Di pagi yang sunyi, sentuhan kelembutan sinar mentari menyapa jendela dapur. Aroma campuran antara kopi yang sedang diseduh dan semerbak rempah-rempah dari panci menguar di seluruh ruangan.
Seorang gadis dengan seragam sekolah yang membalut tubuh rampingnya melangkahkan kaki menuruni undakan tangga.
Dia mencepol asal surainya sembari bersenandung kecil, memasak dengan rambut yang tergerai akan membuat kegiatannya terganggu.
Seiring langkahnya yang semakin mendekati dapur ia mendengar bunyi sendok yang beradu dengan panci.
Langkahnya terhenti pada anak tangga terakhir, dalam cahaya yang menyelinap dari celah-celah tirai, terlihat bayangan seseorang yang sedang berkutat di dapur.
Niswa mempercepat langkahnya, mata lentik itu menatap kosong pemandangan didepannya. Seseorang yang begitu ia rindukan tampak sedang memotong sayuran dengan telaten, remasan bumbu yang dileburkan dengan penuh kasih sayang adalah bagian dari tarian magis dalam menciptakan keajaiban dari bahan-bahan sederhana. Seulas senyum terbit menyiratkan kebahagiaan dalam setiap sajian yang ia ciptakan.
Tanpa Niswa sadari bulir bening membasahi pipi, ia berkhayal lagi. Apakah separah itu psikosisnya hingga imajinasi didepannya terasa begitu nyata?
"Eh Swara, ngapain disana?" tanya sosok itu
Niswa semakin yakin untuk pergi ke Psikiater.
"Hey kenapa melamun? Ayo bantu ibu menyajikan sarapannya" tegur sosok itu yang tak lain merupakan ibu Niswa, Padma.
"Ibu?" gumamnya tak percaya
"Iya ini ibu nak" ucap Padma sembari menangkup kedua pipi tirus sang anak, terbesit dalam pikirannya apakah selama ini anak-anaknya tidak makan dengan baik? matanya menatap sendu menyiratkan kesedihan yang begitu dalam.
Apakah ia sudah pergi selama itu, hingga anaknya tak percaya dengan kehadirannya yang tiba-tiba?
"Ayo kita sarapan, kamu panggil-eh jagoan ibu udah bangun ternyata" ujarnya sembari mengusap surai Andrzej yang baru datang
"Ibu udah masak makanan kesukaan kalian loh ayok" ajaknya sembari melangkahkan kaki menuju meja makan, menyajikan sarapan mereka.
"Dek itu ibu?" tanya Niswa memastikan
"Iya kak, ayoo" serunya bersemangat, dia menrarik tangan sang kakak menuju meja makan.
Padma dengan senyum lembutnya, menyajikan sarapan mereka di meja kayu yang sederhana. Di seberang meja, dua anaknya duduk dengan mata berbinar, mereka hanyut dalam momen langka ini.
Setiap suapan membawa mereka lebih dekat pada kenangan yang lama dinanti-nanti. Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali duduk satu meja makan bersama dan bahkan ia lupa kapan terakhir kali makan masakan sang ibu?
Begini ya rasanya diperhatikan. Seandainya ia punya kekuatan Niswa ingin waktu berhenti sejenak, dia ingin ibunya selalu bersikap manis seperti ini. Dalam sekejap kekosongan dihatinya seketika terisi penuh.
"Makan yang banyak, biar kalian cepet gede" celetuk Padma membuat kedua anaknya tersenyum
"Ibu juga udah buatin kalian bekal, biar kalian gak jajan sembarangan disekolah. Nanti dimakan ya" ujarnya sembari tersenyum lembut
"Makasih bu." Seru kedua anak itu bersamaan
"Sama-sama, ibu minta maaf ya kalo selama ini ibu kurang memperhatikan kalian" tuturnya penuh penyesalan
"Ibu minta maaf karena ibu jarang ada di rumah, suatu hari nanti kalian bakal ngerti. Tapi satu hal yang harus kalian tahu, di dunia ini gak ada ibu yang gak sayang sama anaknya" jelasnya sembari tersenyum namun matanya berkaca-kaca.
