⊰eleven⁠⊹ฺ

54 15 1
                                    

Nindya mengikuti Raden berjalan dan meremas tangan Raden pelan. Raden yang mengetahui Nindya yang gugup pun maklum karena tidak ada perempuan yang datang ke markas Phoenix kecuali Nindya.

"Santai nin, mereka ga jahat kok ada gw." Ujar Raden menenangkan.

"Eumm iyaa den." Ujar Nindya pelan.

Baru saja Raden membuka pintu markas tersebut, ada kacang melayang ke Nindya yang berhasil di tepis Raden.

"Heh lo itu ya." Ujar Raden.

Yang ditegur pun hanya cengengesan, namun dia mengetahui bahwa Raden membawa seorang perempuan yang sekarang sedang bersembunyi di belakang badan Raden.

"Duh ada cewek cantik nih." Ujar seorang lelaki yang genit kepadanya.

"Jangan sembunyi gitu dong, abang ga gigit kok." Ujar lelaki asing itu.

"Jangan takut-takut sini duduk sama abang." Ucap salah satu dari mereka.

"Lo malah bikin dia takut." Ujar Shaka.

Saat mendengar suara seseorang yang di kenalinya, Nindya menyembulkan kepalanya untuk melihat seseorang tersebut.

"Lah, Lo?" Ujar Shaka.

"Ngapain kesini?" Ujar Shaka yang menatapnya tajam gandengan tangan Raden dan Nindya.

Raden yang paham Shaka melihat gandengan tangan mereka dengan tajam pun melepaskan genggaman tangan mereka berdua.

"Dia mau ikut kesini, katanya mau liat markas." Ujar Raden santai.

"Ajak duduk sini den." Ujar Shaka.

"Gausah takut kalo kesini, mereka biar gw yang urusin." Sambung Shaka.

"Em iya." Ujar Nindya.

Raden mengajak Nindya untuk duduk di sebuah sofa yang berada di tengah ruangan tersebut. Setelah Nindya mendudukkan tubuhnya di sofa dia melihat lelaki yang berada disana.

"Itu namanya dewa, yang ngelempar kulit kacang tadi, yang genit sama lo itu namanya Aksa, nah yang nyuruh lo duduk tadi namanya Bagas, yang duduk di samping Shaka itu Rajen." Ujar Raden memperkenalkan teman-temannya.

"Gw Nindya." Ujar Nindya takut-takut.

"Udah gausah takut nin, gapapa mereka ga ada yang mau gigit lo." Ujar Rajen.

"Duh dedek Nindya sama Abang yuk." Ujar Aksa.

"Ga, dia sama gw." Ujar Bagas.

"Diem." Ujar Shaka penuh penekanan.

Melihat Bagas dan Aksa yang merebutkan Nindya, Shaka melihat mereka berdua datar. Yang membuat mereka diam seketika.

Setelahnya Shaka meninggalkan mereka, untuk ke belakang entah apa yang dia lakukan.

"Bos kenapa ya?" Ujar Aksa.

"Ga biasanya lah kaya gitu." Ujar Dewa.

"Lagi jatuh cinta kayanya." Ujar Bagas.

"Gw aduin ya kalian bertiga." Ujar Raden.

"Loh ya jangan den." Ujar mereka yang panik.

Ketika mereka diam ada suara ricuh di depan. Ada salah satu anggota Phoenix yang berlari ke belakang untuk menemui Shaka.

"Bos ada yang nyerang markas." Teriak salah satu anggota tersebut.

Nindya melihat Shaka keluar dari dalam sambil mengeraskan rahangnya, Shaka melihat pintu itu dengan tajam.

Aura markas yang sebelumnya biasa saja menjadi sangat mencekam karena Shaka yang terlihat sangat emosi. Shaka mendekati Nindya dan menatap mata Nindya teduh.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang