01 ; Penolakan

30K 1.6K 182
                                    

_______

“AYANG ZIELLL!!! CONGRATS, YA! AAAAA, CALON HUSBAND KU GANTENG BANGETTT!”

Para peserta upacara kompak menoleh kaget, telinga mereka berdenging ditusuk jeritan cempreng dari pinggir lapangan. Brisha, pelaku yang berteriak histeris, melompat heboh di barisan khusus siswa-siswi yang terlambat.

Tak peduli ditatap satu sekolah, Brisha melambai-lambai senang ke arah pemuda yang saat ini diberi penghargaan.

“BRISHA! DIAM KAMU!” tegur Pak Bom, kepala sekolah yang menjadi pembina upacara.

“Saya kan calon pacarnya, Pak. Wajar ngasih ucapan selamat, dong? Ayang Zielll! Selamat dapat penghargaan lagi! Horeee!!!” teriak Brisha, disusul tempelengan kuat dari tangan kawannya, Jesslyn.

“Mingkem lo, tai! Udah dihukum telat masih aja bikin ulah!” bisik Jesslyn malu.

“Ish, gue cuma ngasih selamat sama Ayang Ziel. Btw, dia pinter amat, yak. Beda sama calon istrinya langganan kena jemur gini. Cocok deh saling melengkapi gitu, unchhh.” Brisha memanyunkan bibir.

Lagi-lagi, kepalanya ditempeleng Jesslyn.

“Bucin tolol lo overdosis, dah ditolak sepuluh kali sok-sokan ngaku calon istri,” sindir Jesslyn jengah.

“Jaziel, silakan sampaikan pesan kamu setelah menerima penghargaan ini,” seru Pak Bom di depan sana, suaranya menggema lewat mic.

Sedangkan pemuda tampan yang sedari tadi memangku medali serta piagam di samping Pak Bom, mulai memberi senyum sopan. Dia mengambil alih mic, bersiap berbicara.

“Sebelumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Bom yang telah memberikan kesempatan untuk saya berdiri di sini. Serta kepada pihak sekolah dan teman-teman saya yang banyak memberikan dukungan, hingga saya berada di titik ini.”

“Ke depannya, saya berharap menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi kebanggaan terbesar SMA Greenada. Terima kasih.”

Prok! Prok! Prok!

Tepuk tangan riuh menyambut secara serentak. Jaziel kembali ke barisannya, membawa penghargaan yang senantiasa diperoleh. Tidak mengherankan jika dia dipanggil saat upacara, sebagai juara olimpiade dan kejuaraan nasional.

Kalau sekarang, Jaziel menjadi juara pertama di kontes Seni Lukis. Karya lukisnya dipajang di Art Gallery.

Apa yang kurang coba? Ganteng, pintar akademis dan melukis, populer, dicap prince charming Greenada. Brisha hanya salah satu di antara pemujanya.

🕊️🕊️🕊️

“Oke, Sha. Lo pasti bisa! Kali ini pasti Ziel nerima perasaan gue! Pliss, dada jangan deg-degan! Pantat gue jadi geter-geter, sialan!”

Berkali-kali Brisha menggerutu, sambil tarik napas panjang dan diembuskan. Pulang sekolah, ia diam di depan pintu ruang ekskul Seni Lukis.

Kakinya gemetaran, sesekali mengintip dari jendela. Terlihat, anggota ekskul berkumpul di dalam, bersama Jaziel selaku ketua.

Brisha meremas cokelat matcha di tangan, makanan favorit Jaziel. Sejujurnya, ini bukan pertama kali Brisha memberi benda itu saat akan menembak Jaziel. Tapi keseringan ditolak.

Make up aman, cantik apalagi, wangi mantep, sip!” gumam Brisha, ngaca sebentar di cermin kecil.

“Ziel pasti terpesona, nih. Ayanggg! I'm coming—”

Bad TrapWhere stories live. Discover now