"Gapapa bu" Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Niswa, meski sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia sampaikan namun tak mampu ia utarakan
Padahal dalam hatinya ia ingin bertanya kemana ibunya pergi selama ini?
"Sayang banget ayah gak ada disini" keluh Andzrej
"Ayah kalian kan lagi kerja, mungkin urusannya belum selesai" jelas Padma
"Tapi waktu ibu gak ada dia sering pulang kan?" Tanya Padma membuat kedua anaknya saling bersitatap
"I-iya" jawab Niswa berbohong, ia tak mau membuat ibunya khawatir.
Biarlah apa yang terjadi padanya dan sang adik hanya mereka berdua saja yang tahu.
Ibunya tak perlu tahu bahwa ada hal yang telah lama rusak dan berserakan hingga oranglain tak mampu melihat keindahannya.
Ibunya tak perlu tahu bahwa hatinya menahan sesak agar langkahnya terus maju.
Ibunya tak perlu tahu bahwa ada jiwa yang tak sanggup lagi menghadapi keributannya sendiri.
Masalah yang mereka hadapi pasti lebih rumit dari masalahnya, dan Niswa tak ingin menambah beban mereka.
'Mau ngeluh ke ibu, tapi ibu lebih capek.' keluhnya dalam hati
"Syukurlah, kalian harus saling menjaga satu sama lain ya" nasehat Padma
"Kemarin ayah pulang bawa banyakkkk makanan mahal, ayah juga beliin adek mainan kak Niswa juga dibeliin sepeda baruu!!" Curhat bocah lelaki itu dengan antusias
"Oh ya?" Tanya Padma ragu
"Iya bu, Ayah..." Anak itu terus berceloteh menceritakan semua hal yang mereka lalui kemarin dengan sang ayah tanpa menyadari bahwa sang ibu hanya melamun tak mendengarkan.
'Dia punya uang darimana?' Pertanyaan itulah yang terlintas dalam pikiran Padma ketika mendengar cerita sang anak
Gajinya bahkan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Apa jangan-jangan kejanggalan yang belakangan ini kerap terjadi itu ada campur tangan sang suami?
"Bu.. ibu" tegur Andrzej
"Ah ya kenapa nak?" Tanya Padma
"Ibu dengerin adek gak sih!!" Seru Andrzej kesal
"Denger kok, kalian simpan baik-baik ya uangnya jangan boros" nasehat Padma yang diangguki kedua anaknya
"Ayok sarapannya diabiskan keburu telat sekolahnya" Ujarnya
Mereka bertiga duduk di sekeliling meja, tak hanya menikmati hidangan di atasnya, tetapi juga menciptakan kenangan abadi.
Percakapan mereka terus berlanjut, dipenuhi dengan tawa dan kehangatan. Setiap kata yang terucap menjadi benang merah menghubungkan mereka dalam momen indah yang sulit dilupakan.
'Bu.. Meski aku terlihat yang paling tenang, seolah tidak peduli dengan semua masalah yang terjadi. Tapi percayalah bu sesungguhnya aku memikirkan semuanya, aku selalu memikirkan bagaimana jalan keluarnya.
Terkadang aku menangis sendirian di sudut kamar karena menganggap diriku payah dan bodoh'
Semua orang bisa melihat permukaan laut, tapi tidak semua orang tahu isi dan seberapa dalam laut tersebut.
*TBC*
27 November 2023
YOU ARE READING
Mysterious Introvert
Teen FictionAda sosok penyendiri di antara orang-orang yang sedang bergumul. Ada sosok pendiam di antara sekelompok orang yang sedang berinteraksi. Ada sosok yang tampak serius di tengah keadaan yang tenang. Ada juga sosok yang terlihat acuh di tengah suasan...
