36. Kesulitan

26 5 5
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tokoh, alur dan kejadian maka itu terjadi tanpa disengaja

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tokoh, alur dan kejadian maka itu terjadi tanpa disengaja.

Ramaikan dengan komentar!

°°°°°°°°°°°°












Dean duduk di tempat yang sudah disiapkan untuknya. Wajahnya tampak sedikit lesu. Nara hanya tersenyum tipis tatkala semua orang menoleh kepadanya untuk menanyakan kebingungan mereka.

"Lo kenapa, Dean? Banyak pasien nyerang lo tadi?" Garel menggaruk pelipisnya.

"Lo kira yang mereka kunjungi tadi rumah sakit jiwa? Nggak mungkin lah ada yang nyerang gitu. Ada yang ganggu pikiran lo, Dean?" Essa menoleh kepadanya. Sepertinya, ada sesuatu yang akan mereka bahas secara serius saat ini.

Dean menghela napas. Nara yang paham akan hal itu, segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan hasil poto yang baru saja ia ambil tadi.

"Pasien yang kalian maksud itu ternyata ayah dari Serena Qyarin. Dia--"

"Ayah Rena?!" tanya Revian kaget. Ia bahkan sampai membelalakkan matanya dan membuat mereka ikut kaget atas perlakuannya barusan.

Dean menghela napas sekali lagi. "Gue merasa kasihan sekaligus juga bingung. Tujuan kita buat nyari data pasien adalah mencari kejelasan dari orang tersebut. Tapi mengingat kondisi ayah Rena, itu kayaknya kurang memungkinkan."

Jhia mengangguk. "Benar juga. Kalian yakin kalau ini memang ayahnya Rena?"

Essa memanyunkan bibirnya. "Bahkan kalau dilihat sekilas pun wajahnya udah cukup jelas, Jhi. Bisa aja kalau selama ini keluarga mereka juga jadi incaran Satrio. Tapi alasannya apa?"

Ponsel Dean berbunyi nyaring. Haga menelponnya dengan tiba-tiba. Pemuda itu izin sebentar untuk menjawab panggilan dan kemudian berjalan menjauh.

"Kamu lagi di mana sekarang, Dean?"

"Lagi ngumpul bareng Essa dan beberapa teman, Yah. Kenapa? Ayah butuh bantuan?"

Terdengar Haga yang menghela napas dari seberang. "Ini ada yang datang. Katanya teman sekelas kamu di sekolah. Dia nggak punya nomor kamu katanya. Jadi ayah yang nelpon."

Dean mengernyitkan kedua alisnya. "Teman sekelas? Siapa?"

"Ada dua orang. Tadi pertama kali yang datang itu cowok, tapi dia udah pulang duluan. Terus sekarang, perempuan dan dia lagi nunggu kamu di depan."

Dean semakin merasa bingung. Ia menggaruk kepalanya sejenak dan mengangguk pelan. "Ya udah kalau gitu bentar lagi Dean pulang. Tunggu aja sebentar."

Setelahnya, ia kembali pada teman-temannya yang masih menunggu di meja. Dean menghela napas sejenak, meraih minumannya untuk ia teguk sebelum berpamitan kepada mereka.

Black MissionWhere stories live. Discover now