang tidak dia kenal.

Meraih benda pipih itu dengan ragu, tapi pada akhirnya Yuji mengangkat panggilan tersebut.

"Halo..."

Yuji dapat mendengar suara berat laki-laki dari balik panggilan itu, dia memperkenalkan diri dengan sopan kemudian menjelaskan maksudnya menelepon.

Ya, itu Rean. Pria itu juga menjelaskan jika dia memang menyimpan nomor Yuji dan mendapatkannya dari Viona.

"Ya," balas Yuji pada pria itu. "Gue nggak tau kenapa dia kabur."

Rasanya berat untuk jujur kepada pria itu jika wanita pengganggu tersebut sedang tidur dan berleha-leha di kamarnya saat ini. Yuji meski memiliki mulut pedas tapi masih bisa menjaga hati saudaranya untuk saat ini, kini dia pun ikut terseret atas masalah yang Viona buat.

Bagi Yuji semuanya harus masuk akal dan dia tidak ingin terlibat, dia memberi tahu pria itu bahwa Viona berada di kos-nya, tetapi menyuruh pria itu untuk sabar memberi waktu.

"Mungkin lo harus ngasih waktu buat dia."

"... " Rean terdengar mengembuskan nafas lesu saat Yuji menyuruhnya untuk menunggu. Pria itu bisa menelepon karena jam makan siangnya sudah tiba dan Yuji menjelaskan beberapa hal kenapa Viona tidak memiliki nyali untuk mengungkapkan perasaannya.

"Gini aja, Re, kasih waktu dia beberapa hari sampai pikiran dia jernih. Nanti setelah itu lo bisa jemput atau mau lo nikahin dan bawa ke planet Merkurius juga silakan. Tunggu waktu yang tepat, ya."

Di balik telepon itu Rean mengucapkan banyak terima kasih sebab Yuji menjawab teleponnya, sementara Viona yang baru keluar setelah lama tertidur mendengar suara pria itu dari balik telepon milik Yuji. Kedua matanya langsung melotot tidak percaya sebab Yuji mengangkat panggilan itu ketika Viona sangat menghindarinya.

"Heh!" Viona berlari dengan cepat dan merebut ponsel yang menempel di telinga kiri wanita itu, lalu mematikan panggilan secara tiba-tiba.

"Haduhh apaan sih, Kunti!" Yuji memberengut tidak suka. "Balikin hp gue!"

"Itu Rean? Dia nelepon lo?" tanya Viona panik. Dan Yuji membalas enteng pada wanita berkaus putih itu, "Iya. Panik lo?"

"Yuji!!!! Kenapa lo angkat!" omel Viona frustrasi. "Harusnya lo reject aja!"

Viona merenggut rambutnya sendiri dan menangis kepada Yuji, wanita itu tantrum seperti anak-anak yang meminta mainan tapi tidak dituruti oleh orang tuanya. Rambutnya menjadi berantakan dan wajahnya jelek sekali menangis seperti orang gila.

"Kalau dia ke sini gue bingung bakal gimana! Kenapa nggak tanya gue dulu, sih!"

"Karena lo pasti bakal ngelarang. Hey, itu cowok kalang kabut nyariin lo! Dia bilang neleponin lo puluhan kali tapi lo nggak jawab, dia chat juga malah lo blokir. Wajar dia bingung dan marah! Seenggaknya jelasin ke dia dulu kenapa lo minggat dan bikin keadaan yang biasa aja jadi runyam begini. Ngerepotin gue segala lagi!"

Viona berjongkok kemudian membenamkan wajah di pahanya, dia menangis seperti anak kecil dan itu membuat Yuji semakin emosi karena lorong menjadi berisik. Wanita itu menggeser duduknya dan menatap saudaranya itu yang sangat bodoh.

"Lo nggak perlu khawatir, Rean nggak akan jemput lo karena gue larang." Viona dengan segera mendongak dan menyeka air mata yang meleleh di pipinya. Dia bahkan masih terisak tidak menyangka bahwa Rean akan menghubungi Yuji.

"Gue bilang, dia nggak perlu nyariin lo dan ngorbanin perasaannya cuma demi orang nggak tau terima kasih kayak lo. Gue bilang lo benci dia dan gue suruh dia move-on dan ngelupain lo! Puas?" ungkap Yuji sepenuhnya bohong, sengaja ingin membuat Viona merasa bersalah dan berani menemui pria itu untuk bicara empat mata lalu menyelesaikan persoalan mereka tanpa membawa-bawanya.

"Kok lo bilangnya gitu?" tanya Viona sambil terisak. "Dia nanti benci sama gue."

"Ya udah risiko lo, Bestot. Salah sendiri bikin masalah." Yuji melipat laptop miliknya lalu menentengnya dan masuk ke kamar tanpa menggubris jika Viona menangis meraung-raung. Perempuan itu harus diberi ultimatum agar tahu diri dan tidak menjadi pengecut seperti sekarang. Betapa bertele-tele dan membuang waktu, sementara pria itu rela memberikan segalanya untuk wanita itu tanpa pamrih.

"Sist, dunia nggak berpusat di lo doang. Jadi jangan ngerasa bahwa Rean akan terus-terusan ngejar lo. Gue larang dia ke sini karena gue nggak mau melihat drama murahan antara lo dan dia di depan gue. Kalian udah dewasa, bisa kan selesaikan semua tanpa nyakitin satu sama lain?" Wanita itu menggigit apel di tangannya dan bersandar pada kusen pintu, dengan enteng mengungkapkan segalanya untuk membuat Viona tahu bahwa bisa saja Rean menyerah dan tidak mengunjunginya lagi.

"Gue yakin, dia ngehubungin lo karena pengen denger dari congor lo langsung maksudnya pergi tanpa pamit itu apaan. Di saat dia menerima lo dengan tangan terbuka waktu tempat kos lo kebanjiran, tapi sekarang lo pergi tanpa pamit dan itu sangat nggak sopan. Please, gws orang gila."

Viona menyeka sisa air mata yang perlahan mengering dan menyadari ucapan Yuji, bahwa bukan di sini tempat yang seharusnya dia tuju. Menahan isakkan mati-matian, Viona bangun dari posisinya lalu berbalik dan menghadap Yuji.

"Oke, ternyata lo nggak bisa bantu gue. Lo nggak akan ngerti gimana posisi gue, Ji. Gue akan pergi aja."

"Lo ngambek sama gue?" Yuji menghela nafas lelah kemudian melipat kedua tangan di depan dada. "BISA NGGAK JANGAN KABUR TERUS? HADAPI MASALAH YANG LO CIPTAKAN SENDIRI, BRENGSEK!" maki Yuji emosi, dia kesal dan lelah melihat Viona seperti itu.

"Masalahnya ada di lo. Rean nggak salah! Lo yang bikin semuanya jadi rungkad kayak gini," tambahnya lagi.

Mengelap sisa air mata di pelupuk mata, Viona sudah tidak tahan dengan cibiran dari saudaranya itu. Dia masuk lalu mengambil tas dan kopernya kemudian keluar dari sana.

"Heh, mau ke mana?" tanya wanita itu.

"Pulang ke Bandung."

Tbc

Gais, gue tau kalian semua capek sama kelakuan Viona yang labil dan menye-menye abis. Tapi, gue ingin tau dari prespektif kalian kalau dapet cowok spek surga kayak Rean yang segala love language diborong, sementara kalian nggak punya apa-apa, kira-kira bakal ngapain? Masalah Viona di sini adalah dia minder dan nggak percaya diri. Ketika orang-orang seumuran dia udah pada punya segala macem seperti Rean, tapi Viona idupnya masih struggle dan gitu-gitu aja. Makanya dia kabur terus karena dia nggak mau hubungan sama Rean malah jadi beban karena secara taraf mereka nggak sepadan. Jadi udah pada paham sama masalah Viona?

Jangan marah ke Viona lagi ya, silakan baca jangan lupa vote dan komen 💋 abis ini nanti ada uwu-uwu kok, ya kali Rean gue siksa mulu hahahaha 😂

How to kiss?Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum