21 ; Kejar Balik!

12K 994 39
                                    

__________

“Berarti ... Arzhel suka gue abis ngegantiin lo malem itu? Gue yang ngiranya lo dateng ke kelas terus bikin janji nikah sama gue, ternyata si Arzhel?”

“Ya gitu,” sahut Jaziel menggaruk pipinya.

“Sorry, gue jenguk Mama ke RS, makanya nyuruh si Arzhel gantiin gue datengin lo. Dari situ, dia ngaku pengen nepatin janji.”

Brisha tercenung sesaat, agak pening setelah mendengar penjelasan Jaziel soal kesalahpahaman masa lalu.

Waktu kelas 4 SD, Brisha mengajak Jaziel ketemuan di kelas malam hari. Sayangnya, Jaziel tidak bisa datang karena harus ke Rumah Sakit. Alhasil, Arzhel yang disuruh mendatangi Brisha ke kelas dan berakhir membuat janji nikah bersama Brisha.

Itupun Brisha tidak tahu kalau Arzhel yang tepat di depannya. Ia kira selama ini Jaziel yang akan menikah dengannya atas janji konyol.

“Lo mau ngewujudin janji itu sama Arzhel, kan?”

Ditanya mendadak, Brisha batuk-batuk tersedak air soda.

“G-gak tau, gue masih bingung,” balasnya canggung, menatap ragu Jaziel.

“Tapi, Ziel, emang lo gak marah kalo si Arzhel suka gue?”

“Harus marah?” tanya Jaziel memiringkan kepala heran.

“Bukannya pas gue nembak terakhir kali, lo ngaku suka Arzhel? T-terus lo juga ngaku gay ... gak tertarik lawan jenis .... ”

Meremas botol sodanya, bahu Brisha terjatuh lemas.

“Gue juga sering liat lo nge-blush ngeliatin Arzhel. Harusnya gue peka pas liat itu .... ” ungkapnya terbata.

Kelopak mata Jaziel berkedip-kedip linglung, mencerna baik-baik pengakuan gadis di sebelahnya. Apa benar di sudut pandang orang lain pipinya memerah saat bersama Arzhel?

Merasa perut tergelitik, refleks Jaziel terbahak-bahak. Sampai air keluar di ekor matanya.

“Hahaha, gila. Lo percaya?”

Brisha melirik tersinggung. “Jangan bilang selama ini .... ”

“Pfftt, gue boong.”

“Maksud?!”

Tawa Jaziel mulai mengecil. Perutnya benar-benar sakit hampir terjengkang.

“Tadi kan gue udah ngelurusin, gue gak gay. Masih demen cewek.”

“Terus kenapa pas gue nembak—” Saking jengkelnya, kalimat Brisha tertahan sambil membanting kaleng soda.

“Itu peringatan kecil biar lo nyerah. Gue gak mau nyakitin lo lebih lama. Gue juga gak bisa ngerebut cewek yang disukain si Arzhel dari jaman bocah,” aku Jaziel.

Dapat Brisha saksikan, sosok pemilik netra coklat terang di sisinya telah mengembuskan napas lega, seolah-olah baru menumpahkan beban pikiran yang selama ini teredam.

Jaziel menyugar rambut sekilas, punggung dihentakkan pada sandaran bangku taman. Wajahnya tidak sesuram tadi, kini mengamati Brisha yang kosong bak orang tersesat.

Bad TrapWhere stories live. Discover now