☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚thirty three☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

17 3 0
                                    

Tak terasa sudah 3 hari berlalu, kondisi Nindya yang masih belum siuman dan Shaka yang setia di samping Nindya.

Selama itu juga Shaka menjalani harinya dengan lesu tidak seperti biasanya, ia juga belum mengunjungi markas Phoenix sama sekali.

Hari ini kamar inap Nindya sangat ramai karena ada teman-teman Nindya yaitu Mala, Dira, Alya, Nara. Tak lupa disana juga ada Nagara dan anggota inti dari Phoenix.

Meskipun ramai, Shaka tetap kalut dengan pikirannya, sampai tidak sadar jika Nagara mulai duduk di kursi yang biasanya sedang di duduki oleh Shaka, sedangkan Shaka sendiri duduk di sofa.

"Lo semua diem, kalo gabisa diem gausah disini." Ujar Shaka datar.

Nagara mulai menggenggam tangan Nindya dan mengelusnya pelan. Nagara mendekatkan wajahnya ke telinga Nindya.

"Bidadarinya Nagara cepet bangun, jangan tidur terus." Ujar Nagara sambil mengusap pipi Nindya.

Anggota Phoenix yang melihat itu hanya mematung, dia melihat ke arah Shaka yang ternyata sudah melihat Nagara dengan tatapan yang tajam seakan-akan ingin menghabisi Nagara saat itu juga.

Sedangkan teman-teman dari Nindya masih tidak mengerti, mengapa Anggota dan ketua Phoenix disini, mungkin kehadiran Raden masih dibilang biasa karena Raden memang dekat dengan Nindya namun untuk Shaka itu membuat mereka heran.

Shaka beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Nagara yang akan mengecup tangan Nindya.

"Gausah cium Nindya meskipun itu tangan doang." Ujar Shaka menatap Nagara nyalang.

"Kenapa? Gw cowo Nindya." Ujar Nagara.

"Masih cowonya kan? Bukan berarti besok lo yang akan nikahin Nindya." Ujar Shaka sambil tersenyum miring.

"Maksud lo apa?!" Ujar Nagara yang langsung berdiri di depan Shaka.

"Gw cuma ngomong fakta aja, gausah deketin Nindya." Ujar Shaka.

"Lo ga ada hak buat ngatur kaya gitu, Nindya itu cewe gw." Ujar Nagara sambil menarik kerah Shaka.

"Itu kan sekarang, bukan untuk selamanya Nindya bakal jadi cewe lo." Ujar Shaka.

Raden dan teman-teman Nindya yang melihat pertengkaran antara Nagara dan Shaka itu merasa heran. Dengan keheranannya Raden berjalan mendekati Shaka dan Nagara.

"Gausah berantem disini, ini rumah sakit." Ujar Raden yang menengahi mereka.

"Urusan kita belum selesai Shaka." Ujar Nagara mulai berlalu meninggalkan ruang inap Nindya.

"Lo mau kemana gar?" Tanya Raden.

"Nenangin diri, kalo ada apa-apa kabarin." Ujar Nagara.

Shaka duduk di kursi yang biasanya ia duduki, Shaka menggenggam tangan Nindya.

"Sampai kapan nin? Sampai kapan lo kaya gini? Sampai kapan lo tidur kaya gini?" Ujar Shaka lirih.

Teman-teman Nindya yang mendengar ucapan lirih dari Shaka menjadi curiga dengan hubungan Shaka dan Nindya, apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua.

Setelah Shaka berucap seperti itu, Shaka merasakan ada pergerakan jemari Nindya yang digenggam oleh Shaka.

"Raden panggil dokter cepet." Ujar Shaka.

Raden yang tidak mengerti dengan omongan Shaka hanya gelagapan disana dan tidak beranjak dari tempatnya.

"Raden, cepetan anjing panggil dokter." Ujar Shaka yang panik.

Melihat kepanikan Shaka, teman-teman Nindya menjadi panik namun tidak berani untuk bertanya kepada Shaka, Raden segera berlari untuk memanggil dokter.

"Nindya, apanya yang sakit hm?" Ujar Shaka namun tidak ada sahutan.

EpochWhere stories live. Discover now