[AUGE] 14

16.6K 651 1
                                    

hola!
kayaknya ni chapter pendek (perasaan aku aja) but don't forget tetep di vote and follow yakk!
.
.
.
HAPPY READING!
-----------


"Percaya, kan?"

Erden hanya terdiam, fokus menyetir dengan tenang.

"Ih! Percaya, kan?" tanya Aileen kesal karena Erden tidak menjawab apapun setelah Aileen menceritakan selanjutnya.

"Woi! Orang tanya itu dijawab!" Aileen kembali memancing Erden lagi. Namun, laki-laki disampingnya hanya memegang stir mobil dengan diam.

"Erden?"

Tidak ada jawaban.

"Aldric?"

Masih sama saja.

"Keem Althaf?"

Erden masih keukeuh untuk memilih diam. Masih ngambek. Aileen bingung harus bagaimana. Jemari telunjuknya menoel-noel lengan Erden namun langsung ditepis.

"Enggak boleh pegang-pegang. Nunggu nikah baru boleh," sanggah Erden dingin, kembali melihat ke jalan. Moodnya masih ngambek.

Aileen terdiam. Memikirkan cara untuk biar Erden kembali ke moodnya. Masalahnya, saat Aileen melirik ke Erden yang masih ngambek, lelaki ini menggembungkan pipinya seperti bakpao. Ingin rasanya di gigit oleh gadis yang disebelahnya. Akhirnya ide muncul dari pikiran Aileen.

"Mas calon suami?" pancing Aileen. Kedua alis gadis itu naik-turun, sedikit centil di hadapan Erden.

Jantung Erden berasa langsung pindah ke paru-paru. Mleyot. Kedua ujung telinganya langsung memerah namun wajahnya masih berusaha cool. Walaupun Aileen belum menerima lamarannya, panggilan itu membuat Erden ingin berharap.

Diam-diam, Erden membuang nafasnya teratur. Mengatur tingkat ketenangannya.

"Mas calon suami percaya sama omongan gue, kan?" goda Aileen lagi. Aileen benar-benar ingin menjahili Erden sampai ke ubun-ubun.

Belum saja jantungnya stabil, langsung dibuat berdebar yang tak karuan. Erden merasa perutnya panas dan wajahnya berhasil memerah seperti tomat. Aileen yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak.

"Gengsi, ya? Makanya jangan gampang sama sosial media. Udah gue sodok, kok. Terus habis itu sholat dhuha juga. No need worry."

Erden sedikit lega. "Tapi bohong! Gue kan lagi menstruasi. Mana bisa sholat dhuha," cengir Aileen tak bersalah.

Seketika Erden terdiam. Wajahnya berubah masam, sedikit kesal karena telah dibohongi.

"Makanya kamu tidak membalas chat saya pukul 5 pagi tadi?"

"Betul!"

Aileen hanya tertawa melihat ekspresi Erden.

Erden termenung sebentar. Membuang nafasnya perlahan-lahan, mengangguk. "Ya sudah."

Diam. Tidak ada bahan pembicaraan lagi. Aileen sedikit bingung tapi canggung juga. Sedangkan Erden hanya merasa biasa saja, lebih fokus menyetir.

"KOK GITU DOANG JAWABNYA?!" pekik Aileen.

Erden sedikit tersentak. "Terus harus jawab apa?" Erden melirik Aileen bingung.

Aileen memukul lengan Erden tanpa alasan. "Astaghfirullahaldzim! Jangan pegang-pegang!" Erden sedikit mulai merasa jengkel.

"Ya sudah. Lain kali sholat taubat habis itu. Sholat dhuha sekalian juga enggak apa-apa. Jangan lupa juga sholat lima waktu nya, dijaga. Wallahi, adem dengarnya."

ALDREEN : VOW TILL END (ON HOLD)Där berättelser lever. Upptäck nu