[AUGE] 11

17.2K 691 4
                                    

jgn lupa vote and follow yaa!!
SANKYUU MINNA!!
.
.
.
HAPPY READING!!
.
-------------

At Widercalic University | 7.45 AM

Mobil Tesla milik Erden berhenti tepat di gerbang universitas. Tentunya, banyak mahasiswa apalagi mahasiswa merasa kaget namun juga kagum. Orang-orang yang berlalu lalang juga terbelalak melihatnya.

Aileen sudah menduganya namun mau bagaimana lagi. "Kalau gitu, gue--"

"Ingat. Hari ini saya juga jemput kamu. Tidak ada penolakan," potong Erden dengan nada tegas miliknya pada Aileen yang sudah membuka mulutnya namun terbungkam.

"Jangan pergi sama laki-laki lain. Kalau ada kerja kelompok tapi ada laki-lakinya, bilang saya terlebih dahulu. Jangan mau di elus-elus pucuk kepala mu dengan--"

"Iya, iya! Gue ngerti! Gue lakuin..." sangkal Aileen kesal. Aileen sudah berpikir bahwa Erden benar-benar protektif dengan dirinya, bahkan sudah berani memberinya perintah layaknya suami. Namun, kini status mereka masih sesama single. Karena Aileen belum menjawab lamaran Erden.

Erden tersenyum tipis. "Saya juga ingin bertanya."

"Apa?"

"Hebatnya Nagi Seishiro itu ada dimana?" pancing Erden serius, dia benar-benar ingin tahu tentang crush calon istrinya.

Alis gadis itu terangkat satu, menatap Erden dengan tatapan meremehkan laki-laki di sampingnya. "Nagi itu--"

"Kalau dipikir-pikir, saya lebih menang sepertinya. Saya hafizh Al-Qur'an. Sudah hafal semua. Bahasa arab dan inggris saya juga bisa. Lulusan university of Oxford," potong Erden saat Aileen hendak menjabarkan kelebihan crush nya.

Rasanya Aileen ingin mendepak wajah tampan Erden, namun ditahan emosinya. Gadis itu menggeleng pelan karena melihat calonnya yang narsis.

"Saya paket lengkap, lho."

Aileen masih tetap tak menggubrisnya.

"Aileen Zelene Azzura, saya paket lengkap, lho. Kurang apa lagi?"

Iya, tau, batin Aileen pasrah namun mengiyakan dalam hati.

Erden masih menunggu jawaban Aileen, namun setelah menunggu beberapa detik tidak ada jawaban dari gadis tersebut, ia menghempaskan punggungnya ke penopang.

"Kamu sudah boleh keluar. Assalamualaikum," Erden seketika menjadi dingin.

Aileen hanya menganggukkan kepalanya kecil sebelum menghempaskan dirinya keluar dari mobil Erden. "Waalaikumsalam," salam dari Aileen sebelum menutup pintu mobilnya.

Buku-buku kuku pada jemarinya memutih. Erden dengan segera keluar dari mobil dan menyusul Aileen dari belakang.

"Aileen."

Pemilik nama tersebut membalikkan badannya, tertegun.

"Tote bag mu. Ketinggalan."

Aileen langsung ingat dan menyalurkan tangannya untuk mengambil tote bag miliknya. "Thanks," ucapnya pelan.

Pasalnya Erden masih memasang aura dingin, seperti tak ingin diajak ngobrol. Aileen mengerti perasaan Erden namun di tepis.

"Pulang nanti saya jemput."

Setelah Erden mengucapkan kalimat itu, lelaki itu memutar balik badannya dan memasuki mobilnya kembali. Setelah hitungan beberapa detik, mobil itu melaju menjauhi gerbang universitas.

Aileen menghela nafasnya pelan sebelum berjalan sambil menenteng tote bag miliknya. Seketika tepukan kecil yang terasa di pundak gadis itu, membuyarkan lamunannya.

Laki-laki dengan wajah rupawan yang sudah berkenalan sejak SMA. Siapa lagi kalau bukan Daniel. Daniel tertawa cerah sedangkan Aileen hanya terdiam.

"Hei, pagi-pagi udah cemberut," goda Daniel pada Aileen.

Aileen mengangkat kedua bahunya, cuek. Langkah kakinya meninggalkan lelaki itu sendiri. Daniel mengigit bibirnya bawahnya, menahan emosinya. Dengan gerakan tiba-tiba, Daniel merebut tote bag Aileen, membuat gadis tersebut kaget.

"Niel, balikin, please. Gue lagi enggak ada mood buat ladeni--"

"Siapa cowok tadi?"

Pertanyaan dari Daniel sudah diduga oleh Aileen. Kedua tangannya terlipat didepan dadanya, membuang nafasnya sejenak sebelum menoleh kembali melihat Daniel.

"Bukan urusan lo. Udah, lah. Balikin tote bag--"

"Enggak!"

Daniel spontan berteriak. Bukannya kaget, Aileen semakin malas dan geram. Tangannya langsung mengambil paksa kembali tote bag miliknya dan pergi meninggalkan Daniel seorang.

"Ai... AILEEN!!"

Daniel terus memanggil nama Aileen. Dengan cuek, si pemilik nama hanya memasuki gedung utama dan menaiki lift. Daniel juga menyusul Aileen dan menahan pintu lift, dengan sergap, ia langsung menyelip masuk dan berdiri di samping Aileen.

Mengatur nafasnya.

"Ai, gue--"

"Bisa enggak? Lo mending diem," suara kesal gadis tersebut membungkam mulut Daniel.

Daniel membuang nafasnya kasar, mengacak-acak rambutnya tak karuan. "Ai, gue cuma pingin tanya. Siapa cowok tadi pagi?"

Aileen memutar kedua bola matanya, malas. "Urusan gue. Sibuk," jawab singkat dari mulut Aileen.

Daniel mendengus. "Please, kasih tau gue. Siapa tau, tu lakik jahat sama lo. Cuma modal mobil Tesla--"

"Lo kalau enggak tau apa-apa, enggak usah ikut campur, deh." Aileen menatap tajam Daniel. Jarak mereka sudah terlihat jelas bahwa Aileen kini memperlebar jarak mereka.

Lo egois, Ai. Cuma gue beda agama, lo kayak gini. Gue punya banyak harta juga. Lihat gue, please. Beda agama enggak penting, batin Daniel frustasi. Laki itu menepis pikirannya dan melihat ke arah lain.

Ting

Suara pintu lift terbuka. Aileen cepat-cepat meninggalkan Daniel sendiri di lift tanpa menoleh kearah Daniel balik.

Menyosori setiap ruang demi ruang.

Daniel mengikuti Aileen dari belakang dan langsung nyosor memeluk tubuh mungil milik Aileen.

"Shit. Gue sayang lo..."

TBC

ALDREEN : VOW TILL END (ON HOLD)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt