27. Petunjuk baru

33 5 0
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tokoh, alur dan kejadian maka itu terjadi tanpa disengaja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tokoh, alur dan kejadian maka itu terjadi tanpa disengaja.

Semoga menikmati isi cerita.

°°°°°°°°°°°








Dean membuka ponselnya setelah kepalanya dirasa jauh lebih ringan. Ada beberapa pesan masuk dari Essa yang mengatakan bahwa ia akan pergi ke rumah sakit bersama bu Nara karena kabar Ares yang mengalami kecelakaan. Awalnya ia berniat menyusul, tapi gadis itu melarangnya.

Dean merasa tubuhnya lelah saat ini, tapi ia juga tidak ingin terus-terusan berada di kamar untuk beristirahat. Pemuda itu izin pamit kepada Haga untuk keluar sebentar sekedar untuk menghirup udara luar. Walau pun ayahnya masih sedikit ragu melihat wajah Dean yang masih sayu, tapi pemuda itu tetap meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.

Singgah di sebuah kafe adalah jalan jitu Dean. Bukan ia ingin bersenang-senang karena ia sendiri pun bukan seseorang yang berasal dari keluarga kaya yang mudah menghabiskan uang. Ia hanya ingin menenangkan diri dengan alunan musik ringan dan suasana yang indah. Warung yang ada di dekat rumahnya terlalu ramai, mau itu remaja atau pun bapak-bapak memilih nongkrong di sana.

"Kira-kira, akhir tahun ini bakal ke mana, ya? Kita bakal tetap jalanin rutinitas biasa, 'kan?"

Suara lembut yang masuk ke dalam indera pendengaran Dean itu seakan tidak asing. Ia memutar kepalanya untuk mencari sumber suara. Terlihat dua orang gadis yang sedang bercengkerama ringan dengan beberapa buku di atas meja.

Tunggu, Dean mengenal sampul buku-buku tersebut. Lalu dua orang itu? Dean juga seperti mengenalnya.

"Loh? Dean? Lo di sini juga?"

Benar, mereka adalah Chacha dan si gadis berkacamata, Zora. Melihat meja yang berantakan oleh buku dan kertas-kertas, sepertinya mereka sedang berdiskusi pelajaran di sini.

Dean yang menghampiri pun tersenyum tipis. "Gue nggak tahu kalau lo berdua juga di sini."

Chacha mendengus pelan. "Ini kafe ayah gue. Gue 'kan pernah ngajak lo buat ke kafe ini, Dean?"

Dean menoleh ke arah sekeliling. Kafe Eltura, nama kafe yang pernah dikatakan Chacha saat ayahnya akan mengadakan acara peresmian.

"Lo mau gabung juga? Kebetulan tugas kita udah selesai semua. Sambil bahas rencana akhir tahun." Zora menepuk salah satu kursi yang ada di sampingnya. Isyarat agar Dean bisa duduk di sana bersama mereka.

"Memang, bakal ada apa di akhir tahun nanti?"

"Dean, udah baikan? Lo sakit seharian dan sekarang tiba-tiba udah di sini aja." Chacha menampakkan wajah cemasnya.

Black MissionWhere stories live. Discover now