18. Hasil untuk Rena

41 6 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tokoh, alur dan kejadian maka itu terjadi tanpa disengaja

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Cerita ini hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tokoh, alur dan kejadian maka itu terjadi tanpa disengaja.

Keluarkan komentar random kalian guys, biar nambah semangat buat author.

Semoga menikmati isi cerita.

°°°°°°°°°°










"Nak, ada Essa di depan tuh."

Hampir saja Dean tersedak roti yang dia makan sebagai sarapan. Haga segera memberikannya minum sembari mengusap-usap punggungnya pelan. Dean masih saja suka ceroboh seperti ini.

"Essa di depan? Ngapain?"

Haga mengedikkan kedua bahunya. "Ya ayah nggak tau. Coba kamu temuin dia. Kok ayah liat dia juga pake seragam sekolah yang mirip sama punya kamu ini ya?"

Dean menoleh ke arah seragam yang dikenakannya. Kini ia tak perlu lagi sembunyi-sembunyi dari ayah perihal seragam tersebut. Karena ayah sudah mengetahui semuanya.

Dean mengangguk. "Essa ngelakuin penyamaran juga, sama kayak Dean. Sebentar, biar Dean temuin dulu."

Haga terdiam sejenak. Ia membiarkan Dean yang segera pergi ke depan untuk menemui sahabatnya itu. Pria paruh baya yang masih mengolesi rotinya itu sedikit heran. Dean dan Essa memiliki pekerjaan yang sama?

"Woy, curut! Ngapain lo kemari?"

Essa yang terlihat tenang memainkan handphonenya itu menoleh. Ia tersenyum tipis kepada Dean yang segera mengambil posisi duduk di sampingnya.

"Gue bawa motor. Berangkat sekolah barengan aja."

Dean mengernyitkan kedua alisnya. "Nggak ke markas biasa dulu? Kita nggak jumpain bang Revi?"

Essa menggeleng cepat. "Bang Revi mau ke kantor polisi bareng Garel. Perihal Rena, kayaknya mereka mau ngurus masalah itu dulu. Jadi kita berangkat sendiri aja. Pake motor gue."

Dean mengangguk tanda ia paham. "Udah sarapan belum? Tapi gue cuma nyediain roti sih."

"Wih, mau dong! Kenapa nggak lo tawarin dari tadi? Gue udah sarapan sih, tapi kalau ditawarin ya nggak bakal nolak." Essa menyengir membuat Dean menggelengkan kepalanya.

"Ya udah, biar gue siapin bentar."

Dean bangkit dari duduknya. Ia sudah biasa dengan sifat Essa yang selalu mau jika ditawarkan makanan apapun itu. Tetapi yang membuat heran adalah badannya yang tetap kecil dan ideal.

Black MissionWhere stories live. Discover now