[AUGE] 27

15.2K 761 54
                                    

hai, my canaies!!
all of you know, judul nya aku ganti yaa
before : Alin untuk Gus Erden
after : ALDREEN -VOW TILL END-
kenapa ganti? bcs aku ngerasa aneh ajaa.. soalnya waktu first time aku bikin ni story langsung ngasal ngasih judul🥲

📌INI TETEP AUGE YA GAESS CMN GANTI JUDUL

-REMINDER : CERITA INI TAK DIPUNGUT BIAYA, SO, PLEASE RESPECT FOR WRITER TO SUPPORT ME LIKE FOLLOW AND COMMENT-

-don't be passive reader-

.

Usai dari pernikahan mereka, Erden dan Aileen memutuskan untuk pulang saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai dari pernikahan mereka, Erden dan Aileen memutuskan untuk pulang saja. Sebenarnya Zein sudah mengajak keduanya untuk menginap dan beristirahat terlebih dahulu di ndalem pesantren. Namun ide itu di sanggah oleh Erden dengan alasan ingin berdua dengan istrinya, tak mau di ganggu.

Dari kejauhan, Aileen hanya memasang tampang datar. Kenapa suaminya sangat lengket padanya?

Melihat putra sulungnya yang bersikeras ingin berduaan dengan istrinya, dengan terpaksa Zein dan Kanaya mengizinkannya. Narendra dan Ayla hanya setuju dengan setiap keputusan yand diambil oleh menantunya.

Setelah mendapati izin dari kedua orang tua dan mertuanya, pasangan sejoli itu bersalaman secara bergantian sebelum Erden menuntun Aileen ke mobilnya.

Layak seorang gentleman, Erden membuka pintu mobilnya untuk Aileen dan melindungi kepala istrinya itu agar tidak terbentur saat ingin duduk.

Aileen sedikit menggeleng tetapi berterima kasih. Dibalas anggukan oleh pria di hadapannya sembari menutup pintu mobilnya dan memasuki driver seat.

"Enggak nyangka banget. Ternyata yang Keyra maksud itu kak Kenzie sendiri." Aileen masih terus berceloteh dengan Erden yang masih sibuk menyetir mobilnya dengan tenang. Menerima semua cerewet istrinya.

Sesekali juga bergumam untuk menjawab celotehan istrinya.

"Kira-kira di terima enggak, ya?" Aileen kembali berbicara. "Mungkin," sahut Erden seadanya.

Hari tentu sudah petang, sekelompok burung merpati sudah berterbangan di udara untuk kembali ke sarang mereka masing-masing. Jalanan raya pun sedikit padat.

Adzan pun sudah berkumandang dengan lantang. Jadinya, setiap kendaraan motor menyelinap diantara sela-sela kendaraan besar untuk segera pulang.

Erden masih terus memikirkan perkataan menohok Abi seorang. Rasanya ingin menghujani tinju di muka tuanya itu. Tapi tidak mungkin.

"Kita pulang ke rumah saya. Ah, ralat. Rumah kita," ujar Erden enteng. Aileen memelototi kedua, netra tertuju pada pria di sampingnya.

"Lah? Enggak ke rumah ku tadi yang kamu berikan?" Aileen berkerut bingung.

ALDREEN : VOW TILL END (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang