32 ; Putus Atau Terus

9.7K 779 47
                                    

__________


“Oh, jadi kamu pacar anak saya?”

Glek. Berkali-kali, Brisha teguk ludah. Dadanya kembang kempis, masih menetralkan napas sehabis berlari tunggang-langgang dari panti asuhan. Kini, ia berhadapan dengan seorang wanita glamor di meja restoran mewah.

Brisha pikir, ia bertemu dengan Azella, mengingat tadi tiba-tiba menelepon menyuruh Brisha datang ke restoran ini. Rupanya bukan Kakak Arzhel yang muncul, tapi mamanya.

Mamanya!

“Ck, ternyata anakku punya pacar bisu.”

Terdengar, wanita ber-dress maroon dengan wajah awet muda itu mencibir. Brisha mendongak sungkan, melihat gerakan tangan lentik di depannya yang mengangkat gelas jus anggur.

“M-maaf, Tante. Saya kira yang mau ketemu saya Kak Azella,” ujar Brisha kaku.

“Saya meminjam HP Azella untuk menghubungi kamu. Jadi, namamu Brisha? Pacar anak saya?”

“Ah, iya, Tante.”

Lina, menaruh kembali gelas anggurnya di atas meja. Mata menyorot selidik, memindai penampilan Brisha dengan raut dingin.

“Jelek sekali.”

Deg. Napas Brisha tercekat, tak sangka penilaian itu terlontar dari orang tua Arzhel. Refleks Brisha membenarkan bajunya, agak basah karena keringat.

“Maaf, Tante. Saya nggak sempat siap-siap. Tadi pas Tante telepon, saya lagi di—”

“Suruh siapa menjawab?” potong Lina mendelik. “Saya nggak peduli mau kamu habis di mana. Tapi apa pantas menemui saya dengan baju lusuh begitu?”

“Maaf.” Hanya kalimat itu yang sanggup Brisha katakan.

“Sudahlah.” Lina mendengus ringan, mengisi lagi gelasnya dengan jus anggur. “Berapa lama kamu pacaran sama Arzhel?”

“Dua minggu.”

“Putus sekarang.”

Netra Brisha terbelalak. “P-putus?”

“Kamu di luar kriteria yang saya cari. Cepat putusi hubungan kalian, karena saya sudah menjodohkan Arzhel dengan pilihan saya.”

Rahang Brisha mengeras, tangannya meremas rok. Ia sedikit terpancing.

“Gara-gara kamu, Arzhel terus menolak perjodohan ini,” sambung Lina geram. “Saya tidak mau tahu, mulai besok, jangan hubungi Arzhel. Saya malas memasukkan orang asing dalam keluarga.”

“Tapi —”

“Ah, apa perlu kita bernegoisasi?” tanya Lina, senyum singgungnya terbit.

Perlahan, dia merogoh tas putih kecil yang tergeletak, mengambil sebuah amplop coklat dan disodorkan pada Brisha. Dilihat dari bentuk, Brisha yakin isinya uang.

“30 juta, bagaimana? Cukup? Kalau perlu, saya tambah lagi,” cetus Lina.

Adegan seperti ini, sering Brisha lihat dalam drama. Sang Ibu yang berusaha memisahkan hubungan anaknya, diam-diam menyogok sang gadis agar pergi dari kehidupan si pria.

Brisha tersenyum tipis, diterima senang hati amplop uang itu.

Lina mengernyit bingung. Semudah itu?

“Makasih, Tante. Cukup banget inimah, eh, kalo mau ditambah sejuta lagi boleh, kok.”

“Kamu —”

“Soal saya harus putus sama Arzhel, mending Tante tanyain langsung. Arzhel mau apa nggak putus sama saya. Terus Tante mau jodohin dia ke cewek lain, kan? Coba tanya lagi, masih turnamen di China orangnya.”

Bad TrapWhere stories live. Discover now