41) Dialog Sebelum Shubuh

Start from the beginning
                                    

Alzam akhirnya menyerah dan duduk di lantai, menggelengkan kepala. "Mungkin masakan bukan bakat aku," gumamnya dengan wajah penuh kekecewaan. Tapi, kemudian ia  tertawa sendiri.

Ia bangkit dari lantai dan memutuskan untuk memesan makanan siap saji.

***

"Kami sudah mendapati CT scan dan adanya perdarahan di dalam otaknya. Mohon maaf, Pak, " ujar Azizan sambil menatap seorang lelaki yang sudah berumur itu.

"Kalau dioperasi selamat enggak ya?" ucap lelaki itu dengan nada yang bergetar.

"Nando lumayan sehat. Aku harus memperhatikan reaksinya," balas Azizan sambil menunduk dalam.

"Namun saat situasi sekarang tidak mudah," lanjut Azizan merasa prihatin.

"Katanya kamu ahli operasi dan kata mereka sudah melakukan banyak operasi yang selamat. Tolong, lakukan operasi juga pada Nando," pintanya sambil dengan tatapan memohon.

"Aku minta maaf, sekarang tidak ada yang bisa kami lakukan, Pak, " balas Azizan begitu pelan.

"Nando, ini Bapak. Nak, maafin Bapak," katanya dengan tangis yang berderai. Menghampiri putranya yang terbaring lemah.

Semua dokter yang menyaksikan itu meneteskan air mata.

***

"Ayah," panggil Gan pelan.

Namun Rayno tidak membalikkan tubuhnya.

"Ayah," ulang Gan dengan suara yang sedikit keras.

Tapi lelaki itu tidak bergeming sama sekali.

Rayno baru kepikiran tentang Alzena. Apakah Rayno harus mengakui dosanya pada Alzena dulu? Atau Rayno hanya meminta ampun pada Allah.

Bagaimana jika Azizan berbohong padanya dan memberitahu Alzena penyebab foto masalalu Alzena tersebar?

"Ayah, kenapa?" tanya Gan mendekatkan diri pada Rayno.

"Hah? Apa, Nak?" Rayno seketika tersentak.

***

Duduk berdampingan di atas sajadah, Azizan dan Alzena memegang satu tasbih digital masing-masing. Suasananya sunyi-sepi, dengan lampu redup yang menyala. Di malam hari itu, keduanya merasa lebih dekat utuh dalam hubungan mereka.

Mereka mengucapkan istighfar dengan khusyu. Alzena juga menyusul melakukan dzikir dengan tasbih digitalnya. Mereka saling menatap satu sama lain, mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa.

Ketika proyeksi dari tasbih digital Alzena menunjukkan 100 istighfar yang sudah dilakukan, mereka berhenti sejenak. Berharap Allah mengampuni dosa dan mengabulkan doa mereka.

"Aku rasain lebih deket sama kamu ketika kitandoa bersama. Seperti ini kita bisa bekerja sama mencapai kesucian," ujar Azizan.

"Bener, selalu merasa tenang dan damai ketika sama-sama dalam beribadah," balas Alzena sembari menenteng tasbih digitalnya.

"Kita emang jodoh untuk saling melengkapi dan mendukung dalam segala hal, termasuk dalam beribadah," timpal Azizan lembut sambil memandangi istrinya.

KEPASTIAN DENGAN GUSWhere stories live. Discover now